30/09/22

Sejarah Awal Mula Golo Curu

Banyak kepala pasti penasaran seperti apa sejarah Golo Curu dan mengapa disebut Golo Curu? Dasar menasar karena Golo Curu adalah spot view yang indah untuk Kota Ruteng.

Wisatawan tentu bertanya, apa gerangan yang terjadi di bukit itu tempo doeloe? Jawaban singkatnya: Di sini pada zaman dulu adalah kampung tua. Lalu, apakah ada narasi sejarahnya? Di situlah kesulitan kita.

Lih. juga: Keturunan Empo Wéwét di Coal, Flores

Okelah!!!

Yah, yang namanya mengumpulkan ranting-ranting yang patah sudah barang pasti susah amat. Refrensi amat diperlukan. Menelitinya juga tentu membutuhkan waktu dan berbagai amunisi.

Arti Nama.

Daripada bertanya apa itu golo curu? Kita langsung saja membuka teksnya pelan-pelan! Golo artinya bukit, curu artinya menjemput, jemput. Dengan demikian, golo curu artinya bukit penjemputan (yah, tempat menjemput orang-orang). 

Lihat juga: Malang: Nomen est Omen dan Céar Cumpé

Tetapi sabar dulu sobat! Curu tidak saja diartikan sebagai jemput. Curu dapat saja dibelah menjadi cu dan ru. Cu artinya dekat sekali, amat dekat, intim. Sedangkan, ru artinya akuku sendiri, milikku sendiri. Dengan demikian, curu artinya milikku sendiri yang begitu dekat, intim. Dalam konteks jemput, seseorang pasti dijemput tentu harus ada unsur dekat, intim di dalamnya. 

Itu soal kata yah tetapi kita lanjutkan seperti apa sih cikal bakal Golo Curu itu? 

Di Karot Ruteng, Flores terdapat sebuah suku namanya Suku Curu. Suku itu ber-ceki rutung. Seperti apa cikal bakal totem itu masih membutuhkan refrensi tambahan. Mengapa ceki rutung? Apakah ada hubungannya dengan kisah Wéngké Wua dan Lalo Koé? 

Lihat juga: Berbagai Nama Ceki Orang Manggarai, Flores.

Suatu sumber yang enggan menyebutkan namanya, orang pertama yang mendiami Golo Curu karena diantar oleh seekor kaka mésé. Kaka mésé selalu identik dengan burung yang ukurannya besar. Yah, bisa burung elang raksasa. Kisahnya, seorang laki-laki dibawa ke bukit itu oleh kaka mésé itu. Ataukah kaka mésé itu adalah rutung (landak)?

Seiring berjalannya waktu, pria itu mengambil isteri yang berasal dari darah orang Carep (Lih. Cikal Bakal Gendang Ténda). Makanya, Carep adalah anak wina Suku Curu. Ketika keturunan mereka terus berkembang dan terjadinya némba, mereka pun kerap berpindah-pindah di sekitar Golo Curu. Lokasinya di Nggéong dekat rumah potong hewan, Bangka di Terminal Karot dan Gendang Curu. 

Beberapa refrensi menyebutkan Golo Curu memiliki hubungan dengan Cibal. Apa benar?

Perang Todo vs Cibal.

Dalam beberapa catatan lepas, Golo Curu pernah dijadikan sebagai bukit pengikat bendera pada masa lampau. Pada saat perang Cibal, simbol kemenangan adalah menaikkan bendera. Golo Curu adalah tempatnya.

Ranggi dijadikan sebagai lokasi pertemuan sekaligus tempat diikatnya peralatan perang. Usai pulang perang, prajurit biasanya singgah di Golo Curu. Kemudian bendera yang dinaikkan mirip bendera Majapahit berbentuk kerucut. Intinya, Golo Curu adalah kampung tua. 

Lihat juga: Torok Molor Kamping Wowo 

Menurut Keraéng Yancé Janggat, Golo Curu milik Lopo Runggut. Lopo Runggut ini Kakek dari Mgr. Éduardus Sangsum, SVD, Uskup Ruteng - sebuah datum tambahan).  Isteri dari Lopo Runggut adalah Lopo Pié yang merupakan darah orang Pongkor. 

Catatan:

👇👇👇

Masih membutuhkan refrensi tambahan untuk membahas soal sejarah Golo Curu. Untuk informasi tambahan silakan dimasukkan ke kolom komentar dari blog ini.

  Penulis

Ruteng.
Sabtu (1/10/2022).
Melky Pantur


Suku Rato dan Ceki Paké Ngkék Lénta

Yérémias Aron, Selasa (27/9/2022) mengatakan Suku Rato bertotem paké ngkék lénta (putih gelap). Di Todo ada Niang Rato.

Yérémias Aron

Empo Karpitang berasal dari Kolé. Karpitang kemudian mengawini perempuan asal Suku Ndajang dari Pong Licé bernama Riang Molas Licé. Dalam catatan kecil Karpitang ini ada hubungannya dengan Kasong, Ndoso. Tampaknya bergegas dari Kasong. 

Lih. juga: Keturunan Empo Wéwét di Coal, Flores.

Karena kawin dengan Riang Molas Licé sebagai cikal bakal nama Pong Licé. Pong Licé berada di dekat Ndajang (suku dari Ferdinandus Pantas). Pemilik gendang Ndajang dari Pong Licé. Pemilik Pong Licé bukan orang Ndajang karena Pong Licé adalah jurang. Orang Ndajang ber-ceki kula

Tanda Alam.

Ada yang unik di Pong Licé. Jika ada batu yang jatuh sendiri, maka ada gatang-nya. Apabila yang jatuh batu kecil berarti itu anak kecil atau pemuda dan manakala yang jatuh batu besar maka itu orang tua. Gatang maksudnya tanda kematian.

Di Rato hanya ada satu suku, yaitu Suku Rato. Di Ndajang pun demikian yaitu hanya satu suku yaitu Suku Ndajang.

Mirip.

Cerita gatang di Pong Licé tampak tidak berbeda alias semirip dengan cerita watu cumpé di Cibal. 

Lih. juga: Sejarah Awal Mula Golo Curu

Soal Ceki Paké.

Cerita Suku Rato yang menyinggung soal ceki paké ngkék tampak ada hubungannya dengan sejarah Empo Sasak di Kasong yang kemudian ke Ndori dan Coal. Empo Sasak memang juga ber-ceki paku mendung

Di Welu, Kecamatan Ndoso dekat Raka, ada warga yang juga bertotem paku mendung. Hal mana juga terdapat di Golo Borong, Cibal Timur termasuk keturunan dari Maksimus Gandur. 

Yérémias Aron tidak menggambarkan secara detail seperti apa sejarah cikal bakal Suku Rato bertotem paké ngkék itu - butuh refrensi tambahan di sini).

Informasi Tambahan:

Suku Rato berada di Kecamatan Satar Mésé Utara, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Sosor Alo dan Ceki Acu.

Kisah ceki orang Manggarai memang bermacam-macam. 

Di Ruwat, Desa Mata Waé, Kecamatan Satar Mésé Utara terdapat sebuah mata air disebut Sosor Alo. 

Konon ceritanya, pada zaman lampau ada sekelompok orang yang mau meminum air. Mereka haus karena berburu. Mereka kaget karena seekor anjing terkena basah. Mereka kemudian mengikuti anjing itu lalu anjing itu menggaruk tanah dan air kemudian keluar dari dalam tanah. 

Berkat kebaikan anjing itu mereka pun bernazar tidak lagi memakan daging anjing atau kemudian menjadi ceki acu. Kebanyakan orang Ruwat bertotem anjing. Orang-orang yang ber-ceki anjing seperti Keraéng Marten Don, Keraéng Edy Danggur dan banyak lagi di belahan bumi lain.

Bacaan lain:

Asal Mula Kampung CoalCi Pitu Empo Takang Relasinya dengan

Ruteng.
Melky Pantur.
Jumat (30/9/2022)

Profil Desa Coal

Pilkades Coal berlangsung pada Kamis (29/9/2022). Ada 2 Cakades yang turut bertarung atas nama Rofinus Sidi nomor urut 1 dan Marsél Mutis nomor urut 2. 

Jumlah pemilih di Desa itu sebanyak 795. Suara itu tersebar di Coal, Lenggo, Béa Waék, Ntalung, Liang Roju, Porong Tédéng dan Lida. 

Datum yang dikumpulkan dari 795 suara, yang blanko sebanyak 48. Maka, 795  - 48 = 747.  Dari 747 dibagi 2 = 373 plus 1. Atau 747 [(746 : 2 = 373) + 1]. 

Dari kedua Cakades, selisihnya hanya 18 suara. Maka hasilnya, 374 dengan 356 atau 374 : 356. 

Rofinus Sidi meraih kemenangan tipis dari rivalnya Marsél Mutis dengan selisih suara sebanyak 18. Rofinus Sidi adalah mantan Kepala Desa Coal. Dengan mandat yang diberikan oleh rakyat, Rofinus Sidi masuk ke periode kedua. 

Sebelum Rofinus Sidi menjadi Kepala Desa, sebelumnya dipegang oleh Hubértus Garut. 

Kemudian, Pilkades pertama Rofinus Sidi tahun 2016. Sedangkan, semasa Hubertus Garut Pilkadesnya tahun 2010.  Sebelum Hubertus Garut Kades dinahkodai oleh Bernadus Taur.

Urutan Kepala Desa Coal.

Dapung
Thomas Tapul 
Héndrikus Ngarut
Pétrus Jehabut
Boné Ambat
Yoséph Bandar 
Bernadus Taur
Hubértus Garut 
Rofinus Sidi

Sedangkan, Kabupaten Manggarai Barat ditetapkan pada 25 Februari 2023 berdasarkan UU No. 8 Tahun 2023 tentang Pembentukan Kabupaten Manggarai Barat di Nusa Tenggara Timur.  Desa Coal berada di Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat. 

Penulis
Mélky Pantur


Kepala Desa pertama bernama Dapung dari Suku Nawang. Dapung memliki dua orang isteri. Isteri pertama dari Senda. Isteri kedua dari Goloworok. Anaknya Dapung dari isteri pertama adalah Thomas Tapul, Geradus Gadu, Héndrikus Ngarut dan Agus Magur dengan beberapa anak perempuan. Sedangkan, anak dari isteri kedua yang berasal dari Goloworok adalah Markus Paus dan Pétrus Jehabut dengan beberapa anak perempuan. Markus Paus kemudian menjadi Camat Langké Rembong.

Boné Ambat putera dari Fridus Nakang. Saudari dari Boné Ambat yang mana merupakan Ibu dari Hérmanus Jehalut. 

Dapung dan Fridus Nakang adalah kakak beradik. 

Sumber: 
Théodorus Tamat.
Ruteng.
Jumat (30/9/2022).

Catatan:
Informasi di atas masih perlu disempurnakan. 

Bacaan tambahan: