KIDUNG LODOK.
Kongkol neho lodok,
Siding neho cicing,
Bantang neho langang,
Toko neho moso.
Lipot neho lingko.
[Berkumpul seperti lodok - kongkol neho lodok. Ungkapan ini mau mengungkapkan berdasarkan bentuk lodok yang berbentuk cakra Kresna dalam hinduisme atau berbentuk cakra hati terang Allah Yesus Tuhan Semesta Alam - semacam cahaya Kerahiman Ilahi Allah Kristus di mana lodok menyerupai pancaran sudut-sudut matahari sebagai simbol Dewa Surya dalam Hinduisme. Lodok adalah sistem dasar kehidupan bahwa segala sesuatu memulainya yang dari sedikit pelan-pelan menjadi besar atau sedikit-sedikit lama menjadi bukit. Lodok sama dengan jarum jam, roda awal kehidupan, awal perputaran kehidupan, perhitungan perbintangan, sebuah gambaran yang menggambarkan cikal bakal seluruh alam semesta, simbol awal penciptaan, awal teleologis, awal sosio dialogis partisipatif demokratis, awal keutuhan ciptaan, pusat filsafat, pusat moral, pusat etika, pusat dan awal teologi. Lodok adalah ketakberakhiran, kerahiman, awal tolok ukur, abadi, kekal, saling menghargai, melayani, moralitas universum, lambang Roh Budi Semesta. Lodok itu keteraturan, norma, tata kehidupan, kekembalian. Lodok itu lonto leok, Mbaru Gendang orang Manggarai, Flores, NTT, Indonesia].
[Berdinding seperti cicing - siding neno cicing. Lingko terdiri dari beberapa moso, berujungkan cicing. Cicing itu batas luar. Lihat saja, cicing lingko itu tanpa ujung. Cicing itu simbol KESEMESTAAN - universum yang tanpa ujung, siklus kehidupan, mogsa, reinkarnasi, yoga, keseimbangan, loyalitas, subsidiaritas, solidaritas, persatuan, intergritas, kontinuitas, alfa dan omega, dunia yang tanpa ujung, ujung keesaan. Ungkapan siding neho cicing mau menggambarkan kerekatan sosial berawal dari kekompakkan internal dari pribadi-pribadi menuju publik. Cicing itu pribadi sosialitas].
[Bersepakat seperti langang - bantang neho langang. Ungkapan ini mau menunjukkan segala perkara harus dirumuskan, diselesaikan dengan aturan karena kehidupan semesta itu ada aturannya, ada batas-batas keteraturan menetapkan balansis dan keadilan. Aturan itu amat perlu untuk menjaga kesimbangan, stabilitas-stabilitas, individualitas bertanggung jawab baik sebagai entitas pribadi maupun social entity. Langang adalah norma, aturan, etika, moral. Langang adalah keadilan permusyawatan].
[Berbaring seperti moso - toko neho moso. Ungkapan ini mau menggambarkan hidup itu tenang karena ada lahan-lahan garapan sebagai sumber kehidupan di mana rempah-rempah ditumbuhkankembangkan. Moso itu simbol kesuburan keber -ada - an, eksistensi. Moso itu kuni agu kalo - tanah tumpah darah. Moso itu simbol kegembiraan, keterhiburan, ketersenyuman, kesegarbugaran, keamantenangan, kesejahteraan, kemakmuran. Ungkapan Manggarai - bolek loce baca tara, pa'eng hang mane, remong hang leso, tua hang gula. Moso itu simbol keadilan sosial pati gici arit wingke gici iret].
- Pencipta semesta, cakra, pembuat lingko -
[Tertata rapi seperti lingko - lipot neho lingko. Ungkapan ini mau menggambarkan kehidupan harus merupakan kebersamaan, berada dalam kebersamaan. Tampak dalam ungkapan nai ca yanggit tuka ca leleng. Lingko itu keseluruhan filosofi gendang onen lingkon pe'ang. Lodok itu tolok ukur. Lodok itu pribadi universum. Lingko itu keseluruhan persatuan, Allah].
Selanjutnya.......
Lingko itu adalah arti lain dari PANCASILA.
Lodok itu sila pertama,
Langang itu sila keempat,
Moso itu sila kelima,
Lingko itu sila kedua,
Cicing itu sila ketiga.
@Ditulis oleh: Melky Pantur***, Minggu (30/7/3017)#.