Kisah di bawah sebuah cerita di dunia anta beranta, kisah bagaimana rezeki diperoleh manakala ada proses komunikasi yang baik.
Simak ceritanya....!!!
Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Ruteng.
Sabtu, 29 September 2018.
[Kata hang atau diterjemahkan sebagai makanan tersebut berasal dari negeri ini dalam bukan dunia anta beranta]
Konon di sebuah Dusun terpencil hiduplah sepasang suami-isteri. Suami-isteri tersebut sudah 80 tahun hidup bersama namun belum dikarunia anak. Pada suatu ketika, wanita yang memiliki nama Mar tersebut berdoa kepada Yang Kuasa agar diberi karunia seorang anak laki-laki. Doanya kemudian dikabulkan, wanita itu pun mengandung meski suaminya amat menyangsikan doa dari isterinya itu.
Wanita itu lalu mengidam. Ngidamnya itu terbilang aneh karena mau memakan daging lidah buaya berwarna merah, bertanduk seperti banten. Mar kemudian memberitahu suaminya. Suaminya yang bernama Sel tersebut kebingungan karena buaya berwarna merah bertanduk seperti banten tersebut hanya ada dalam dunia angan-angan.
Tibalah saat yang tepat mau melahirkan, ngidam tersebut tidak dipuaskan oleh si Sel. Setelah menghitung hari dan bulan berhentinya haid, Mar menyuruh suaminya mencarikan wanita ahli bersalin yang berpengalaman.
Wanita ahli bersalin tersebut datang ke gubuk Mar. Ia melihat dari luar, bayi di dalam rahim tersebut melototinya dengan tajam dan bengis. Melihat itu wanita ahli bersalin yang bernama Areng tersebut meminta maaf, ia mengaku dirinya tidak sanggup sembari berkata: "Sel, saya tidak sanggup membantu kalian karena bayi di dalam kandungan Mar begitu bengis dan kejam!". Sel lalu membalas: "Ah, masa bayi langsung nakal padahal usia kandungan isteriku baru 6 bulan. Ibu pasti berhalusinasi!". Areng lalu berkata: "Aku berkata benar! Hanya saja, selama ini apakah Mar memenuhi permintaan ngidammu dan apa ngidammu itu?". Sel menjawab: "Dia mengindam memakan lidah daging buaya bertanduk seperti banten, buaya itu harus berwarna merah!". Mendengar itu, si Areng langsung pamit mau pulang. Si Mar kemudian memanggil si Areng, panggilnya: "Tolong bantu kami!". Lalu, si Areng berkata: "Anak di kandunganmu itu jika lahir akan menyusahkan banyak orang dan kelak akan menjadi sumber perusak dunia".
Si Mar menjatuhkan air mata meminta belas kasihan dari si Areng karena mereka berdua mengetahui, si Areng adalah wanita tersohor, di tangannya tak seiota pun kegagalan melayani perempuan tengah bersalin. Baru kali ini, ia ketakutan dan tidak mau membantu karena takut disalahkan.
Si Mar terus membujuk, sementara si Sel mulai stress atas pengakuan si Areng. Si Sel pun meminta bantuan agar dibantu. Kata si Areng: "Kamu baru mengandung 6 bulan, lagi 3 bulan puteramu lahir!".
Namun si Mar merasa nyeri di rahimnya, ia ingin melahirkan saja. Si Mar terus meminta tolong. Si Areng menyuruh suaminya tidak ke mana-mana. Si Areng kemudian berkata: " Bayi di dalam rahimmu mau melahirkan!". Si Sel bertambah kaget!
Setelah 4 jam kira-kira merintih, putera si Sel dan Mar pun lahir. Ia lahir prematur namun gigi seri dan taringnya sudah bertumbuh. Ia pun sudah bisa berbicara halnya anak remaja. "Ah, ini anak aneh. Rupanya nanti dia sangat nakal, kepala batu dan keras kepala, suka menang sendiri dan sulit dipercaya!", ucap si Areng. Mar dan Sel hanya diam tepekur.
Bayi itu lalu meminta makanan, ia memintanya dalam bahasa asing. Si Areng heran dan berkata: "Mar, Sel a hang?". Suami-isteri itu heran karena menyebut hang (nasi) sementara mereka tidak tahu apa itu hang.
Si Sel mendekati si Areng. Areng berkata: "Apakah kalian menyimpan hang?". "Ibu lapar, biar saya ambil?", jawab si Sel. "Bukan, anak ini mau makan!". Semakin bingung si Mar dan Sel karena mereka telah menyiapkan madu untuk buah hati mereka. "Anak ini bilang, hang. Hang artinya makanan, dia mau makan mungkin lapar!," jelas Areng. "Itu bahasa apa?," kata Sel. "Itu bahasa suatu daerah asing, artinya makanan!," jelas si Areng. "Ah, masa bayi meminta makanan keras?," heran si Mar. 'Iya, maksudnya dia sekarang mau makanan. Coba dikasih mimi!", jelas Areng.
Anak itupun tidak mau menghisap ASI, ia marah dan menampar si Areng. Si Areng meminta si Sel segera dibuatkan bubur bercampur madu. Si Sel menyanggupi. Setelah diberikan, anak lelaki itu bangun lalu membanting meja dan gelas kemudian menghancurkan bubur bercampur madu tersebut di piring. Lalu menggerutu: "Aku ngoeng inung sopi pareng latung ngoel onen nakeng motang tapa - aku mau minum sopi dicampur jagung bakar muda dan daging babi hutan bakar!". "Ha ha, kau masih balita, masakan meminta minum sopi? Ah, ini anak nakal. Kau masih kecil telur!," kata si Areng sembari tertawa terbahak-bahak.
Mendengar itu, si Mar langsung hilang rasa sakitnya dan seperti menjadi seorang gadis. Seluruh tubuhnya normal, seperti sebuah keajaiban. Ia kemudian tertawa minta ampun karena tidak tahan lucunya begitupun si Sel. Si Sel dan Mar merasa aneh sekali dengan permintaan putera mereka.
Anak yang belum diberi nama tersebut pun langsung tertawa pula karena senang melihat kedua orang tuanya tertawa. Anak itu berkata: "Karena kamu tidak menyiapkannya, maka gigiku kucabut dan biarkan aku meminum ASI saja!".
Giginya pun dicopotnya. Iapun menetek di Mar untuk mendapat ASI, sedangkan bubur bercampur madu tersebut dimakan oleh si Mar. Kemudian, Si Areng menawarkan kepada si Mar dan Sel untuk memberi nama kepada anak itu. Dia berkata: "Saya menganjurkan nama anak ini A Hang!". Ayahnya Sel menambahkan dan berkata: "Anak ini harus ditambah nama mamanya dan saya sehingga menjadi Selmar A Hang!". Si Mar menolak dan berkomentar: "Namanya harus Marsel A Hang saja!". Tanpa teleng aling-aling, si Sel mengamini.
30 tahun kemudian......
Si Marsel A Hang tersebut lalu menjadi anak yang kuat. Ia senantiasa terdepan kalau bermain bola, melakukan aksi melawan Kepala Adat Kampungnya, bahkan senang memberontak di kampung sebelah. Ia selalu mengajak teman sejawatnya untuk merusak rumah-rumah penduduk bila permintaannya tidak diamini.
Leluk demikian nama Kepala Kampung mereka meski hanya sebuah Dusun namun Dusun tersebut sudah berkembang sehingga menjadi Kampung Adat yang besar. Pak Leluk terpilih karena cukup bagus menata kesosialbersamaan. Pak Leluk orang yang terpandang.
Suatu ketika, si Marsel ini pergi diam-diam untuk meminta agar jatah bidang tanah bagiannya harus sesuai keinginannya. Ia datang ke Pak Leluk, lalu berbisik: "Bapak, tolong berikan saya beberapa bidang tanah yang besar-besar!". Pak Leluk, tidak menyanggupi karena ayahnya Sellah yang berhak dibagi, sedangkan dia masih muda. "Marsel, kamu masih muda tak pantas diberi jatah. Aturan di kampung kita, bagi yang masih muda tidak boleh diberikan jatah kecuali kau sudah berkeluarga!," ungkap Pak Leluk.
Marsel langsung balik dan pergi ke tempat pemandian khusus untuk para gadis. Ia ke pancuran mata air, menarik tangan gadis yang tengah mandi memakai sarung, dibujuknya paksa lalu ditidurinya. Gadis itu menjerit kesakitan karena Marsel main paksa. Tanpa dibawa terlebih dahulu ke orang tua gadis itu, ia langsung membawanya ke Pak Leluk. Pak Leluk kaget, ia membawa seorang gadis kepadanya sementara gadis itu masih bersarung basah kuyup. Si Marsel pun berkelit, dia mengaku itu isterinya. Gadis itu masih menggigil dan merasa kesakitan pada kegadisannya.
Marsel kemudian memaksa Pak Leluk untuk mendapat jatah bidang tanah karena dia telah memenuhi kewajiban dan menuntut haknya. Pak Leluk tentu menolak karena seseorang dikatakan beristeri harus pernah hidup bersama bukan membawa perempuan yang tengah mandi. Si Marsel lalu medongkol dan berkomentar: "Pak Leluk itu buta hukum. Di depan Bapak sudah ada isteri saya!". Pak Leluk, lalu membalas: "Kau Marsel A Hang terganteng, pulang dulu beritahu ayahmu dan orang tua dari gadis ini". Marsel bersikeras dan mengancam: "Jika tidak dilayani, maka aku melucuti pakaian perempuan ini dan melaporkan Bapak ke Komisi Penata Keluarga (KPK) karena telah mengapa-apakan dia!".
Saat si Marsel tengah berkata demikian, ada warga kampung lain yang datang ke rumah Pak Leluk hanya untuk sekedar bertamu. Orang-orang itu mendengar dan melihat langsung. Lalu mereka bersidang dan memutuskan sekalipun si Marsel menjadikan gadis itu sebagai isteri, berdasarkan rapat dewan adat, Marsel didenda dengan bidang-bidang yang merupakan bagiannya akan diberikan setelah ayah si gadis itu datang terlebih dahulu ke Pak Leluk dengan persyaratan si Marsel tidak boleh berbuat ulah lagi.
Putusan itu final, Marsel menyanggupi. Demi menyayangi gadis pujaan hatinya, ia mematuhi semua aturan. Marsel kemudian berhak mendapat jatahnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Kampung Dewan Adat (Pakadea).
Sekian ceritanya!