04/01/19

Mengenang 40 Malam Meninggalnya Bapak Herman Kiot di Cancar

Ditulis oleh: 
Melky Pantur***). 
Foto dan naskah di-upload
Popor, Sabtu (5/1/2019).

Pastor Paroki Sta. Maria Fatima Cancar, Keuskupan Ruteng, Rm. Aloysius Gabur, Pr tengah memimpin Perayaan Ekaristi Kudus genap 40 malam meninggalnya Bapak Herman Kiot di Popor, Cancar, Kelurahan Wae Belang, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia, Benua Asia, Jumat, 4 Januari 2019. Hal itu sesuai dengan tradisi dalam Gereja Katolik. Bapak Herman Kiot meninggal di Popor, Cancar, pada hari Senin, 19 November 2018.

Yohanes Hermut De Garung (Desta) putera bungsu Bapak Herman Kiot dan Ibu Bergita Panut. Foto diambil oleh Odiliano Magno Ximenes (Liano), Sabtu, 4 Januari 2019.

Odiliano Magno Ximenes (Liano) putera pertama dari Bapak Alexander Magno Ximenes Paleng, cucu dari Bapak Herman Kiot. Foto diambil oleh: Yohanes Hermut De Garung. 

Bapak Hendrikus Sonto (kiri), putera dari Hanis Ronco. Hanis Ronco saudara kandung dari Ibu Sobina Sidung yang merupakan ibu kandung dari Bapak Herman Kiot. Hendrikus Sonto memperisterikan Veratitas Damut. Sobina Sidung dan Hanis Ronco buah hati dari pasangan suami isteri Alfonsus Mbaka dan Kristina Bobek. Alfonsus Mbaka berasal dari keturunan Suing dari Suku Nuling yang menetap di Ranggi, dekat Liang Bua. Sedangkan, yang mendampingi Hendrikus Sonto (kanan), suami dari Sebastiana Lahut (Tiya), saudari kandung dari Bapak Herman Kiot. Gaspar Garung berdomisili di Langkas, Desa Pong Murung, Kecamatan Ruteng. Gaspar Garung nama kampungnya (saat cear cumpe diberi nama Gaspar Genggot tetapi kemudian dibaptis secara Katolik di Paroki Sta. Maria Fatima Cancar menjadi Gaspar Garung.

Katharina Enot, isteri dari  Bapak Petrus Garus. Bapak Petrus Garus putera dari Bapak Robertus Ruma. Robertus Ruma kakak kandung dari Gaspar Garung. Gaspar Garung ayah dari Bapak Herman Kiot. Robertus Ruma dan Gaspar Garung buah hati dari pasangan Rua dan Bambung. Katharina Enot berasal dari Tenda, Ruteng, Kecamatan Langke Rembong.


Hendrikus Sonto dan Gaspar Garung.



Lih. juga:
http://waselincor.blogspot.com/2018/08/memasak-ala-manggarai-flores.html?m=1




Lih. juga:
https://melky-pantur.blogspot.com/2018/08/herman-kiot.html?m=1





Margaretha Embut. Gambar ini diambil oleh Melky Pantur di kediaman Bapak Alm. Herman Kiot di Popor, Cancar, Sabtu siang, 5 Januari 2019. 

Margaretha Embut bersuamikan Dominikus Jehang dari Cumbi, Kecamatan Ruteng. Margaretha Embut berasal dari Nekang. Ia buah hati dari pasangan suami isteri Yoseph Ronggo dan Helena Paul. Helena Paul dari Wangkung. Margaretha Embut adik kandung dari Anastasia Kubeng. Kubeng ibu kandung dari Bergita Panut. Bergita Panut isteri dari Herman Kiot. 



Lih. juga:
https://melky-pantur.blogspot.com/2017/09/radi.html?m=1


Lih. juga:
https://melky-pantur.blogspot.com/2019/01/ngelong-wujud-konkret-rekonsiliasi.html?m=1



Sebastiana Lahut (kiri) isteri dari Gaspar Garung di Langkas.



Lih. juga:
http://permaidikarakita.blogspot.com/2018/08/patricia-alice-belo-endong.html?m=1


Lih. juga:
http://waselincor.blogspot.com/2017/10/pong-lale.html?m=1


Bapak Paulinus Pait, putera dari Robertus Ruma dan Rosalia Lahung tengah memberikan sambutan singkat saat acara tengah berlangsung.

Lih. juga:
https://melky-pantur.blogspot.com/2018/10/laja-village.html?m=1



Itulah sedikit gambaran keluarga di Sampar dan Cancar.














01/01/19

Ngelong Wujud Konkret Rekonsiliasi dengan Alam


Foto dan naskah oleh: Melky Pantur***, 
Sampar, 1 Januari 2019.

Ritual ini diawali dengan teing cepa (memberi sirih pinang kepada leluhur lalu diikuti dengan meminta maaf atas kesalahan dengan perantaraan sebutir tulir ayam kampung).


Telur ditempatkan di cakat. Cakat adalah sebuah wadah yang terbuat dari kayu tertentu yang dirancang secara khusus untuk meletakkan telur persembahan. Cakat yang sudah diruncingkan tersebut kemudian ditancapkan ke tanah.




Hendrikus Sonto dan Sebastiana Lahut saat melakukan ngelong di dekat Wae Kunce. Ngelong itu dilakukan karena pematang sawah yang berbatasan dengan kali Wae Kunce ditutup oleh longsor. Akibat longsor itu, roh alam menjadi geram.
Kehidupan orang Nuca Lale dengan alam sejak baheula tampak begitu dekat. Relasi yang dibangun bukan hanya relasi pertemanan biasa tetapi bahkan menjalin relasi intim yang begitu kental hingga menghasilkan keturunan. Bagi orang Manggarai, relasi manusia dengan roh alam (darat atau bidadari) hanya dibatasi oleh saung ri'i ta'ak (daun ilalang hijau).
Ketika seseorang dapat membuka rahasia pembatas itu, perkawinan mulai dibangun. Ada banyak generasi masa kini yang merupakan hasil dari relasi perkawinan dengan roh-roh alam. Selain darat yang hanya dibatasi saung ri'i ta'ak juga mereka dipercaya hidup di dalam tanah. Rumah tinggal mereka berada di dalam tanah. Maka, ketika tempat tinggal mereka dihancurkan oleh manusia, entah sengaja atau tidak, mereka kemudian membangun relasi jarak. Mereka kemudian membangun permusuhan dengan wakar (jiwa manusia). Bahkan, roh manusia (ase ka'e weki) yang melindungi harus bertarung dengan roh-roh alam. Bagi yang tidak kuat, setelah wakar diambil, maka tubuh pun turut diambil.
Berita tentang retaknya relasi, lazimnya diinformasikan melalui alam mimpi. Mimpi memberi petunjuk kepada rekonsiliasi dan sebab musabab dari sakit bahkan kematian. Karena petunjuk mimpi, dibuatlah rekonsiliasi atau ngelong di tempat di mana penyebab terjadinya sakit dan penyakit. Selain mimpi, ngelong dapat diketahui melalui toto one ata pecing, ko ata jangka, ko ata wae nggereng (paranormal). Terkadang, dapat juga melalui toto kopi (melihat aluran ampas kopi di dalam gelas). Semua itu merupakan petunjuk dari Yang Kuasa melalui benda-benda. Lazimnya setelah dilakukannya rekonsiliasi, relasi terbangun kembali. Dan, bagi keluarga yang mengalami musibah akan diberi rezeki dan kesehatan.
Ngelong sangat berbeda dengan lancung. Lancung biasanya meminta perlindungan dari mata air di hutan, meminta perlindungan dari roh-roh yang ada di pohon bahkan meminta kekuatan ajian untuk mendapat ilmu sakti. Ngelong dilakukan manakala seseorang telah membunuh binatang liar namun tidak mati. Ngelong dilakukan manakala menebang pohon dan menyebabkan benda lain menderita. Ngelong bukan memuja roh-roh alam tetapi memohon maaf karena telah melakukan kesalahan besar. Dalam perkara tanah (perdata), ngelong bentuk lain dari hambor (berdamai). 
Orang Manggarai percaya, Tuhan Pencipta Semesta Alam tidak hanya menciptakan manusia, tetumbuhan, hewan dan binatang tetapi juga roh-roh alam. Relasi dengan roh alam harus dibangun agar harmoni tercipta dari waktu ke waktu karena apa pun yang ada di bawah kolong langit akan berseru dan menjerit ke Tuhan yang satu dan sama ketika ditimpa kemalangan. Karena itulah, ngelong medium yang paling pas untuk meminta maaf.






Sebelum dipecahkan di salah satu sisi, telur persembahan itu diawali dengan ekspresi doa tertentu yang disebut torok ruha.


Lazimnya, torok digelar di tempat di mana sesuatu soal terjadi. Diawali dengan syukur kepada Yang Kuasa. Doa pembukanya: Denge lite, Morin agu Ngaran, Jari agu Dedek. Ai lite cirin caoca, eme manga do'ong ata toe manga baen lami wiga tene sanggen kaka de tana one uma ho'o, nggitu kole le keraeng ata lami lupi no'o yata pali besina le wintuk dite kut rinding cama lino. Ho'o ami ba tuak baro sala kut cengka cengkang nggitu kole moeng mose. Bara lami sala, riang cama tana, raes koe ami. Ho'o tuak dami. Inung tuak ho'o ite.  Kurang lebih begini ujud doanya: Dengarlah hai Dikau Pencipta Semesta Alam, Engkau telah menjadikan segala sesuatu, jika ada perbuatan, pikiran, kejadian yang kami tidak ketahui di tempat ini yang menimpa makluk lain di tempat ini, baik binatang liar maupun roh-roh alam di sini, kami memohon maaf karena kami tidak mengetahuinya sama sekali agar kiranya meminta perlindungan dan pemulihan biarkanlah tempat ini dijaga selalu. Bagi roh yang ada di sini, maafkanlah kami. Ini persembahan dari kami.  


Gambar di atas adalah aktus riil dari ngelong.
--------------------------------



Terlihat dalam gambar di atas terdapat longsor kecil menutupi kali. Menurut petunjuk dalam mimpi, longsor kecil itu menyebabkan roh-roh yang mendiami bumi terganggu karena tidak cepat diperhatikan. Longsor tersebut menyebabkan aliran air sungai terhambat dan mengenai tempat tinggal roh alam. Roh itu marah yang dapat menyebabkan sakit, penderitaan bahkan kematian. Atas dasar itulah dilakukannya rekonsiliasi dengan alam. Inilah salah satu dasar dibuatnya ritual ngelong. Ngelong bukanlah lancung. Lancung adalah aktivitas doa meminta perlindungan dari mata air dan pohon-pohon besar bukan dikategorikan sebagai wae barong. Jika mengelar ritual khusus saat penti dan acara besar lainnya melakukan persembahan di wae barong (mata air adat) tidak disebut lancung

Contoh kasus ngelong.

Selama ini ada sebuah area persawahan bernama Bak. Di salah satu petak sawahnya berbatasan dengan sungai (ngalor). Akibat tanah yang longsor, tanah longsor itu kemudian menutupi mengalirnya aliran sungai. Melalui mimpi, ternyata longsor tersebut menggangu tempat tinggal roh-roh alam yang ada di situ (orang Manggarai percaya adanya roh-roh alam). Karena tidak diperhatikan oleh pemilik sawah, roh alam pun geram sehingga pemiliknya bisa sakit, gila bahkan menyebabkan kematian. Agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dilakukanlah ritual meminta maaf yang disebut dengan ngelong

---------------------------------



Gambar di atas disebut dengan torok manuk. Torok manuk dapat dilakukan oleh seorang wanita atau pria yang bisa berbicara adat)
-----------------------------






Gambar di atas disebut dengan mbele manuk (menyembelih hewan kurban)
---------------------------------


Gambar di atas disebut dara de manuk.
-----------------------------------




Gambar di atas disebut toto urat.
Toto urat (melihat usus) hewan kurban untuk mengetahui apakah ritual diterima oleh Morin, Wura agu Ceki (Tuhan Semesta Alam dan leluhur).
----------------------------












Gambar di atas disebut sebegai pemeteraian.
Setelah dimeteraikan, darah ayam kurban itu dimasak lalu dibagikan dalam beberapa potongan kemudian diberikan kepada semua orang yang ada di dalam rumah terutama bagi yang hadir. Pemeteraian itu dilakukan oleh tukang torok. Darah mengoles di dahi oleh tukang torok. Kalau hadir anak rona di situ, mereka dioles sendiri. Pengolesan baik dilakukan oleh anak rona (pihak perempuan di mana ibu berasal).
------------------------------


Gambar di atas disebut hang helang.

Ngelong Wujud Konkret Rekonsiliasi dengan Alam.

Membahasnya berdasarkan beberapa pertanyaan berikut, seperti apa ngelong dilakukan?

1. Apa itu ngelong?
2. Apa yang mendasari?
3. Mengapa perlu dilakukan?
4. Di mana itu dilakukan?
5. Siapa yang boleh melakukannya?
6. Bagaimana itu dilakukan?
7. Kapan itu boleh dilakukan?

Penjelasannya.

1. Apa itu ngelong?

Ngelong adalah proses pemurnian rekonsiliasi (hambor/pendamaian) dengan unsur-unsur alam, baik dengan makhluk hidup maupun dengan roh -roh alam. 

2. Apa yang mendasari?

Beberapa hal yang mendasari, berupa:

2.1 Kesalahan.

a. Melakukan kesalahan dengan binatang di alam 
    liar.
b. Melakukan kesalahan dengan tetumbuhan; dan
c. Melakukan kesalahan dengan roh-roh penghuni 
    alam berupa longsor yang menutupi dan 
    menghalangi hidup dari roh-roh alam.

2.2 Mimpi.

Mimpi menjadi dasar dilakukannya rekonsiliasi.

2.3 Nampo.
  
      Nampo berupa nampo ruha.

3. Mengapa perlu dilakukan?

Perlu dilakukannya untuk menjawab pertanyaan kedua di atas.

4. Di mana itu dilakukan?

Di tempat di mana kesalahan itu dilakukan, misalnya di tempat di mana seseorang telah membunuh hewan, binatang, tetumbuhan dan tempat di mana sesuatu benda menyebabkan sesuatu menderita termasuk dengan roh-roh alam.

5. Siapa yang boleh melakukannya?

Yang melakukannya adalah subjek pemilik dan penderita. Menghadirkan pihak anak rona sebagai saksi dan penguat ritual.

6. Bagaimana itu dilakukan?

Adapun benda dan tahapannya, seperti berikut:

6.1 Benda.

a. Batu kapur sirih pinang.
b. Telur ayam kampung.
c. Cakat; dan
d. Ayam kurban.

6.2 Tahapan.

a. Doa syukur di tempat kejadian perkara berupa 
    ngelong.
b. Torok manuk.
c. Toto urat.
d. Pemeteraian.
e. Menyantap darah hewan kurban yang sudah 
    dimasak dalam bentuk kental; dan
f. Helang.

Perhatikan gambar di atas.

7. Kapan itu boleh dilakukan?

Ngelong dilakukan pada pagi atau siang hari, sedangkan persembahan hewan kurban dilakukan pada malam hari. Perhatikan gambar di atas.


Berikut lokasi ngelong di Bak, Sampar, Desa Pong Lale, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).







Gambar di atas diambil di sebuah kebun bernama Bak.