29/09/18

Marsel A Hang?

Kisah di bawah sebuah cerita di dunia anta beranta, kisah bagaimana rezeki diperoleh manakala ada proses komunikasi yang baik.

Simak ceritanya....!!!

Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Ruteng.
Sabtu, 29 September 2018.

[Kata hang atau diterjemahkan sebagai makanan tersebut berasal dari negeri ini dalam bukan dunia anta beranta]

Konon di sebuah Dusun terpencil hiduplah sepasang suami-isteri. Suami-isteri tersebut sudah 80 tahun hidup bersama namun belum dikarunia anak. Pada suatu ketika, wanita yang memiliki nama Mar tersebut berdoa kepada Yang Kuasa agar diberi karunia seorang anak laki-laki. Doanya kemudian dikabulkan, wanita itu pun mengandung meski suaminya amat menyangsikan doa dari isterinya itu.

Wanita itu lalu mengidam. Ngidamnya itu terbilang aneh karena mau memakan daging lidah buaya berwarna merah, bertanduk seperti banten. Mar kemudian memberitahu suaminya. Suaminya yang bernama Sel tersebut kebingungan karena buaya berwarna merah bertanduk seperti banten tersebut hanya ada dalam dunia angan-angan. 

Tibalah saat yang tepat mau melahirkan, ngidam tersebut tidak dipuaskan oleh si Sel. Setelah menghitung hari dan bulan berhentinya haid, Mar menyuruh suaminya mencarikan wanita ahli bersalin yang berpengalaman. 

Wanita ahli bersalin tersebut datang ke gubuk Mar. Ia melihat dari luar, bayi di dalam rahim tersebut melototinya dengan tajam dan bengis. Melihat itu wanita ahli bersalin yang bernama Areng tersebut meminta maaf, ia mengaku dirinya tidak sanggup sembari berkata: "Sel, saya tidak sanggup membantu kalian karena bayi di dalam kandungan Mar begitu bengis dan kejam!". Sel lalu membalas: "Ah, masa bayi langsung nakal padahal usia kandungan isteriku baru 6 bulan. Ibu pasti berhalusinasi!". Areng lalu berkata: "Aku berkata benar! Hanya saja, selama ini apakah Mar memenuhi permintaan ngidammu dan apa ngidammu itu?". Sel menjawab: "Dia mengindam memakan lidah daging buaya bertanduk seperti banten, buaya itu harus berwarna merah!". Mendengar itu, si Areng langsung pamit mau pulang. Si Mar kemudian memanggil si Areng, panggilnya: "Tolong bantu kami!".  Lalu, si Areng berkata: "Anak di kandunganmu itu jika lahir akan menyusahkan banyak orang dan kelak akan menjadi sumber perusak dunia". 

Si Mar menjatuhkan air mata meminta belas kasihan dari si Areng karena mereka berdua mengetahui, si Areng adalah wanita tersohor, di tangannya tak seiota pun kegagalan melayani perempuan tengah bersalin. Baru kali ini, ia ketakutan dan tidak mau membantu karena takut disalahkan. 

Si Mar terus membujuk, sementara si Sel mulai stress atas pengakuan si Areng. Si Sel pun meminta bantuan agar dibantu. Kata si Areng: "Kamu baru mengandung 6 bulan, lagi 3 bulan puteramu lahir!". 

Namun si Mar merasa nyeri di rahimnya, ia ingin melahirkan saja. Si Mar terus meminta tolong. Si Areng menyuruh suaminya tidak ke mana-mana. Si Areng kemudian berkata: " Bayi di dalam rahimmu mau melahirkan!". Si Sel bertambah kaget! 

Setelah 4 jam kira-kira merintih, putera si Sel dan Mar pun lahir. Ia lahir prematur namun gigi seri dan taringnya sudah bertumbuh. Ia pun sudah bisa berbicara halnya anak remaja. "Ah, ini anak aneh. Rupanya nanti dia sangat nakal, kepala batu dan keras kepala, suka menang sendiri dan sulit dipercaya!", ucap si Areng. Mar dan Sel hanya diam tepekur. 

Bayi itu lalu meminta makanan, ia memintanya dalam bahasa asing. Si Areng heran dan berkata: "Mar, Sel a hang?". Suami-isteri itu heran karena menyebut hang (nasi) sementara mereka tidak tahu apa itu hang.

Si Sel mendekati si Areng. Areng berkata: "Apakah kalian menyimpan hang?". "Ibu lapar, biar saya ambil?", jawab si Sel. "Bukan, anak ini mau makan!". Semakin bingung si Mar dan Sel karena mereka telah menyiapkan madu untuk buah hati mereka. "Anak ini bilang, hang. Hang artinya makanan, dia mau makan mungkin lapar!," jelas Areng. "Itu bahasa apa?," kata Sel. "Itu bahasa suatu daerah asing, artinya makanan!," jelas si Areng. "Ah, masa bayi meminta makanan keras?," heran si Mar. 'Iya, maksudnya dia sekarang mau makanan. Coba dikasih mimi!", jelas Areng.

Anak itupun tidak mau menghisap ASI, ia marah  dan menampar si Areng. Si Areng meminta si Sel segera dibuatkan bubur bercampur madu. Si Sel menyanggupi. Setelah diberikan, anak lelaki itu bangun lalu membanting meja dan gelas kemudian menghancurkan bubur bercampur madu tersebut di piring. Lalu menggerutu: "Aku ngoeng inung sopi pareng latung ngoel onen nakeng motang tapa - aku mau minum sopi dicampur jagung bakar muda dan daging babi hutan bakar!". "Ha ha, kau masih balita, masakan meminta minum sopi? Ah, ini anak nakal. Kau masih kecil telur!," kata si Areng sembari tertawa terbahak-bahak.

Mendengar itu, si Mar langsung hilang rasa sakitnya dan seperti menjadi seorang gadis. Seluruh tubuhnya normal, seperti sebuah keajaiban. Ia kemudian tertawa minta ampun karena tidak tahan lucunya begitupun si Sel. Si Sel dan Mar merasa aneh sekali dengan permintaan putera mereka. 

Anak yang belum diberi nama tersebut pun langsung tertawa pula karena senang melihat kedua orang tuanya tertawa. Anak itu berkata: "Karena kamu tidak menyiapkannya, maka gigiku kucabut dan biarkan aku meminum ASI saja!". 

Giginya pun dicopotnya. Iapun menetek di Mar untuk mendapat ASI, sedangkan bubur bercampur madu tersebut dimakan oleh si Mar. Kemudian, Si Areng menawarkan kepada si Mar dan Sel untuk memberi nama kepada anak itu. Dia berkata: "Saya menganjurkan nama anak ini A Hang!". Ayahnya Sel menambahkan dan berkata: "Anak ini harus ditambah nama mamanya dan saya sehingga menjadi Selmar A Hang!". Si Mar menolak dan berkomentar: "Namanya harus Marsel A Hang saja!". Tanpa teleng aling-aling, si Sel mengamini.

30 tahun kemudian......

Si Marsel A Hang tersebut lalu menjadi anak yang kuat. Ia senantiasa terdepan kalau bermain bola, melakukan aksi melawan Kepala Adat Kampungnya, bahkan senang memberontak di kampung sebelah. Ia selalu mengajak teman sejawatnya untuk merusak rumah-rumah penduduk bila permintaannya tidak diamini.

Leluk demikian nama Kepala Kampung mereka meski hanya sebuah Dusun namun Dusun tersebut sudah berkembang sehingga menjadi Kampung Adat yang besar. Pak Leluk terpilih karena cukup bagus menata kesosialbersamaan. Pak Leluk orang yang terpandang. 

Suatu ketika, si Marsel ini pergi diam-diam untuk meminta agar jatah bidang tanah bagiannya harus sesuai keinginannya. Ia datang ke Pak Leluk, lalu berbisik: "Bapak, tolong berikan saya beberapa bidang tanah yang besar-besar!". Pak Leluk, tidak menyanggupi karena ayahnya Sellah yang berhak dibagi, sedangkan dia masih muda. "Marsel, kamu masih muda tak pantas diberi jatah. Aturan di kampung kita, bagi yang masih muda tidak boleh diberikan jatah kecuali kau sudah berkeluarga!," ungkap Pak Leluk.

Marsel langsung balik dan pergi ke tempat pemandian khusus untuk para gadis. Ia ke pancuran mata air, menarik tangan gadis yang tengah mandi memakai sarung, dibujuknya paksa lalu ditidurinya. Gadis itu menjerit kesakitan karena Marsel main paksa. Tanpa dibawa terlebih dahulu ke orang tua gadis itu, ia langsung membawanya ke Pak Leluk. Pak Leluk kaget, ia membawa seorang gadis kepadanya sementara gadis itu masih bersarung basah kuyup. Si Marsel pun berkelit, dia mengaku itu isterinya. Gadis itu masih menggigil dan merasa kesakitan pada kegadisannya. 

Marsel kemudian memaksa Pak Leluk untuk mendapat jatah bidang tanah karena dia telah memenuhi kewajiban dan menuntut haknya. Pak Leluk tentu menolak karena seseorang dikatakan beristeri harus pernah hidup bersama bukan membawa perempuan yang tengah mandi. Si Marsel lalu medongkol dan berkomentar: "Pak Leluk itu buta hukum. Di depan Bapak sudah ada isteri saya!". Pak Leluk, lalu membalas: "Kau Marsel A Hang terganteng, pulang dulu beritahu ayahmu dan orang tua dari gadis ini". Marsel bersikeras dan mengancam: "Jika tidak dilayani, maka aku melucuti pakaian perempuan ini dan melaporkan Bapak ke Komisi Penata Keluarga (KPK) karena telah mengapa-apakan dia!". 

Saat si Marsel tengah berkata demikian, ada warga kampung lain yang datang ke rumah Pak Leluk hanya untuk sekedar bertamu. Orang-orang itu mendengar dan melihat langsung. Lalu mereka bersidang dan memutuskan sekalipun si Marsel menjadikan gadis itu sebagai isteri, berdasarkan rapat dewan adat, Marsel didenda dengan bidang-bidang yang merupakan bagiannya akan diberikan setelah ayah si gadis itu datang terlebih dahulu ke Pak Leluk dengan persyaratan si Marsel tidak boleh berbuat ulah lagi.

Putusan itu final, Marsel menyanggupi. Demi menyayangi gadis pujaan hatinya, ia mematuhi semua aturan. Marsel kemudian berhak mendapat jatahnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Kampung Dewan Adat (Pakadea).

Sekian ceritanya!

26/09/18

Arti Tanda Tangan dari Melky Pantur.

Nama adalah tanda (nomen est omen), demikian tanda tangan atau paraf adalah tanda. Karena itu, saya berusaha menjelaskan apa sebenarnya maksud dari tanda tangan saya di bawah ini ketika dianalisis. Lazimnya, awal mula tanda tangan tanpa dipikirkan tetapi lahir dari gerak refleks ketika seseorang bisa menulis. Kurang lebih demikian.

Simak penjelasan berikut:

Ditulis oleh: 
Ruteng.
Kamis (27/9/2018).



Tanda tangan saya adalah sebuah tulisan nama. Nama itu adalah Melkior Pantur. Coba lihat abjad M dan P. M di depan lalu P di belakang menjadi MeLKioR PAntuR.


Berikut penjelasannya....

Saya lahir di Sampar, Kamis, 3 Desember 1981. Zodiak Sagittarius.

Pada waktu saya kecil saya memulai memaraf dengan huruf besar H lalu diikuti dengan m kecil dan diakhiri dengan t kecil. H besar artinya hidup, m adalah nama panggilan kecilku mili dan t kecil adalah simbol pagar, sebuah pemagaran terhadap sesuatu bahwa saya harus menutup semua pengaruh jahat dari belakang dan depan. Di situ artinya mengunci.

Kemudian.....

Dalam perkembangannya, huruf G besar ditambah kemudian. Saya ingat akan seorang Kakek bernama Gaspar Garung. Ditambahlah di depannya G. Selanjutnya, saya mulai menganalisis t kecil sebagai pagar adalah nama ayahku Theodorus Tamat, sedangkan H besar adalah nama Pamanku, Herman Kiot. Lalu, m kecil seperti lilitan kumparan yang merupakan namaku mili, lihat saja di atas ada titik titik. Dan saya pun menganalisis nama mili yang ternyata merupakan arti dari me (saya) dan lee (berteduh). Jadinya, saya berteduh. Sebenarnya nama asli saya bukan Mili tetapi orang di kampung Coal dan Sampar memanggilku sebagai Mili saja, sedangkan nama asliku Melkior Pantur.

Jadilah, tanda tangah saya berarti G, H, m dan t. Artinya, Gaspar, Herman, Mili dan Tamat. Saya melihat ketiga pribadi tersebut adalah sosok pria yang pernah dekat dengan saya makanya saya berteduh, berlindung di tengah mereka bertiga.

Selanjutnya.....

Dalam perkembangan lanjutan, huruf H ketika ditambah dengan G membentuk huruf M, N, A, V, J, K, D, L, f, x dan Z. Huruf bagian tengahnya berupa m, i, w, S, b, u. Huruf bagian belakang t, y, P, R, B, D, b. Bagian atas C, e, n, o. Simbol: ∆ , ^, /, @.

Jika menurut alphabet, maka akan menjadi: A, b-B, C, D, e, f, G, H, i-I, J, K, L, m-N, o, P, R, S, T, u, V, w, X, y, Z. Dari abjab A - Z ada semua.

Orang tua

Saya lahir dari Veronika Danut dan Theodorus Tamat. Lihat di situ ada VD dan TT. Abjad di kedua nama orang tuaku pun adalah kumpulan dari abjad di paraf.

Kakek dan Nenek

Dalam paraf tersebut terdapat nama Yakobus Antan dan Regina Nganul. Terdapat pula Gaspar Garung dan Sobina Sidung.

Nama Puteraku

Coba lihat nama A dan V besar di depannya, terlihat jelas sekali. A dan V besar tersebut adalah nama kedua puteraku (A) Arnoldus Sanpepi Juang Pantur sedangkan V adalah nama putera keduaku Vinsensan (V) Jovialen Perki Pantur. Lalu, nama mereka berdua terbentuk atas abjad ASJP dan VJPP. Kedua nama puteraku pun tercantun dalam tanda tangan di atas. Lalu, ada huruf O G P (Oktovian Gening Pantur). Okto putera ketigaku. 

Isteri

Di situ terdapat sebuah tulisan R besar dan w kecil sehingga membentuk Rw adalah nama dari isteri Regina Wangung. Nama isteriku juga tercantum dalam paraf tersebut.

Saudari

Tak pelak, tanda tangan tersebut pun mencakup nama saudariku Yovitas Setia (yS) dan Floriana Sinar (fS). Sedangkan, nama saya terlihat seperti MmP.

Gabungan dalan simbol sebutan ketuhanan:

Versi Bahasa Indonesianya

AB  (Allah Bapa)
Ay (Allah Yesus)
MB (Maria Bunda)
yP (Yohanes Pembaptis, Yesus Pencipta)
MD (Manusia Dewa)
PD (Pencipta Dunia)
yK (Yesus Kristus)

Versi Bahasa Manggarainya

MD (Mori Dedek, Mori Dewa).
MB (Mori Bengkes)
MP (Mori Pu'un)
My (Mori Yesus)
MS (Mori Sambe)
Mt (Mori Titong)
MK (Mori Keraeng)
yMKJDC (Yesus Mori Kerang Jari Dedek Caoca)

Versi Bahasa Inggris:

C = Creator
G = God
o = Omni
P = Potent
M= Man
V = Viva

----------------
Perhatikan penjelasan di bawah ini: 


i. 

Bila tanda tangan tersebut dibalik, akan tersusun abjab berupa:

e, F, c, m, n, K, W, V, P, D, t, T, A, E

Simbolnya
#, £

ii. 

Jika tanda tangan tersebut dibalik lagi, maka akan membentuk sebuah filosofi kehidupan yang berasal dari benih. Lalu melepaskan busur panah. Sepintas terlihat angka 3 D, ketika diperhatikan mirip 3 Desember. Dan tampak jelas ada panah ke sebuah rahim yang membentuk huruf D, sedangkan di depannya huruf V. Ketika digabung adalah singkatan dari nama Ibuku Veronika Danut (VD).

Akan terbentuk abjab:

U, v, D, P, T

Lih. gambar berikut:


iii.

Kemudian, paraf tersebut membentuk sebuah kekuatan berlambang pedang yang terhunus dan kemudian membentuk huruf A. A itu adalah lambang cucu perjanjian bernama Arnoldus.

Akan membentuk abjab:

C, t, A, O

Lih. gambar:


iv. 

Hal lain ketika tombak menancap ke bawah, menyerupai benda tertancap panah.

Akan membentuk abjab:

W, G, U, o, t

Lih. gambar:


v.

Kemudian, panah ditancapkan ke atas akan membentuk sebuah parah yang berbentuk seperti ini:

Akan membentuk abjad:

t, H, w, M, V, D, k

Lih. gambar:

vi. 

Hal lain coba diperhatikan bagaimana bentuknya pedang terhunus dan sedang memanah. Simbol A sebagai pemegang pedang terhunus, menentukan kebijaksanaan.

Akan terliahat abjab:

A, t, D, o

Lih. gambar:

Simbolnya

Alfa dan Omega

vii.

Terlihat pula bila posisinya begini akan membentuk tulisan V yaitu Vinsensan. Vinsensan menghunuskan pedangnya tanda peringatan.

Dengan abjad: 

G, U, V, H, t

Simbolnya 

Zigma

viii.

Paraf ini membentuk zodiak Sagittarius. Ada pula lambang anak panah yang tengah meluncur dan sebuah busur panah yang siap meluncur sebagai simbol sari bintang, zodiak saya yaitu Sagittarius.

Lih. gambar:






Paraf tersebut pun memiliki sandi ke-12 sari bintang. Simak baik-baik!

Tulisan di atas setelah dikaji memiliki penjelasan yang mendekati kebenarannya.

Arti Tiga Titik

3 titik ... menggantikan 3 ***. Tiga ... adalah 3 *** yang merupakan kekuatan alam semesta yang merupakan representasi dari Trinitas, Trimurti. Dalam Bahasa Manggarai dirumuskan Telu Leleng Ca Nggeluk Keta. Brahma, Visnu dan Shiva. Hal itupun merupakan representasi dari Bapa, Putera dan Roh Kudus. *** adalah tiga kekuatan yang satu yang melambangkan kekuatan seluruh alam semesta.
















Melky Pantur

Profile:

[Mélkior Pantur]

Nama : Mélkior Pantur
Tempat Lahir: Sampar, Manggarai
Tanggal Lahir: 3 Desember 1981
Hari Kelahiran: Kamis
Desa Kelahiran: Pong Lalé, Kecamatan Ruteng
Alamat: Kampung Ntalung, Desa Coal, Kecamatan Kuwus.
Status: Beristeri
Agama: Katolik Roma
Pekerjaan: Swasta

Tanda Tangan




Pendidikan:

Sekolah Dasar Katolik (SDK) Coal, masuk 1988
Sekolah Dasar Inpres (SDI) Nggawang lulus 1994
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I (SLTPN I) Kuwus tamat 1997
Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Primadona Ruteng lulus 2000
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) St. Paulus Ruteng Jurusan Pendidikan Teologi tamat 2012

Ijazah Terakhir:

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Perguruan Tinggi:

Wakil Pemred Majalah Kandil STKIP St. Paulus Ruteng

Menulis:
Tulisan sejarah dan budaya di blogspot dan membuat majalah budaya MEDIA INSPIRASI

Organisasi:

Ketua Bidang Pendidikan OMK Kristus Raja Mbaumuku Ruteng 2002
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) Cabang Ruteng
Bergabung dan Mendirikan Ormas NasDem di Kabupaten Manggarai
Sempat Menjadi Pengurus Golkar Kabupaten Manggarai

Isteri:

Régina Wangung


Anak:

Arnoldus Sanpépi Juang Pantur
Vinsénsan Jovialén Pérki Pantur
Oktovian Gening Pantur





Orang Tua:

Théodorus Tamat
ronika Danut+

Véronika Danut puteri dari pasutri Gaspar Garung dan Sobina Sidung.

Sebastiana Lahut bersuamikan Gaspar Garung di Langkas, Romana Pahul bersuamikan Lorensius Man di Nati; Hérman Kiot memperisterikan Rita Magno Ximénés dari Lospalos, Timor Leste; Véronika Danut bersuamikan Théodorus Tamat dari Coal; Wihélmina Bambung bersuamikan Agustinus Ranggut dari Satarara; dan Kristina Naut bersuamikan Pétrus Sikoturu dari Bajawa.

Kakek dan Nenek:

Ayah: Yakobus Antam dan Régina Nganul
Ibu: Gaspar Garung dan Sobina Sidung

Saudari:

Yovita Setia+
Florida Sinar

Jabatan:

Ketua LSM Lembaga Studi Budaya dan Sejarah Manggarai (LSBSM) berakta notaris, 2014. Majalah LSM Media Inspirasi, 2012 - sekarang, yang mana media ini menulis beberapa catatan kritis tentang sejarah dan budaya Manggarai 

Media Sosial:

lky Pantur (Facebook), @MélkyPantur (Twitter), Melky Pantur (Instagram).

Blogspot:

melky-pantur.blogspot.com
waselincor.blogspot.com
permaidikarakita.blogspot.com
jepekrenceng.blogspot.com

Youtube:

Melky Pantur

Contact Person:

+6285239134340 (WhatsApp)

Email:

melky.pr@gmail.com, melkypantur@yahoo.com, mediainspirasi2012@gmail.com, melky81pr@gmail.com

Zodiak:

Sagitarius

Warga Negara:

Indonesia, Benua Asia

Pulau:

Flores

Propinsi:

Nusa Tenggara Timur (NTT)

Kabupaten:

Manggarai Barat

Domisili:

Ruteng, Manggarai, Flores

Suka: 

Touring, menulis, bercerita dan mendengar musik terutama gregorian dan serosa

Prinsip:

Berkata jujur dan mengutarakan hal-hal penting

Pandangan Politik:

Memperkuat ekonomi terlebih dahulu kemudian ceblung dalam politik praktis

Pandangan Rohani:

Yesus Allah yang hidup dalam Trinitas

Tapak Hidup:

Kesaksian Hidupku

Silsilah:

Mengenal Lebih Dekat Mélky Pantur

Lokasi Bermain Masa Kecil:

Watu Radi di Sampar dan Watu Radi objek wisata alam yang indah.

Karya Skripsi:

Pembahasan


Tempat Kelahiran

Ini rumah di mana saya dilahirkan Ibunda, Véronika Danut, Kamis Pon, 3 Desember 1981


Silsilah

Mélkior Pantur putera dari pasangan Théodorus Tamat dan Véronika Danut.

Théodorus Tamat putera dari pasangan Yakobus Antam dan Régina Nganul.

Véronika Danut puteri dari Gaspar Garung dan Sobina Sidung.

Dari sisi Ayah dan Ibu
Susunan silsilahnya: 

Mélkior Pantur - Théodorus Tamat - Yakobus Antam - Sélé - Péléng - Wéwét.

Mélkior Pantur - Véronika Danut (perempuan) - Gaspar Garung - Rua - Repong.


Dari Sisi Kakek dan Nenek
Susunan silsilahnya:

Mélkior Pantur - Théodorus Tamat - Régina Nganul - Ndaga dan Damung

Mélkior Pantur - Véronika Danut - Sobina Sidung - Mbaka - Antal - Wanda - Suing

Silsilah  Véronika Danut
dari Sisi Sobina Sidung

Suing 

Suing memperanakkan Sangka (Keturunan Rénsi Ambang di Cumbi), Béro (keluarga Wotok), Méro (keluarga Purék), Kembang (keluarga Taga), dan Wanda (Keturunan Ranggi).

Wanda memperistrikan Iju, maka lahirlah Antal. Antal memperanakkan Calang, Mbaka dan Tangkas.

Calang memperanakkan Alfons Daha, Bertolomeus Abut, Ana Sinung, Yohanés Ngagut, Élisabéth Ngilut, Markus Akang, Bernadus Nggadu. (LihYohanés Ngagut).

Kemudian, Mbaka memperisterikan Bobek melahirkan Hanis Ronco, Sobina Sidung (bersuamikan Gaspar Garung di Sampar), Kelara Ngamur (bersuami di Béo Kina), Maria Mbahung (bersuami di Téras). Hanis Ronco memperanakkan Héndrikus Sonto. Sementara, Tangkas memperanakkan Anton Pal, Pétrus Ndadut, Rius dan Matias Éro.

Sisi Ibu Véronika Danut
Sobina Sidung

Mélkior Pantur - Théodorus Tamat dan Véronika Danut - Gaspar Garung dan Sobina Sidung -  Mbaka dan Bobek - Antal - Wanda dan Iju - Suing

Sisi Ibu
Gaspar Garung

Mélkior Pantur - Théodorus Tamat dan Véronika Danut - Gaspar Garung dan Sobina Sidung -  Rua dan Bambung - Repong.  

Sisi Ayah Théodorus Tamat
Régina Nganul

Mélkior Pantur - Théodorus Tamat dan Véronika Danut - Yakobus Antan dan Régina Nganul - Ndaga dan Damung.

Sisi Ayah
Théodorus Tamat

Mélkior Pantur - Théodorus Tamat dan Véronika Danut - Yakobus Antan dan Régina Nganul - Sélé - Péléng - Wéwét.

Bagaimana sejarah keluarga dari Melky Pantur di Coal, Flores bisa klik di sini: Keturunan Empo-Wewet di Coal, Flores.




















23/09/18

Surak Landang.

Karit le: Melky Pantur***),
Ruteng.
Loho Minggu 15, 
Wulang Ciok, 2018.
Paci de Karit'en:
Compang toda reba Coal, surak landang reba Sampar. 

Nunduk. 
Gejek de Kereng Kolang!

Nggui....!

Mede, toe de manga dod'deh sekola one Nusa Lale, nggiti kole Gereja sewen one tenlino Manggarai, duhu laring sain wa Jengkalang Reo de, iti sebong siri Serani'edeh ata pat tauh, te siri ro'eng de Muri Keraeng, Muri Yesuu'h, ntaung sesebu siok ratuh sampulu hua (1912).

[Gambar ilustrasi dari cerita tersebut]

[Gambaran suasana dalam cerita tersebut, sebuah gambar ilustrasi]

Nggiti...!

Pah ge, manga one sa beo, kereng hitu ngahang kat ge hia ga he Kawi Kawol. Sa loho, hia giri te kawing mantar'en en wain. Maik hia sumang Guru Agama one beo gia, betuan te benta Tuang one Paroki te berkak mantar'en en wai hitu ai leng keta de deun beo hitu on mai Paroki, sua loho eme liti jarang. 

Puli tuli'hen le Guru Agama hitu surak hitu. Mai hia ga na'a duhu riti peti surak hitu. Puli hitu hia, ngo sumang Adak Tu'a Golo one beo hitu te bantang kut benta hae golo supu mai. 

Runing de Guru Agama ga, na'a dedia surak hitu agu ting one Tu'ang one Gereja. Bo idep de Kawi Kawol, ngetuk toe huan.

Telu loho wa ga, iti emin liha surak te landang Tuang hitu. Mai taen one nain: "Pede de Kereng Guru Agama na'a dedia surak hitu! Tah, suim na'a wa riti peti'y keta laku ga. Ahi kat ban be bonen!". Manga envelope surak hitu pande de Guru Agama.

Iti ga, titi jarang koen, ba manuk agu dadang kaba te ba le Tuang. Sua loho one halang, telu tau ata reman he Kawi Kawol hitu.

Pah...!!!

Sedek nang ulu mat loho, iti said ihe one Gereja. Ri Tuang liha, mai wali dihe at ka'eng nditu: " Tuang, rebaong sapu gula lakon ngo one sa beo, se pat de sain!". 

Mai he Kawi Kawol ting surak ho'ot one mai Guru Agama one ata hitu. Taen: "Ting kat surak ho'o lite one Tuang, neka basang lite surak ho'o!". Ngetuk kaut hia hitu, puli hitu liha ga na'a duhu one lo'ang de Tuang.

Pat luang wa ga, iti iri arat benta lawa, pakih taung kaba, mbe, jarang te ramen kawing. Penong lawa one ndei, toe tara tua Tuang. Wangka keru pusun ga, nggiti kole ata landang gia. 

Mane ga, kut temba golo hale, mai gejek de Guru Agama: " A surak ho'ot pande gaku kom puli ting agu Tuang on piha?". Wale gia: "Puli ga, landing be bonen one riti peti king laku pedeng'en!".

Denge hitu, gak ulun Guru Agama agu jer he Kawi Kawol emi surak hitu. Mai hia emi. Ita hitu he Guru Agama ga tuku ha'in, mai taen: " Hampam Kereng e, suit tar toe ting agu Tuang le hau surak ho'o!". Mai Guru Agama ho'o tae agu lawa do. Iti kari a ribong ata situ agu boat anak molah'en. 

Mane tana ga, sumpeng taung lawa, sewen puli roban hangged sesa na'ang nggiti kole puli sidad anak wina gia. 

Nendep sekoe ten lino, reme hang wie dihe on Mbaru Gendang, mbata agu sanda, mangah yata rangkuk alud. Duhu hitu, manga yata reba molah ngoeng tau agu siri wina rona'deh laing ajol sumang manik du hitu sewen teh sempulu loho keta sasi ba'ang te belut agu merup laing dihe nai te hehul, manga yata bae lata tu'ad du hitu. 

Reme lompong wied ihe, iti kari ga runing jarang de Tuang...tok tak tok tak tok tak. Lenget taung ihe, ai one hai dihe tem main Tuang. Kari Tuang ho'o manga tiba surak on mai Guru Agama te berkak anak de Kawi Kawol, surak hitu ba liha nggerone Tuang katu agu ata so'ot titi gola malang so'ot dini se beo ka'eng one mai Gereja. Pah duhu loho Minggu, ata hitu ngahang he Jepek Rata Net toe mamur liha pede de Guru Agama hitu ba surak one Tuang. Tara teing musi main le Guru Agama ai denge liha siwi sok de winan sui tara manga kin surak hitu one riti peti du pali nitu hia kole one mai uman du mane rep. Boto ritak Guru Agama hitu, mai hia pande kole. Neho ata remong, Kereng Jepek Rata Net senggo one hekang gia agu toko nditu'y wiga ting liha one Kereng hitu ba le Tuang surak hitu.

Berkak!

Neho diang gula, mai tae de Tuang: "Berkak at koe situ ga!". Tepa le Kawi Kawol: " Ole Tuang, salang pande gaku teh. Toem ting laku surak landang nggerone ite on piha, bakon kanang envelope ata ting e!". Mai tae de Tuang: "Aku kole lenget e, tem manga surak bebonon hot ting dite sait woko benang sengkan lihe le Gereja! Di'an seluang wa, manga surak weru one mai Guru Agama ba le Kereng Jepek one aku'y!". 

Tae de Kawi Kawol: "Bae ne main lite Kereng Guru Agama?". Wale de Guru Agama: " One mai kaka lelap ta, sui keta tara rin e?". Mai ta de Kawi Kawol: "Kari ata mbeko eroh ite Keraeng Guru Agama!". Sapu le Tuang: "Iti meng eme yata hot te jer yagu pepak de Muri Yesuuh!". Nditu main, lenget taung hanged ro'eng do agu pu'ung ihe titi ata Tu'a Laing lihe Guru Agama hitu, sewen pu'ung nitu main apa kat pa'eng one beo hitu simpa te latang Keraeng Guru Agama. 

Mai tae de Tuang: "Boto ata nggopet aku, ui laku daden Kereng Jepek te siri sica laing tu'ung ko toe surak ho'o. Kari ga tu'ung!". Denge hitu, mai he Kawi Kawol hot ata okot bora eroh nggao he Kereng Jepek agu Guru Agama. Nihang agu bengkeh keta nain ga!

Neho diang, iti kari berkak mantar gia le Tuang. Bombong keta nain agu basa keta rak'en ga. Manga yata so'ot wendo weru du rame hitu berkak koleh le Tuang, sua loho wa. Nihang taung nai de lawa nitu sewen te latang he Kereng Jepek agu Guru Agama. 

Pulih berkak hangged taung ihe nditu, lawa do ketah! Pah, duhu kut puli ngaji one ndei hitu, mora le run he Kereng Jepek Rata Net one main bate lonton. Lenget taung lawa nggiti kole Tuang. 

Mai tae de Tuang: " Sui tar botang le run kat Keraeng ho'o bo ge?". Mai tae dihe nditu: "Aha manga mbeko pepot'en o Tuang?". Jejer taung lawa. 

Mai tae de Tuang: " Beo de Kereng hitu nditi main lorong tulih ngahang de Keraeng ho'ot ban le Kereng Guru Agama. Aha le hemi bae?". Manga piha ata one mai beo hitu hot saro de Kereng Jepek Rata Net, taed: "Toe manga ngahang agu tara de Kereng hitu one beo gami e Tuang!". Wale de Tuang: " Hemar kat ga, ahi kat gejek do!". 

Lenget taung ihe, Tuang nggiti kole Guru Agama sait Kereng Jepek Rata Net toko one hekang gia du toe de sapu gulan puli kat nek teten wiga lakon ga! Mai tae de Kawi Kawol: "Ape ho'og ge ta? Tem baen laku ga!".

Pitu loho Tuang ka'eng one beo hitu. Gejek de Tuang ga, tombo liha neteng weki sui keta sampe le Muri Keraeng eme manga get dite ata di'an telatang hae atad. "Mai Murin te sample ite," iti wewa de Tuang. 

Mai he Kawi Kawol teing sesa gia so'ot nanang ting agu Guru Agama landing tae de Guru Agama eme manga kat do'ong'en sepiha manga kat pa'u reweng'en. Neho diang kole Tuang ga agu wewa keta neteng bendar, tombo keta neteng golo yolon ape yata puli yita le mata miteng dihe di'a de Murin.

Nitu main gah...!!!

Sentaung wa, iti kali ita le nipin li Kawi Kawol: "Taen, Aku Pu'un Caoca! Hau eme manga ata do'ong one golo porong sampe lehau saep, sasa laha yagu maha dihe, neka benang ngerang yagu poe mu'u. Agu ngahang de hau pu'ung no'o main he Lembak Nai Nggalas Nawa. Tara ngahang hitum, ai puli lehau sampe'deh do'ong data neteng golo te ta'ang hanged berkak dihe!". 

Neka ge, he Kawi Kawol wewa liha ngahang'en neteng tana he Lembak Nai. Tombo kole liha di'an de Murin. Sait hia puli sampe yata lawa so'ot berkak bemusi main mantar gia sewen piha oka'deh kaba, mbe agu jarang te sampe yata situ toe rekengs ngahang manuk yagu asu yata pula na'a be wa'ad'edeh. Sewen yata lanta rasap taung yata situ. Ting berkak le Murin he Kawi Kawol, do empo koen yagu mese bekek dihe.

Puli nunduk hitu ga, dompo nditu!

18/09/18

Sejarah Gendang Wewo.

Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Wewo.
Satar Mese.
Selasa (18/9/2018).

Nenek moyang Wakil Bupati Manggarai, Drs. Victor Madur.


[Drs. Victor Madur]

Lazimnya, untuk memeriahkan sebuah ritual congko lokap di Nuca Lale, Manggarai, Flores diisi dengan sebuah tarian perang bernama caci

[Usually, to enliven the congko lokap ceremonials, caci dance is as a game of choice. That is often done by them in Nuca Lale, Manggarai. Caci is not a ritual but as an entertaint game only. One of the ritual is due to give offerings to all those ancestors].




[Seninya bermain caci melalui toto lomes]

Lumrahnya pula mereka mengundang meka landang (tamu caci yang diundang dari gendang lain), nanti dibalas dalam rangka merekatkan relasi antar gendang. Meka (tamu) landang (yang diundang, undangan, undang) tersebut berasal dari Gendang Majung, Poco Ranaka, Manggarai Timur.

[Of course, they will invite the guests from the others gendang which is named as meka landang - invited guests). They had invited from Majung Gendang, Poco Ranaka Subdistrict, West Manggarai Regency].


[Tampak Keraeng Stef Patut (kiri) bersama pemain caci]


[Mantu orang Wewo, Servas Jahang, SH tengah melakukan paki reis di alun-alun Gendang Wewo]

Beberapa kegiatan yang dilakukan berupa teing hang wura agu ceki neteng kilo (memberi makan roh leluhur di tiap-tiap rumah tangga diawali dengan memanggil roh leluhur diarahkan ke rumah tinggal), kelas de pa'ang olo ngaung musi (kenduri bersama semua warga gendang), koso saki (membersihkan perbuatan yang dianggap melanggar etika), po'e wakar (menahan jiwa-jiwa yang tengah berziarah di bumi agar tidak lekas dipanggil yang Kuasa). 

[Congko lokap is a complicated ceremonials because that is a consist of several types of rituals that start to give offerings to the ancestor in home where they must praying in grave priorly then doing the general feast, wash clean all those sins, at last keep the soul let no going out early of this world]. 






[Pasca digelarnya barong boa dan barong wae, maka digelarlah ritus barong compang]

Setelah itu, barong wae (memberi sesajian di mata air), barong boa (memberi sesajian kepada roh leluhur di kuburan umum), penti libur kilo (syukuran keluarga di masing-masing keluarga dengan makan bersama dengan sebuah ritual), tudak penti (syukuran panenan umum), caci agu caci rege (caci bersama), tudak ela pantek (ritual meminta berkat dari roh leluhur), lalu sanda agu mbata (tarian di dalam rumah adat yang mengelingi bongkok).

[After that, give offerings in the spring, give offerings to all ancestors in the general grave, doing the family thanksgiving in their each home, doing the general thanksgiving of harvest, caci dance as a distraction, ask for the ancestors blessings, at last make a dance around of the siri bongkok and then playing the gendang and gong].

Kemudian, toto loke (upacara di mana semua warga saling memberi tanda khusus sebagai bentuk penjalinan relasi baik antara anak rona dan anak wina dengan maksud menciptakan relasi), toto loke diikuti dengan sae kaba (diikuti dengan tarian sae di alun-alun lalu lilik compang dengan mana tetua adak mengelilingi compang untuk menyembelih hewan kurban berupa kerbau yang disebut kaba congko lokap).

[And then, create a relation where bring together either the anak rona nor the anak wina in the Mbaru Gendang, with the intention of to glue the relationships among them, sae dance, and lilik compang where they will be walking around of the altar before the sacrificial animals will being sacrificed by them].

Setelah kerbau dipersembahkan di compang, maka malamnya mbata dan sanda, terakhir pentang dan wasa loce (ritual puncak dengan mana semua tikar dibersihkan). 

[After the sacrificial animals killed, at night they will doing a sanda dance and playing the traditional music, awhile tommorow all mats will being washed again].

Sekilas Tentang Cikal Bakal Gendang Wewo.

History.


[Paras dari ceceplence Kakek Sanga di Wewo. Gambar ini diambil dalam rumah Gendang Wewo]



[Keturunan Sanga]

Gendang Wewo bercikal bakal dari hadirnya seorang Kakek bernama Sanga. Sanga, demikian Tu'a Golo Wewo, Aleksius Urung, datang dari Minangkabau. 

The traditional house of Wewo was originally built by a grandfather, his name was Sanga. Sangas' ancestors from Minangkabau - according to their version. 

Sanga tiba di Manggarai, nenek moyang mereka dituntun oleh seekor babi landak (rutung) - sejarah itu terputus.

Aleksius Urung said that, Sanga had arrived in Manggarai based on the guide of a porcupine pigs then become as a totem of their descents.

Sanga kemudian bersama saudaranya yang lain datang ke Mompong. Dari Mompong, ia ke Bangka Wase kemudian ke Wewo tepatnya di bangka Wewo yang dahulu dikenal dengan nama Pong Wewo. Dari Pong Wewo, ia ke lingko Caki yang menjadi sebuah gendang sekarang ini. Di lingko Caki dibangunlah gendang kedua sementara gendang pertama dibangun di lingko Wewo. 

Sanga bring together with his brothers and others, lived in Mompong. From Mompong went to Bangka Wase then lived in Wewo or Pong Wewo. From there, he steps to lingko Caki and now is doing a ceremonials. It means that, they had constructed a gendang in Pong Wewo but 1978 (40 years ago), that gendang have built again now in lingko Caki, not in Pong Wewo again. 

Lingko. 

Adapun nama-nama lingko di Gendang Wewo, di antaranya: Ndosor, Sembong, Randang Pe'ang, Nio, Runtung, Belang, Melir, Caki, Wewo, Pong.

These names of spider web of lands in there, among other things: Ndosor, Sembong, Randang Pe'ang, Nio, Runtung, Belang, Melir, Caki, Wewo, Pong.

Suku.

Ada tiga suku yang merupakan pemilik dari gendang tersebut, yaitu Wae Tu'a, Wae Sereha, dan Wae Cucu. Di Wewo terdapat banyak suku selain tiga suku di atas, yaitu Pareng, Hehe, Jaong, Denge, Ka, dan Nuca. 

There are three tribes as lord lands, those are: Wae Tu'a, Wae Serena, Wae Cucu. Not only them, but the others clan which is living near them are: Pareng, He he, Jaong, Denge, Ka and Nuca.

Sejarah Keturunan. 

Sanga datang diduga bersama dengan keluarganya. Sanga memperisterikan Epu, seorang anak dari Adak Talung. Sanga memperanakkan Anja (seorang perempuan), Lawar, Sajang, Jajang. Epu mempunyai seorang saudara bernama Nambur.

His name wife was Epu, heart fruits of Talung. Talung was firstly King who commands in Todo, in local name is Adak. King of Todo - Adak Todo. Sanga then gave birth Anja (girls), Lawar, Sajang and Jajang. Epu has a brother, his name was Nambur - Writer doesn't has a datum about him, Nambur was.

Dari Sanga beberapa keturunan pun berkeriapan, dengan silsilah dengan mana Anja bersuamikan orang Gelarang Kole bernama Maras. Anak mereka bernama Lenjung. Lawar saudara Anja melahirkan Ngambat, Pumpuk dan Pangka.

Anja then was taken by a man, his name was Maras. A fruit love of them gave birth a son, his name was Lenjung. Then, Lawar had three sons, them were Ngambat, Pumpuk and Pangka.

Kemudian, Ngambat memperanakkan Wangga. Namun, Wangga itu memiliki banyak isteri. Berasal dari isteri yang lain bernama Karang, Mapar, dan Gangga.

Then, Ngambat begot Wangga. Wangga had many wife's. His bloods from others were Karang, Mapar and Gangga.

Pumpuk memperanakkan Santa, Cabar dan Tangar. Tetapi Pangka belum diketahui siapa keturunannya. Kemudian, Sajang memperanakkan Mancar. Mancar memperanakkan Toda dan Torang. Nantang memperanakkan Rangkang. 

Pumpuk begot Santa, Cabar and Tangar. Sajang begot Mancar, Mancar begot Toda and Torang. Nantang begot Rangkang. But Pangka begot....?




[Tampak para ibu-ibu memainkan gong dan gendang sebagai musik pengiring caci. Mereka adalah para ibu yang terampil memainkan alat musik traditional tersebut]

Demikian, Sanga memperanakkan Lawar, Lawar memperanakan Ngambat, Ngambat memperanakan Wangga, Wangga memperanakkan Ampak, Ampak memperanakkan Paulus Mahar, Paulus Mahar memperanakkan Philipus Gau, Philipus Gau memperanakkan Aleksius Urung. Nah, Ampak inilah nenek moyang dari Wakil Bupati Manggarai, Drs. Victor Madur.

By then, Sanga begot Lawar, Lawar begot Ngambat, Ngambat begot Wangga, Wangga begot Ampak, Ampak begot Paulus Mahar, Paulus Mahar begot Philipus Gau, Philipus Gau begot Aleksius Urung. Vice Regent of Manggarai, Drs. Victor Madur is fruit love of AMPAK.
  
Kemudian, keturunan Lawar tidak hanya memperanakkan Ngambat tetapi juga Pumpuk dan Pangka. Nah, Pumpuk memperanakkan Santa, Santa memperanakan Anggal, Anggal memperanakkan Nagur, Nagur memperanakkan Hubert Kambur.


Dengan begitu, Gendang Wewo adalah gendang tua yang generasinya sudah tersebar menjadi 137 gendang di Manggarai sebagaimana dituturkan oleh Tu'a Golo Wewo di Gendang Wewo, kepada Penulis, Selasa (18/9/2018) bersama Hubert Kambur.

Struktur Silsilah Sisi Tulisan.

Nenek moyang orang Wewo, Satar Mese bernama Sanga.

Lingko. 

Ndosor, Sembong, Randang Pe'ang, Nio, Runtung, Belang, Melir, Caki, Wewo, Pong.

Tua Golo.

Aleksius Urung. 

Ceki (Totem).

Rutung.

Suku.

Wae Tu'a, Wae Sereha, Wae Cucu. Yang menguasai Mbaru Gendang.

Suku Lain.

Pareng, Hehe, Jaong, Denge, Ka, Nuca. 

Sejarah Ceki. 

Sejarah ceki rutung. Dituntun oleh babi landak. Datang diduga bersama dengan keluarganya. Anak Anja, Lawar, Sajang, Jajang. Isterinya bernama Epu. 

Kepu ini ada dari Adak Todo Talung. Anaknya Talung bernama Nambur dan Epu. 

Anja.

Bersuamikan orang Gelarang Kole bernama Maras. Anak mereka Lenjung.

Lawar. 

Anaknya Lawar bernama Ngambat, Pumpuk, Pangka. Isterinya bernama....!

Ngambat. 

Anaknya Ngambat bernama Wangga. Namun dia memiliki banyak isteri. Berasal dari isteri yang lain bernama Karang, Mapar, Gangga.

Pumpuk.

Anaknya bernama Santa, Cabar, Tangar.

Pangka.

Tidak diketahui.

Sajang.

Anaknya Sajang bernama Mancar. Isterinya Sajang....!

Mancar.

Anaknya bernama Toda, Torang.

Jajang.

Anaknya Sajang bernama Nantang, Soi. Isterinya Sajang bernama.

Nantang.

Anaknya bernama Rangkang. 

Soi.

Tidak diketahui. 

Silsilah Aleksius Urung.

Aleksius Urung-Philipus Gau-Paulus Mahar-Ampak-Wangga-Ngambat-Lawar-Sanga. WAKIL BUPATI MANGGARAI, DRS. VICTOR MADUR ADALAH WAE DE EMPO AMPAK - ceceplence dari Kakek Ampak. Aleksius Urung dan Victor Madur adalah generasi kedelapan.

Silsilah Hubertus Kambur.

Hubert Kambur- Nagur - Anggal - Santa - Pumpuk - Lawar - Sanga.

Catatan:

Sejarah ini akan digali dan ditata kembali oleh Penulis berdasarkan refrensi tambahan dari datum-datum.