Dunia jurnalis adalah dunia berfilsafat, dunia bertanya. Berjurnalis adalah berfilsafat sesungguhnya. Berjurnalis meragukan segala sesuatu, menanyakan kebenaran segala sesuatu. Dunia jurnalis adalah dunia mengumpulkan remah-remah pengetahuan. Di sana tidak berkelimpahan uang, tidak berkeriapan materi tetapi di sana ada keriapan kebijaksanaan dan pengetahuan.
Dunia jurnalis bukan profesi bisnis, bukan pula profesi kepentingan tetapi dunia di mana sang jurnalis belajar menggali pengetahuan, belajar banyak dan menguasai banyak dan mengetahui banyak. Menjadi jurnalis adalah bersekolah. Jurnalis adalah para murid, narasumber adalah gurunya. Peristiwa adalah bahan ajarnya. Jurnalis selalu bertanya, selalu menggali kebenaran dari suatu eksistensi entitas-entitas. Jurnalis terus belajar. Karena tidak tahu, jurnalis terus bertanya dan bertanya.
Alam jurnalis adalah alam intelek. Alam di mana intelek selalu diasah, menemukan hal baru dan belajar dari hal baru. Menjadi jurnalis bukan profesi jutawan tetapi profesi profetis. Menyuarakan keadilan dari ketidakadilan. Menyuarakan kemerdekaan dari ketidakmerdekaan. Di alam jurnalis, uang itu menjadi masalah utama. Sang jurnalis bila ditanya soal uang pasti dijawab kurang uang. Jurnalis pasti selalu kurang uang.
Banting Stir.
Bila ingin menjadi jutawan tentu jauhi gelutan dan gulatan dengan dunia itu. Dunia jurnalis hanya medan menemukan identitas, menemukan jati diri kemanusiaan. Tidak ada hitungan uang, kalkulasi neraca dan kalkulasi untung rugi di dalamnya. Di sana yang ada adalah bertanya, menyangsikan segala sesuatu. Tidak ada giat mengumpulkan pundi-pundi uang tetapi hanya pundi-pundi pengetahuan. Jangan berharap menjadi jurnalis menjadi konglemerat yang kaya raya.
Bila ingin menjadi jutawan, mesti harus banting stir ke dunia bisnis. Di sana dunia hitung-menghitung, kalkulasi untung rugi menjadi santapan harian. Dalam dunia jurnalis, santapan hariannya adalah mengumpulkan remah-remah pengetahuan, remah-remah informasi diracik menjadi berita. Jurnalis peduli dengan keadaan sekitar, membeningi situasi yang keruh, pencerah tabir-tabir dan kerudung-kerudung yang gelap. Menjadi jurnalis menciptakan situasi yang kondusif, menciptakan persaudaraan-persaudariaan, menciptakan perdamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar