[Penulis]
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan.
1.2 Perumusan Masalah.
1.3 Tujuan Penulisan.
1.4 Manfaat Penulisan.
1.5 Metodelogi Penulisan.
1.6 Sistematika Penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Selek.
2.1.1 Pengertian.
2.1.1.1 Akar Kata.
2.1.1.2 Arti Kata.
2.1.1.3 Defenisi.
2.1.2 Teks dan Konteks.
2.1.2.1 Teks.
2.1.2.2 Konteks.
2.1.2.2.1 Agama.
2.1.2.2.1.1 Sakramen.
2.1.2.2.1.2 Perayaan Kegamaan Lainnya.
2.1.2.2.2 Budaya.
2.1.2.2.2.1 Caci.
2.1.2.2.2.2 Perang Tanding.
2.1.2.2.2.3 Ritual Budaya.
2.1.2.2.2.4 Sae dan Danding.
2.1.2.2.3 Politik.
2.1.2.2.4 Sosial Ekonomi.
2.1.2.2.5 Pendidikan.
2.2. Caca Selek.
2.2.1 Arti Kata.
2.2.2 Apa Itu Caca Selek?
2.3. Sebuah Sintesa.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yesus,
Telu Leleng Ca Nggeluk Keta, Nai Nggeluk Ata Tetelun One Trinitas Nggeluk Keta, Mori Keraeng Jepek-Jepek Neho Eman, Anak Ata Ronan, Nai Nggeluk.
Nenggitu kole Ende Maria Nggeluk Ende de Mori Keraeng Jari agu Dedek Pu'un Caoca, tulisan ini dapat diselesaikan oleh Penulis,
Melky Pantur, Selasa malam (23/10/2018) di Ruteng sebagai refrensi kecil.
Terima kasih kepada
Trisula Weda atas pancaran terang
antarkarana sehingga tulisan ini diselesaikan saat fajar menyingsing Rabu (24/10/2018) tanpa rasa ngantuk sedikitpun.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Kata
selek memiliki banyak makna. Sifat pengertiannya sangat luas, detail dan komprehensif. Hal itu tergantung konteks di mana kata tersebut ditempatkan. Tentu saja, memerlukan waktu untuk memahami secara lebih sempurna tentang kata tersebut.
Tulisan ini sebetulnya dilatarbelakangi oleh berbagai tindakan-tindakan ritual adat yang dilakukan oleh orang Manggarai saat mau melakukan sesuatu diawali dengan persiapan-persiapan tertentu. Ada banyak pertanyaan: Seperti apa sih persiapan tersebut dan mengapa semua itu disebut
selek?
Atas dasar itu, saya mengangkat tema tulisan:
Selek agu Caca Selek menjadi ulasan menarik mengacu pada aktus-aktus riil yang diperhatikan Penulis meski belum komplit namun coba diupayakan karena generasi masa kini membutuhkan refrensi kecil dengan mana melalui tulisan ini tidak ada kesangsian pada diri mereka untuk tidak mengetahui arti dari
selek dan maknanya bagi kehidupan entitas manusia.
1.2 Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada pun rumusan masalahnya, sebagai berikut:
a. Apa sih maksud
selek dan
caca selek?
b. Pentingkah ritual
selek dan
caca selek dilakukan?
c. Bagamana isi dan konteks dari
selek dan
caca selek?
1.3 Tujuan Penulisan.
Nah, tujuan tulisan ini berdasarkan rumusan masalah di atas mau:
a. Menjelaskan hakekat dari
selek dan
caca selek.
b. Menjelaskan dan memberikan gambaran seperti apa model-model aktus
selek itu?
c. Menjelaskan aktus
selek dan pahami sesuai konteks meski persiapan itu terkategori dalam beberapa jenis.
1.4 Manfaat Penulisan.
Ada pun manfaat dari tulisan ini, sebagai berikut:
a. Memberikan pemahaman bagi generasi muda untuk menghayati nilai ritual
selek dan
caca selek.
b. Memberikan pengertian agar generasi muda tidak mengabaikan ritual dari
selek dan
caca selek di tengah masyarakat.
1.5 Metode Penulisan.
Metodenya berupa studi analisis Penulis berdasarkan hasil observasi di lapangan. Hasil observasi tersebut kemudian dianalis, dirangkaikan lalu disusun dalam bentuk batang tubuh sebagaimana terlihat dalam daftar isi.
1.6 Sistematika Penulisan.
Mengenai sistem penulisan terkategori seperti berikut: Bab I Pendahuluan, Bab II Pembahasan, Bab III Penutup.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Selek.
2.1.1 Pengertian.
2.1.1.1 Akar Kata.
Kata
selek merupakan bahasa asli orang Nuca Lale (Manggarai). Kata ini dipahami berdasarkan bentuknya dapat dieja menjadi
se - lek. Namun, ketika dibedah, akan terbentuk dari tiga rangkaian kata, yaitu
se, le, dan
k. Se dapat dipahami sebagai ungkapan persempitan dari
se'e. Se'e murupakan ungkapan pemanggilan terhadap seseorang yang merupakan ekspresi dialek Ndoso dan Kolang yang dalam dialek Rahong disebut
ce'e. Se'e/ce'e artinya di sini, ke sini, kemari.
Se juga berarti satu, sebuah.
Kemudian, kata
le dapat dimengerti sebagai di sana, di seberang sana (alam nirwana). Ketika ditambah dengan
k menjadi
lek, maka dimengerti sebagai akuku di sana, aku sudah di sana.
Le menunjuk ke suatu tempat yang "agak" lebih tinggi, misalnya bukit, gunung dan hutan di gunung. Contoh kalimat:
Kawe haju le poco - mencari kayu di hutan! Contoh lain:
Lek aku ga - aku sudah di sini bukit!
Dengan demikian, kata
selek ini tersusun dari kata sebuah, satu, di sana, aku sudah di sini/di sana. Maka,
selek artinya suatu aktivitas menuju, sebuah pemberitahuan bahwa aku sudah di sini/di sana.
2.1.1.2 Arti Kata.
Berdasarkan penjelasan akar kata di atas, dapat ditarik kesimpulan,
selek lebih pada persiapan penantian yang kemudian mendekati pengertian sesungguhnya. Namun, sebelum sampai pada pengertian sesungguhnya, akar katanya perlu ditelusuri terlebih dahulu.
Nah,
selek dalam arti sesungguhnya adalah sebuah kata kerja (
verb) yang berarti rias, menyusun, membentuk agar kelihatan elok, cantik dan ganteng.
Selek merupakan suatu aktivitas menata seseorang, merias seorang.
Jika, diterjemahkan ke dalam bahasa asing,
selek artinya
make up seseorang tetapi dalam pengertian yang sangat luas dan komprehensif.
2.1.1.3 Defenisi.
Selek adalah kegiatan persiapan awal memasuki masa perziarahan menuju cita-cita luhur tertentu dengan menggenakan busana adat orang Manggarai ditandai dengan persembahan meterai darah hewan kurban ritual
teing hang wura agu ceki atau
takung naga agar proses dari cita-cita tersebut mendapat pertolongan, perlindungan teristimewa direstui oleh
Morin agu Ngaran.
Ketika dalam suatu masa tertentu, misalnya telah usai jangka waktunya misalnya menjadi
meka landang caci atau perang tanding usai, digelarlah
caca selek begitupun
ata torok ko tudak one beo data.
2.1.2 Teks dan Konteks.
2.1.2.1 Teks.
Segala upaya menata apapun agar lebih elok disebut
selek. Secara teks,
selek merupakan
second activity (aktivitas kedua) karena diawali dengan tersedianya alat-alat pendukungnya untuk menata. Boleh disebut penciptaan kedua karena merupakan lanjutan saja.
Selek memiliki banyak arti dan itu sesuai konteksnya. Hal itu akan dibahas dalam konteks berikut.
2.1.2.2 Konteks.
2.1.2.2.1 Agama.
2.1.2.2.1.1 Sakramen.
Dalam Gereja Katolik Roma, ada 7 Sakramen (sarana keselamatan) yang dipakai sebagai titik pijak mengacu pada perbuatan Allah Yesus pada zaman-Nya untuk mendekatkan diri pada Allah Yesus. Hal yang diambil di sini adalah Sakramen Pernikahan terutama bagaimana rias pengantin sebelum mengambil sumpah di depan altar. Atau pula pada saat akan digelarnya acara
paluk kila orang Manggarai.
Lazimnya, pengantin dirias terlebih dahulu oleh orang-orang di salon kecantikan, baik pengantin perempuan maupun pengantin laki-laki termasuk para ajudan, bapa mama saksi atau orang tua pengantin. Rias tersebut dalam bahasa Manggarai disebut
selek ata kut kawing.
Selain itu, ketika menerima Sakramen Ekaristi dan Pentahbisan termasuk Kaul Kekal, orang-orang yang menerima terlebih dahulu dilakukan
selek (rias). Imam-Imam selebran dan yubilaris lazimnya ditata sedemikian rupa termasuk para penari persembahan. Hal mana pula lazim para Tetua Adat yang hendak menggelar
lilik compang (mengeliling mezbah adat selama lima kali sebagai pertanda ritual puncak segera berakhir).
2.1.2.2.1.2 Perayaan Keagamaan.
Ada berbagai perayaan keagamaan, misalnya dalam agama Kristen, Hindu, Budha para pelakon terlebih dahulu ditata, dirias agar kelihatan tak seronok, neces, rapi dan elok. Pemuka agama dirias terutama para selebaran dan penari-penari.
2.1.2.2.2 Budaya.
2.1.2.2.2.1 Caci.
Seorang pemain
caci terlebih dahulu di-
selek orang rekannya sebelum menerima pukulan dari lawannya, di antaranya
panggal (perisai kepala),
sesek sapu (destar). Tidak bisa dibiarkan begitu saja karena kepalanya harus dilindungi dengan baik.
2.1.2.2.2.2 Perang Tanding.
Halnya
caci, dalam perang tanding (
raha), orang-orang harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan berbusana terlebih dahulu bahkan diawali dengan ritual
takung naga golo. Semua urutan ritual hingga menggunakan busana perang disebut
selek.
Bagi orang Manggarai, salah satu bentuk
selek dinyatakan dengan
inung wae doang (meminum air kuat yang sudah diberi mantra khusus). Air tersebut lazimnya diminum secara bergilir di dalam rumah adat.
Jika,
selek tidak direstui akan diberi
angga (tanda-tanda larangan) berupa
wenang (bersin),
cekes (batuk karena air tersangkut di tenggorokan) atau pula bunyi burung-burung tertentu, atau pula
noang de acu (gongongan anjing yang panjang). Sebelum bergegas ke medan perang, gong dan genderang dibunyikan....
neka rantang keraeng! Bunyi tersebut sebagai penyemangat bagi anggota pasukan tempur.
2.1.2.2.2.3 Ritual Budaya.
Orang Manggarai kaya akan ritual adat. Tampak mulai dari seseorang berada dalam rahim seorang ibu (
cikop le'as) hingga
kelas (kenduri). Rentetan ritual tersebut disebut
selek.
Ada beberapa ritual besar yang merupakan bagian dari
selek, di antaranya
congko lokap, paki jarang bolong, jarang leti, paki kaba rae, penti weki peso beo.
Dalam tradisi orang Manggarai,
ata torok agu ata tudak mesti mempersiapkan dengan baik berupa
selek weki caka peli data (memagari diri agar terbebas dari tumbal) dengan dibuatnya sebuah ritual persembahan seekor ayam jantan putih. Orang Manggarai bilang:
Selek dedi'a - persiapkan diri dengan baik. Hal itu lazim guna untuk
teing hang wura agu ceki sekaligus
hambor ase ka'e weki. Maksudnya, orang yang
tudak tersebut dilindungi Yang Kuasa.
Hal lain, misalnya budaya
kelas dengan mana seseorang yang telah meninggal di-
selek dengan baik agar jiwanya hidup dengan damai di alam baka -
selek dedi'a. Berbagai pesan dilakukan. Bahkan, pada saat ritual
ancem peti, ada benda-benda ritual yang dipersiapkan berupa ayam jantan dan beberapa pakaian. Orang Manggarai tahu dan sadar betul akan hal itu. Agar roh leluhur dan
ceki (totem) tidak marah maka mereka harus diberi makan.
Ritual lain, misalnya ritual adat
pangga, baik ketika kedua orang tua sudah meninggal maupun ketika semua anak-anak dari satu ayah dan ibu sudah bersuami atau beristeri semua. Ritual lain adalah
teing hang tinu ata tu'a.
2.1.2.2.2.4 Sae dan Danding.
Sae adalah tarian yang sangat sakral di Manggarai karena Yang Kuasa terlibat di dalamnya. Tarian tersebut hanya boleh dilakukan di depan rumah
Gendang. Sebelum tarian tersebut digelar diawali dengan
selek weki, pase sapu. Hal itu dilakukan sebelum ritual puncak yaitu
lilik compang.
Sedangkan,
danding adalah tarian biasa lazim dibawakan oleh pemain
caci sementara
sanda adalah tarian-tarian pada malam hari mengelilingi
siri bongkok. Sanda senantiasa bersanding dengan
mbata bahkan juga diiringi dengan permainan
rangkuk alu.
2.1.2.2.3 Politik.
Orang Manggarai sejak lama mengenal politik. Forum paling terkenal adalah
lonto leok. Hal itu dalam rangka pemilihan pemangku adat yang diawali dengan
selek dan melalui ritual adat tertentu.
Tradisi pembagian
lingko merupakan wujud nyata politik. Melantik pemangku adat diawali pula dengan ritual. Misalnya, di Wangkung, tetumbuhan jenis wangkung menjadi sarana pemurnian dan pengangkatan seorang Tetua yang dipilih. Mirip ritual pengukuhan seorang menjadi Kepala.
Hal mana pula, ketika zaman berkembang, Pilbup, Pileg pun dipadukan dengan ritual
selek. Kedua calon harus dimeteraikan dengan hewan kurban dan menggenakan perlengkapan adat agar dilindungi Yang Kuasa.
2.1.2.2.4 Sosial Ekonomi.
Dalam hal sosial ekonomi,
selek dilakukan misalnya ketika seseorang merantau untuk mencari nafkah hidup. Agar rezeki berlimpah dan pulang dengan selamat, dibuatlah ritual
selek. Hal itu dikenal dengan sebutan:
Lalong bakok du lakon, lalong rombeng du kolen.
Maksudnya agar saat kembali diberi kesehatan jasmani dan rohani, membawa buah tangan untuk
kuni agu kalo terutama untuk keluarga inti sendiri. Sangat bersyukur ketika bermanfaat bagi
pa'ang olo ngaung musi - semua warga kampung.
Ketika seseorang hendak berbisnis, sangatlah penting ber-
selek terlebih dahulu agar barang dagangan cepat laris selain itu usaha tidak mendapat rintangan dan halangan berarti.
2.1.2.2.5 Pendidikan.
Seturut berkembangnya zaman,
selek lalu diterjemahkan sebagai
wuat wa'i. Kalau dalam politik praktis,
selek adalah bahasa lain dari
wuat wa'i. Wuat wa'i itu sendiri adalah
selek bagi orang yang hendak merantau atau pergi bersekolah.
Yang lazim dilakukan, ritual awal adalah
teing hang ase ka'e weki lalu diikuti dengan
teing hang wura agu ceki. Maksudnya agar malaikat pelindung atau roh diri menuntun langkah perjuangan. Bahasa lain,
dewa gong bersama leluhur dan
ceki melindungi dan merestui cita-cita dimaksud.
Dengan ritual tersebut,
kandos dango, pidot siong, jengers menes, wurs rucuk, kokets ngonde, weters mejeng, cakas rangkat, pangga warat, rores kose, pulangs bua, koret tondek - senantiasa sejahtera, sehat walafiat lahir dan batin.
2.2. Caca Selek.
2.2.1 Arti Kata.
Caca adalah sebuah kata yang bila dieja menjadi
ca-ca. Ca artinya satu, bersifat tunggal.
Ca ca berarti suatu aktivitas, memilah-milah satu per satu. Contoh kalimat:
Ca cas weri de - satu per satu tanamnya!
Caca dalam arti sesungguhnya merupakan suatu aktus pelepasan, melepaskan sesuatu berupa ikatan, misalnya mengeluarkan tali dari ikatannya.
Jika ada
caca berarti ada objek yang diikat. Maka, objek ikatan itu dapat diartikan sebagai
selek. Nah,
selek adalah suatu aktivitas mengikat sesuatu dengan sesuatu agar kuat dan tidak tercerai berai, tidak terlepas.
2.2.2 Apa Itu Caca Selek.
Kita coba memperhatikan defenisi dari
selek. Selek adalah kegiatan persiapan awal memasuki masa perziarahan menuju cita-cita luhur tertentu dengan menggenakan busana adat orang Manggarai ditandai dengan persembahan meterai darah hewan kurban ritual
teing hang wura agu ceki atau
takung naga agar proses dari cita-cita tersebut mendapat pertolongan, perlindungan teristimewa direstui oleh
Morin agu Ngaran.
Nah,
caca selek adalah melepaskan apa yang pernah diikat sebelumnya tetapi
caca selek sebenarnya adalah ucapan syukur terima kasih kepada Yang Kuasa yang telah mewujudkan cita-cita luhur dari sebuah perjuangan.
Caca selek dalam bahasa teologi disebut sebagai
perjamuan syukur.
Dalam tatanan adat,
caca selek ditandai dengan ritual
takung ase ka'e weki, teing hang wura agu ceki sebagai tanda ucapan syukur dan terima kasih atas berkat Ilahi terhadap perjuangan tersebut.
2.3 Sebuah Sintesa.
Jika ada
selek maka ada
caca selek. Selek adalah sebuah teks tetapi diaplikasikan dengan berbagai konteks sehingga pemahamannya bisa berbeda-beda. Jadi, teksnya adalah
selek sedangkan konteksnya adalah jenis-jenis ritual di dalamnya.
Meski konteks berbeda, tetapi tujuannya satu yaitu cita-cita luhur diridhoi oleh Yang Maha Kuasa. Berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Dengan begitu,
selek adalah sebuah kata yang pengertiannya kompleks dan jamak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Apapun tindakan dari sebuah ritual tujuannya tetap satu. Intinya, agar memperoleh perlindungan dari Yang Kuasa harus diawali dengan ritual sebagai terjemahan lain dari berdoa yang diekspresikan secara lain sebagai
selek.
Ucapan syukur atas permohonan kemudian dilakukan dengan sebuah ritual
caca selek. Nada syukur tersebut sebagai titik pijak awal dimulainya suatu aktus nyata baru yaitu memperoleh kesejahteraan terutama sebagai ritual pembersihan manakala dalam proses ada perilaku yang kurang berkenan agar
nggoling one tonis, nggolong one gongs, one waes laud, one lesos saled, na'a ata manga, tenung ata werud, pagat manga, haeng kawe, dumpu husur - semua noda hilang lenyap dan semua asa tergapai sukses.
3.2 Saran.
Tulisan ini menjadi catatan kritis bagi generasi masa kini agar tetap harmoni, tidak melupakan sama sekali warisan emas leluhur terutama
neka botang agu mamur mbate dise ame, serong dise empo kut bolek loke baca tara, uwa gula bok leso, jengok le ulu wiko lau wa'i, wake celer nggeri wa, saung bembang nggari eta, uwa haeng wulang langkas haeng ntala, kope oles, todo kongkol - jangan sesekali melupakan warisan moral emas leluhur agar hidup sentosa, bersatu padu dan hidup rukun damai senantiasaa dalam kesosialan.
Selain itu, walau hukum adat sudah kian tergerus oleh arus zaman yang serba internetisasi,
mantar bara wua tuka de nuca lale cama po'e nggari one, cama lewang nggari pe'ang, nai ca yanggit tuka ca leleng, kut caka le Mori Ngaran, sompo le Mori Wowo, sembeng le Mori Dedek, anggil le Mori Jari, kapu neka pa'u, embe neka bete, pola neka gomal le Mori Momang - semua generasi tetap bersatu padu dengan prinsip saling mengasihi sehingga senantiasa dijaga Tuhan Semesta Alam.