26/02/19

Inilah Enam Ciri Aktus Spiritualisme Orang Manggarai

Oleh: Melky Pantur***).
Ruteng. Minggu, 24 Februari 2019.

Orang Nuca Lale, Flores merupakan masyarakat totemisme, masyarakat mentis plantae (anima vegetatif) masyarakat deus ebique est (deus universal), masyarakat aji gening atau aji senyawa, masyarakat animam viventem dan masyarakat spiritus sui. Mengapa disebut demikian?
Pertama, totemisme.
Masyarakat Manggarai sangat kental dengan totemisme (ceki). Ceki dalam bahasa Manggarai, yang merupakan akibat dari suatu peristiwa tertentu, baik dengan hewan, binatang maupun tetumbuhan tertentu yang mengikat perjanjian-perjanjian tertentu. Ada banyak hal terjadinya ceki. Masa kini, totemisme masih bertumbuh subur, diceritakan dari mulut ke mulut dan masih berlaku hingga sekarang di masyarakat bagi yang mengetahui.
Kedua, mentis plantae.
Orang Manggarai menyakini, setiap tetumbuhan ada jiwanya. Hal itu dibuktikan dengan ritual ngelong (hambor agu caoca). Dalam teori Aristoteles menyebut itu sebagai anima vegetatif. Jiwa tetumbuhan (mentis plantae) yang menderita akan menyebabkan manusia menderita.


Ketiga, deus ebique est.
Allah bagi orang Manggarai disebut Morin agu Ngaran, Jari agu Dedek (Pencipta Semesta Alam). Pencipta semesta alam itu hadir dalam bentuk seperti naga de golo, naga de mbaru (penjaga kampung dan penjaga rumah). Mereka menyakini deus ebique est (Allah ada atau hadir di mana-mana), bisa di gunung, di mata air dan tempat-tempat tertentu dalam bentuk manifestasi yang lain. Mereka melihat Allah itu dekat dan membumi (deus imanen). Hal yang kerap mereka utarakan, seperti ba tara (berubah wujud, bermalirupa). Wujud yang paling nyata berupa ritual barong wae, takung naga golo, takung naga mbaru.
Keempat, aji senyawa.
Orang Nuca Lale adalah masyarakat et animalia plantis possit loqui (masyarakat yang dapat berbicara dengan tetumbuhan dan binatang). Dalam bahasa lain disebut aji gening. Aji gening ini merupakan cikal bakal totemisme.
Kelima, animam viventem.
Masyarakat Manggarai yang menyakini jiwa itu hidup meski telah mati (animam viventem). Hal itu tampak dalam ritual teing hang wura agu ceki (memberi makan roh leluhur dan Tuhan representatif). Memang, roh leluhur itu sungguh hidup bagi orang Manggarai.
Keenam, spiritus sui.
Orang Manggarai juga yakin akan spiritus sui (roh diri sendiri). Dalam Kejawen disebut sadulur papat lima pancer atau dalam sebutan orang Manggarai dikenal apa yang disebut sebagai ase ka'e weki. Wujud ritualnya berupa hambor ase ka'e weki.




21/02/19

Desa Watu Baur, Kecamatan Reo

View persawahan di kali Mantaraha. Tampak begitu indah karena bisa menjadi lokasi pelepas lelah.

Dandim 1612 Manggarai, Letkol Inf. Rudi Markiano Simangunsong, S.Sos.
 Kantor Distrik Militer 1612 berada di Kota Ruteng. Beliau membawahi tiga Kabupaten, yaitu Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat. 






















Batu keramat di Lumpung Rancang





Kali Mantaraha










Gambar di atas diambil oleh Melky Pantur, Rabu (20/2/2019) di Desa Watu Baur, Kecamatan Reo, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. 
Ini dalam rangka kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) 104 dari Kodim 1612 Manggarai yang dimulai 27 Februari berakhir pada 27 Maret 2019. 




12/02/19

Pante Tuak Orang Manggarai, Tradisi Curu Reis dan Tiba Meka

Raping adalah sebutan umum di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menunjukkan pohon enau. Sedangkan, hasil sadapannya disebut tuak. Raping jika diindonesiakan menjadi pohon enau.

Beberapa sumber menjelaskan, beberapa komponen raping menurut Bahasa Manggarai, di antaranya:

Pertama, owak. Owak berada di bagian dalam raping. Owak ini mirip dengan kambium. Manfaatnya sebagai bahan makanan.

Kedua, wunut. Wunut atau ijuk memiliki banyak manfaat, sebut saja untuk atap rumah, sapu ijuk, tali, saringan tuak yang biasanya diletakkan di mulut robo (kendi).

Ketiga, leka. Leka atau daun enau memiliki banyak manfaat, baik untuk dinding kemah maupun untuk atap gubuk. Manfaat lainnya sebagai keranjang darurat sebagai penjinjing ayam, babi kecil. Biasanya juga dipakai sebagai nggiling atau perisai melatih anak-anak bermain caci. Saat berlatih main caci waktu kecil, perisai dari anyaman daun enau, koret-nya dari cabang bambu, sedangkan cambuk-nya dari wase lincor (sejenis cincau dan cuing), wase ntawang, wase sara. Wase lincor lebih berbahaya dari  cambuk asli yang terbuat dari kulit kerbau atau lempa.

Keempat, suik. Suik atau lidi bermanfaat untuk sapu lidi, tusuk gigi, tusuk sate, alat hitung mirip sempoa. Suik secara paranormal dapat mengusir pengaruh-pengaruh roh jahat dengan perhitungan-perhitungan tertentu yang lazimnya mengunakan angka ganjil 5 dan 7 yang diikatkan satu sama lain lalu diayunkan pada malam hari. Orang Manggarai lazim memanfaatkannya sebagai anti krenda (guna-guna).

Kelima, lombong. Lombong atau pucuk enau memiliki beberapa manfaat terutama untuk perhiasan dekorasi, cupat (ketupat), langkar (keranjang jinjing yang berbentuk sedemikian rupa untuk membawa ayam ke anak rona, tali ukat, umbul-umbul. Suit lombong bisa juga digunakan sebagai tali pengikat kayu bakar.

Keenam, longko. Longko atau buah raping. Ada tiga jenis longko, yaitu longko rana, longko ndara dan longko tu'a. Longko rana biasanya buah yang masih muda sekali yang belum bisa diproduksi menjadi tuak tetapi khusus sebagai bahan untuk kolang-kaling. Sedangkan, longko ndara (biasanya setengah matang dan agak sedikit kemerahan) berguna untuk menghasilkan tuak melalui tewa (memukul dengan palu kayu). Longko ndara juga berfunsi untuk membuat gula dan sopi. Sedangkan, longko tu'a untuk pembibitan. Longko yang sudah tua biasanya terasa gatal jika dipegang. Disarankan anak-anak jangan bermain dengan longko tu'a tersebut karena akan terkena alergi.

Ketujuh, soko. Soko ini berupa batang longko untuk tewa, pante tuak (sadap). Saat tewa itulah, maka dibuatnyalah deren nenggo (nyanyian menghibur pohon tuak karena enau disimbolkan sebagai perempuan).

Kayu pemukul namanya pasi, sejenis wenggu. Kayu pemukul diambil dari uwu, lente, ngantol, dan ara lalok. Kalau ndara-nya merah, maka kayunya ngantol, uwu. Kalau mbolong (bulat) harus ara lalok, lente. Saat tekang (pahat) usai tewa (pukul) di sana ada istilah sawing. Sawing toko agu inewai (mimpi tidur dengan perempuan pertanda air niranya banyak). Bila sawing dan pasi cocok, maka airnya banyak.

Untuk menutup lubang pante (pahat) atau kalau mau ditutup dengan saung rangat (lidah ular, Inggrisnya snake plant, Latinnya hedyotis difussa wild ), silamata (korejat, dalam Inggrisnya milkwort, Latinnya polygala paniculata), tongkak (pegagan, Inggrisnya Buabok, Latinnya Centella Asiatica) dan ngelong (semanggi, Inggrisnya clover leaf, Latinnya marsilea crenata). Beberap fungsi daun tersebut bertujuan untuk mengundang wae raping (te jak main wae raping).

Sebelum dipanen, air nira dibungkus dengan wunut agu leka agar gogong (bumbung) tidak terkena hujan. Awalnya mince (nira) lalu dirubah menjadi tuak karena dicampur haju ngancar (untuk sopi), puser (tuak untuk minum). Untuk buat gula maka haju pak  (pohon selatri) yang dicampur di teong/gogong (bumbung, Inggrisnya roof). Untuk bikin pahit pakai haju loi, wora (woing atau legundi) untuk rekang tuak (sebagai perasa pahit tuak). Tuak juga bisa dicampur dengan bambu tua.

Enau Punya Pemali.

Raping rupanya memiliki keharaman tersendiri, memiliki pemali tersendiri.

Pesadap akan sangat jarang kulit tubuhnya bersentuhan dengan sabun kimia. Sering mandi menggunakan sabun kimia, enau sepertinya ngambek tidak mau memberikan niranya ke bumbung.

Kerap memang, pesadap membilas tubuh mereka dengan sabun alami, yaitu dengan menggunakan daun kembang sepatu dan menggunakan serat kulit waek rona (sengon jantan lokal).

Daun kembang sepatu dan serat loke waek rona adalah sabun tradisi orang Manggarai. Busa serat kulit waek rona sangat wangi dan melembutkan rambut. Serat kulit rona juga bagus untuk kecermalangan kulit wajah.

Penulis pada waktu kecil memang kerap memperhatikan itu bersama seorang Kakek Gaspar Garung (Ema Elong). Kakek Gaspar selalu memanfaatkan serat kulit waek rona untuk membersihkan rambutnya. Hal itu dilakukan setelah celu kaba (menggembalakan kerbau) di Sampar, Desa Pong Lale, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT.

Tuak Raja Medium Komunikasi Perjumpaan dan Persahabatan Orang Manggarai

Halnya mince sebagai bahan dasar pembuatan gola malang (gula enau) melalui proses kokor mince (masak nira), tuak pun demikian selain sebagai bahan dasar untuk pembuatan sopi nomor satu yang kalau dibakar menyala juga sebagai sarana curu (jemput) dan sila (menjamu) tamu. Namun, lazimnya yang ditaruh di robo (kendi) harus tuak, tidak boleh sopi.

Di bawah pohon enau, pesadap lazimnya menjamu temannya dengan bila (topi yang terbuat dari buah maja). Sedangkan, untuk penerimaan tamu-tamu penting yang dilakukan di pa'ang (gerbang kampung) dan di dalam rumah adat menggunakan robo (sejenis labu botol atau labu kendi). Saat ri'o rengka (pamit) juga menggunakan robo. Tuak bagian dari materi dasar pengisi budaya orang Manggarai.

Jadi, sopi tidak boleh digunakan saat curu kecuali tuak. Sopi bukan bagian dari budaya Manggarai. Dalam acara adat apa pun, sopi tidak dipakai. Yang dipakai adalah tuak Manggarai, tuak raja. Sopi hanyalah minuman hiburan, sama seperti bir. Sopi bukan minuman budaya tetapi hanya sarana pertemanan belaka.

Oleh: Melky Pantur, Rabu (25/5/2016). Diedit lagi pada Kamis, 24 Februari 2019.
Narasumber: Theodorus Tamat.

10/02/19

Luju Mu'u, Emas Lema.

Ditulis oleh:
Melky Pantur***)
Sabtu (4/3/2017).

"Luju Koe Mu'u, Emas Koe Lema".

Inilah ungkapan paling popular orang Manggarai: mu'u luju, lema emas. Mu'u artinya mulut, luju adalah kalung panjang seperti dalam gambar, lema artinya lidah.

Luju

Ungkapan itu maksudnya kata-kata harus bisa menenangkan orang, menjadi pedoman orang,  kata-kata yang kita ucapkan dikenakan orang di hati dan bahkan diangkat setinggi-tingginya atau kelak disebut tae mbate gesol serong, lalu lema emas artinya kata-kata harus disukai banyak orang halnya emas.
Emas


Luju mu'u emas lema terutama dikenakan bagi orang ata caca mbolot saat mengurus kasus. Namun, ungkapan itu merupakan pesan penting agar orang bertutur kata bail, jujur, tulus, tepat, pasti dan adil. Ungkapan itu kontrasnya sesa nai eta Kali ngampang kin nai wa - kata-katanya bijak tetapi hatinya gelap, penuh benci.

Untuk diperhatikan, gambar di atas ini adalah bentuk luju dan mas.

09/02/19

Novice Ingin Menjadi Jutawati Hati Terbaik Mondial.

Ditulis oleh:
Melky Pantur***)
Minggu (10/2/2019).
Ruteng.

Selama bersekolah, sejak SD - S3 di Bidang Hukum, Novice Eden yang akrab disapa Nov kerap mendapat nilai terbaik. Selama kuliah, ia senantiasa menjadi the best student dengan mendapat predikat mahasiswi terpintar dan tercerdas di kampusnya.

Pada saat SMA, Nov sering bergabung dalam lomba-lomba. Ia bersama dua rekannya pernah mengikuti perlombaan cerdas cermat tingkat nasional di Negaranya dengan meraih juara pertama tingkat nasional. Ia bahkan dijuluki sebagai "the girls heaven" karena memiliki banyak kemampuan di berbagai bidang. Ia diberi nama oleh sekolahnya sebagai fisikawati terhebat era digital. Selain memiliki kecerdasan di bidang fisika, sangat pintar di bidang matematika, biologi dan kimia. Karena kepintarannya itu dijuluki pula sebagai matematikawati, biolog, kimiawati yang hewan. Ia saat itu dipanggil sebagai ilmuwati terbaik selain ilmuwati dan ilmuwan lainnya di dunia.

Nov berasal dari keluarga miskin di sebuah Dusun kecil bernama Mo'eng de Nawa. Penghasilan sang Ayah yang tidak jelas, terpaksa ia menggeluti dunia Jurnalistik dengan menjadi salah satu Penyiar Radio Swasta setelah menamatkan pendidikannya dari SMA. Ia menjadi Penyiar Radio di dekat kampusnya.  Sesekali, jika tidak sedang kuliahan, ia turun ke lapangan menjadi wartawati bergabung dengan wartawati dan wartawan lainnya. Dari situlah, ia membiayai kuliahnya.

Selain menjadi wartawati, ia dikenal sebagai peragawati yang handal. Ia kerap tampil sebagai peragawati hebat pada saat event besar di Kota di mana ia bersekolah. Ia pun kerap dipanggil untuk menjadi translator di beberapa kegiatan bertaraf internasional.

Nov, pada saat diwisuda, ia menjadi wisudawati dengan predikat summa cum laude dengan perolehan IPK 4,00. Kampusnya menawarkan dirinya untuk melanjutkan kuliah di luar negeri tepatnya di Amerika dengan mengambil Jurusan Hubungan Internasional. Tawaran itu diterimanya karena Pemerintah Daerah dan Pemerintah Propinsi yang membiayainya bersama kampus.

Selama mengambil kuliah Magister di Amerika, ia menyelesaikan studinya kurang lebih 1,5 tahun. Tesisnya yang luar biasa setelah dibukukan itu akhirnya dipresentasikan di depan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia menulis tesis dalam 10 bahasa dan diizinkan oleh kampus karena permintaannya. Ia pun mempresentasikan tesisnya di depan DKPBB dalam 10 bahasa. Semua orang tercengang melihat hal itu.

Beberapa media besar di Amerika dan dari seluruh dunia menulis tentang kemampuannya itu apalagi ia masih berusia 23 tahun saat menyelesaikan Magisternya. Banyak pujian dari seluruh dunia untuk dirinya. Setelah itu ia sempat ditawarkan oleh DKPBB untuk melanjutkan studi Doktoralnya. Ia pun mengamini dengan persyaratan dibiayai untuk menjelahi semua negara di dunia. Ia mengambil jurusan Hukum Internasional.

Dewan Keamanan PBB pun menyetujuinya dan membiayai perjalanannya ke berbagai negara di dunia. Ia tidak kesulitan karena ia memiliki kemampuan beberapa bahasa asing. Selain bahasa asing, ia mampu berbahasa daerah sebagai bahasa Ibunya, yaitu bahasa Kolang, Rahong, Rongga, Kempo dan bahasa lainnya di Nusa Nipa. Bahkan, bahasa daerah di pulau lainnya termasuk bahasa Tetun.

Novice kemudian menjadi wisatawati yang paling banyak ditegur oleh orang-orang lokal di mana pun bertapak. Ia memang terkenal di seluruh dunia. Ia kerap dipanggil oleh Presiden ke Istana Negara setiap kali memasuki sebuah Negara bahkan oleh para Gubernur dan Wali Kota/Bupati. Ketika tiba di sebuah daerah ia pasti mencari wartawati terlebih dahulu bahkan sebelum disurati oleh Presiden merapat ke Istana Negara. 

Bertemu Sang Ayah Bunda. 

Ayah Bunda terkejut bukan mainnya setelah ia memasuki rumah orang tuanya yang reot bersama seorang Sekretaris Jenderal PBB, Presiden dan Wakil Presiden dari negara mereka. Presiden yang menemani Nov tidak dikawal Paspampres. Mereka bertiga mencarter sebuah pesawat keamanan internasional yang keamanannya dijamin oleh, dikawal dan dibiayi oleh PBB. 

Dengan pakaian mereka yang compang-camping sembari tersipu malu, kedua orang tuanya menggendong puteri ketiga mereka. Ayahnya bernama Ki dan Ibunya bernama Ren. Ayahnya ata kokor gola agu pante tuak (pemasak gula merah dan penyadap enau) sementara Ibunya ata na'ang ela (seorang peternak babi) di kebun. Kakek mereka bernama Theodor. Mereka bertiga tinggal di kebun karena saudara pertama bernama Arnoldus Sanpepi Juang dan keduanya Vinsensan Jovialen Perki telah menetap di Kota sebagai karyawan di Perusahaan Swasta, sementara adiknya yang perempuan, Finesse Musytari mengajar sebagai Guru Komite di sebuah Yayasan Katolik. 

Mendengar kabar itu, Pak Bupati di daerahnya tercengang begitupun para wartawan dan wartawati. Beberapa wartawan dan wartawati internasional pun berdatangan ke tempat itu. Mereka pose bersama saling mencurahkan isi hati. Seantero jagat pun tercengang akan hal itu. Mereka memuji-muji Nov karena kesederhanaannya itu dan menjadikannya sebagai Tokoh Inspirator Dunia.

Sekjen PBB, Presiden dan Wakil Presiden berada selama tiga hari di kampungnya Liani.  Mereka tidur beralaskan kasur sederhana di gubuk reot Ayah Bunda dengan hanya memakan gaplek, daun kacang panjang, kestela dan jagung muda bercampur dengan air nira (mince) dan cairan gula merah yang tengah mendidih di kuali milik sang Ayah. Pemimpin Dunia dan Negara itu memutuskan untuk berada di situ selama sepekan dari waktu seharusnya selama tiga hari saja. Mereka sangat menikmati keaslian kehidupan.

 Di hari kedelapan, kedua orang tuanya diajak oleh Nov menuju Vatikan untuk bertemu Paus. Liani telah mengkomunikasi hal itu ke Humas Vatikan. Itu hadiah yang sulit terbayar olehnya untuk kedua orang tuanya dan sudah dikomunikasikan ke Presiden dan Sekretatis Jenderal PBB. 

Nov pun mengajak serta Pastor Paroki, Ketua Dewan Stasi, Uskup, Bupati dan Wakil, Gubernur bersama Presiden dan Wakil Presiden juga Sekjen PBB menuju Vatikan. Ia pun mengajak serta beberapa wartawati dan wartawan lokal, beberapa teman kelasnya saat SD ke Vatikan termasuk beberapa guru SD-nya dulu. Mereka dikawal oleh jet-jet tempur dari seluruh Negara di dunia juga kapal-kapal perang. Pesawat yang mereka naiki dijaga dan diperiksa ketat. Nov memang menjadi tokoh primadona dan langka di dunia.

Nov mengajak kedua orang tuanya ke Vatikan karena Nov kerap menjadi koster, lector, pemimpin koor dan penyanyi Gereja di Parokinya sejak SD hingga SMP bahkan sesekali saat SMA. Ia telah menanam cita-citanya ingin bertemu Paus suatu saat. Angan-angan itu terpatri sejak dari SD saat pertama kali mendengar Pendidikan Agama Katolik. Saat SD, ia bermimpi dijumpai oleh seseorang berjubah putih setelah mendapat Pendidikan Agama Katolik di sekolahnya. Dalam mimpi itu, pesannya jelas: "Engkau akan bertemu dan bersama Wakilku di dunia!". Mimpi itu terus diingatnya. Ia pun akan mewujudkannya.

Tiba di Vatikan.

Di Vatikan, Nov dan rombongan diterima oleh Paus dengan menggunakan bahasa Latin. Semua orang se-Vatikan pun tercenggang. Saat itu Paus bertanya kepadanya tentang apa saja yang dilakukannya setiap hari. Nov menjawab, membaca buku dan terus belajar. Dari hasil perbincangan mereka, Nov pun ditawarkan menjadi salah satu juru bicara Kepausan. Paus juga berjanji mengunjungi kampung halamannya tahun depannya.

Sepekan, Nov dan rombongan berada di Vatikan. Setelah itu, barulah Sekjen PBB kembali ke kantornya, sedangkan Presiden dan Wakil Presiden  kembali ke Istana bersama Nov dan rombongan. Di Istana Negara, Ki dan Ren berada sepekan lagi baru kemudian kembali ke kampung halaman dihantar langsung oleh Nov. 

Ujian Disertasi.

Selama melancong, Nov tidak pernah tinggal diam. Ia terus menggali beberapa hukum di negara-negara dan menggali mengapa negara-negara mengangkat peluru untuk membela negara mereka. Ia menyelesaikan Disertasi soal kelemahan hukum dalam hubungan internasional negara-negara selama empat tahun. Ia mempresentasikan hasil studinya di DK PBB yang dihadiri pula oleh Presiden dari semua Negara. Ia menulis Disertasinya dalam berbagai Bahasa dan diselesaikan selama enam bulan. Ia pun ditawarkan oleh DK PBB untuk menduduki posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen). Ia menolak, karena Sekjen masih aktif.

Jubir Vatikan. 

Sebagai salah satu Jubir Vatikan untuk PBB di usia 27 tahun, ia terus mendampingi Paus terutama mengkaji sisi hukum hubungan internasional, baik dari aspek hukum tata negara dunia maupun relasinya dengan hukum agama-agama. Ia kerap mengunjungi negara-negara membahas tentang hubungan diplomatik negara-negara. Ia kemudian terus mencari dan belajar Teologi Hermeneutik di Vatikan tetapi dalam kelas eksternal bersama para  Biarawan dan Biarawati dari seluruh Negara. 

Kunjungan Paus.

Paus kemudian mengunjungi kampung halamannya sekaligus membangun dialog dan hubungan diplomatik dengan Negaranya Nov. Paus kemudian menggelar Misa di Parokinya yang dihadiri Sekjen PBB, Presiden beberapa Negara, para Kardinal, para Uskup tak lupa diajaknya guru-guru dan teman-teman sejak SD hingga kuliah.  Paus kemudian menjuluki Nov sebagai: The Smart Women From East. 

Negara Bangga.

Predikat Nov menjadi Jubir Perempuan Vatikan untuk PBB membanggakan Negara. Presiden Negaranya dalam sambutannya menjuluki Nov sebagai Srikandi Milenial Cerdas dari Ujung Bumi. Sambutan sang Presiden ditandai tepuk riuh dari umat yang hadir. Ucapan selamat di facebook, twitter dan blognya pun datang dari seluruh bumi.

Kembali Vatikan.

Paus kemudian kembali ke Vatikan, sementara Nov masih membangun kiat-kiat kerjasama diplomatik dengan Negaranya. Ia kemudian mengikuti rapat dengan Presiden bersama para Menteri membahas hal itu. Setelah itu, Nov melanjutkan karyanya dengan negara-negara lain di dunia. Hal itu selain posisinya sebagai salah satu Jubir Kepausan tetapi juga merangkap posisi Diplomat hubungan internasional.

Menjadi Sekjen PBB.

Karyanya kian menanjak setelah dua tahun menjadi salah satu Jubir Kepausan, ia dipilih dalam sebuah konferensi PBB untuk menjadi Sekretaris Jenderal. Ia menyandang predikat itu dalam usia 29 tahun.

Menerima Kritikan.

Saat menjadi Sekjen PBB, di media sosial ia dikritik habis-habisan soal privasinya yang masih jomblo. Ia menerima semua kritikan itu. 

Dilamar Pria.

Seorang pria dari Negaranya, memutuskan untuk menjalin relasi pribadi dengannya. Seorang pria, anak petani dari tetangga kampung halamannya melamarnya lewat akun facebook. Pria itu jembolan seorang Frater Top di USA, seorang Sarjana Filsafat. Usianya, 30 tahun berprofesi sebagai Jurnalis Asing yang berkarya di New York City. Namanya, Je Elia.

Lamaran itu diterima oleh Nov dan memutuskan untuk melakukan pemberkatan Gereja di sebuah Paroki di tempat kerja Nov tepatnya di Turtle Bay, Manhattan, New York City, USA. Je Elia pun sembari studi Magister dan Doktoral di USA.

Suami Ditawar Menjadi Menteri.

Usai pemberkatan, Presiden di Negara asalnya menawarkan suaminya menjadi Menteri tetapi kemudian ada pula tawaran asing. Demi terwujudnya relasi suami-isteri yang baru, suaminya Nov hanya menerima tawaran menjadi Pemimpin Redaksi sebuah media ternama di Amerika.

Saat Je Elia berusia 40 tahun, ia baru menerima menjadi Menteri di Negara asalnya.

Periodesasi.

Nov terpilih menjadi Sekjen PBB selama dua periode. Ia kemudian dipanggil oleh otoritas Kepausan untuk kembali ke Vatikan bersama suaminya sembari tetap mengurus PBB. Dalam posisi tersebut, beberapa parpol di negaranya menginginkan dia menjadi Presiden. Hal itu ditolak olehnya karena alasan relasi diplomatik. Dia tidak berpikir sekejam itu. 

Nov hanya mengizinkan, apabila rakyat  menginginkan, suaminya saja karena bagi dia kerjanya sama saja bila dipikul oleh suami tetapi suaminya dilarang berparpol.

Suami Dipilih Aklamasi Parpol.

Berdasarkan suara aklamasi partai politik, suaminya Nov, Je Elia menduduki kursi Kepresidenan. Hal itu dilakukan demi keamanan dan kemakmuran negara. Je Elia menduduki kursi Kepresidenan selama dua periode. Setelah diujicoba pada periode pertama soal kejujurannya, ia dipercaya negara menjadi Presiden dua periode. Hal itu berlangsung hingga berusia 50 tahun.

Je Elia Menjadi Sekjen PBB.

Berdasarkan keputusan DKPBB, Je Elia kemudian diangkat menjadi Sekjen PBB selama dua periode. Setelah itu, Nov dan Je Elia ke Vatikan sembari menanggani PBB.

Menjadi Guru Besar Luar Biasa. 

Nov dan Je Elia kemudian menjadi Guru Besar Luar  Biasa. Mereka mengajar di Roma dan beberapa negara Eropa.

Mendirikan Maskapai Je Elia Air (JEA).

Selain menjadi Dosen dan Jubir, keduanya mendirikan Maskapai Penerbangan Internasional bernama Je Elia Air. Mereka kemudian membangun Yayasan Kasih Internasional untuk membantu imigran, anak cacat, Gereja dan rumah sakit di bawah naungan Je Elia. Mereka juga membangun hotel-hotel bertaraf internasional, kapal pesiar dengan nama Eden Group, Universitas terkemuka bernama Nuca Lale, Sekolah Olahraga Internasional dan Universitas Musik Internasional, Restoran dan segala macam. Jutaan jenis usaha yang mereka ciptakan.

Mereka memiliki jutaan karyawan dan karyawati. Mereka juga berhasil mencetak jutawan dan jutawati, memiliki siswa-siswi, mahasiswa-mahasiswi dari berbagai belahan negara. 

Setiap Tamatan Universitas Bekerja.

Prinsip mereka, setiap lulusan Universitas yang mereka buka jurusannya langsung diperkerjakan di Perusahaan yang mereka bangun. Prinsip mereka, hidup mereka harus menjadi dermawan dan dermawati bagi sesama sebagaimana ajaran Cinta Kasih Je Elia, yah harus diwujudkan di bumi Eden. Meski mereka kaya tetapi mereka tetap melayani sesama setiap saat.

Ayahanda dan Ibunda Tetap Sederhana.

Walau putera-puteri mereka telah menjadi jutawan dan jutawati, hidup dalam keseberberadaan tetapi Ki dan Ren bersama Kakek Theodor meniti hidup seperti biasa. Mereka tetap menjadi orang sederhana. Bedanya, karena usia, Ayahanda Ki menyewa orang untuk menyadap aren karena sudah tidak sanggup memanjat pohon enau termasuk mencari kayu api dan membayar orang untuk membersihkan kebun. 

Mereka bertiga memakan makanan yang sederhana dari hasil jerih payah mereka, seperti daun kacang panjang, jagung muda, kestela, keladi, ubi kayu dan nira, daun tempuyung. Mereka memakan makanan yang sangat alami. Beberapa anak mereka juga sering mendapat makanan kiriman dari orang tua mereka termasuk nuru dendeng (daging yang dimasak lalu diasap di perapian). 

Setiap tahun anak mereka demi si Kakek, Ayah dan Ibu berkumpul untuk menikmati kebersamaan saat Natal dan Tahun Baru. Pada usia 80-an, anak-anak Ki dan Ren berkumpul di mereka bersama si Kakek. Mengendalikan bisnis mereka dari kampung halaman yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab anak-anak.


Inilah suatu cerita inspiratif bahwa apa pun pangkat seseorang yang disematkan Tuhan kepada seseorang harus berguna bagi sesama. Apa pun yang dipikirkan pula harus bermanfaat bagi sesama.


08/02/19

Ngkiong

Ditulis oleh:
Melky Pantur***,
Ruteng.
Senin (27/2/2017).

Ngkiong sebagai burung endemik Flores. 
Foto: Yovie Jehabut.


Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……

Tana mbate ngkiong e, dise a, dise Ame ta ngkiong e….
Tana ledong ngkiong e, dise a, dise Empo ta ngkiong e..
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka ledong tana dise Empo ta ngkiong ngkiong e…
Neka mamur tana katu Landukn de ta ngkiong ngkiong e…

Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……

Tacik Sapen ngkiong e, rahit a, rahit salen tana do…
Wae Mokeln ngkiong e, dopon a, dopon awon ngkiong e..
Tacik Floresn ngkiong e, dopon a, dopon len ta ngkiong e..
Tacik Sawun ngkiong e, dopon a, dopon laun ta ngkiong e.
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong
e….

Tonton videonya di sini:
https://youtu.be/2IUOl3wsHkk

Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……
Maram rucukn ngkiong e, tamal ya, tana rug ge ta ngkiong e...
Maram dangon ngkiong e, tana ya, tana yanggom ge ta ngkiong e..
Maram ringangn ngkiong e, tana ya, tana riang ge ta ngkiong e
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e….

Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……
Maram ngkeleng ngkiong e, tana ya, nitu dedek ge ta ngkiong e..
Maram longkong ngkiong e, tana ya, sor monggong ge ta ngkiong e…
Maram melakn ngkiong e, tana ya, nggelak natag ge ta ngkiong e…
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e….

Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……
Maram rogan ngkiong e, tana ya, bate loas ge ta ngkiong e…
Maram tonggong ngkiong e, tana ya, nitu wowog ge ta ngkiong
Maram ngampangn ngkiong e, tana ya, nitu warag ge ta ngkiong
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e….


Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……
Maram keben ngkiong e, tana ya, nitu mese ge ta ngkiong e….
Maram peren ngkiong e, tana ya, ka’eng renceng ge ngkiong e..
Maram golon ngkiong e, tana ya, nitu cokog ge ngkiong e..
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e….


Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……
Maram ceran ngkiong e, tana ya, retang de hema ge ta ngkiong e
Maram wakasn ngkiong e, tana ya, tana randang ge ta ngkiong e
Maram ri’in ngkiong e, tana ya, ciri cing ge ta ngkiong e…
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e….

Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……
Maram timbun ngkiong e, tana ya, nitu tinug ge ta ngkiong e…
Maram karotn ngkiong e, tana ya, raos kakor ge ta ngkiong
Maram mberongn ngkiong e, tana ya, ledong de hempo ge ta ngkiong e….
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e….


Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……
Maram ndereng ngkiong e, tana ya, bate selek ge ta ngkiong e..
Maram waran ngkiong e, tana ya, nitu manga ge ta ngkiong e…
Maram sawangn ngkiong e, tana ya, bate labar ge ta ngkiong e…
Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……
Maram laingn ngkiong e, tana ya, nitu dading ge ta ngkiong e…
Marak towakn ngkiong e, tana ya, osang momangn ge ta ngkiong e….
Maram tewukn ngkiong e, tana ya, nitu rentum ge ta ngkiong e.
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e….

Elang ta elang ta, e…ae a……
E…ise Ine, ise Ine rinding wieg, elang ta sog tai ta…
E…ise Ame, ise Ame rinding maneg, elang ta sog tai ta…
E...ise Amang, ise Amang rinding rangag, elang ta sog tai ta..
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e….

Ngkiong a…ngkiong ngo…ngkiong….., ngkiong e…ngkiong ngkiong e……
Itet lawa ngkiong e, neka ya, woleng bantang de ta ngkiong e…
Ka’eng golod ngkiong e, neka ya, woleng tombod ta ngkiong
Itet ca Amed ngkiong e, neka ya, woleng taed ta ngkiong e..
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e….

Elang ta elang ta, e…ae a……
E…ise Empo, ise Empo rinding lesod elang ge ta sog ge tai ta
E…Itet Mori, Ite Morig rinding tonig, elang ta sog ge tai ta…
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Ngkiong ngkiong e…ngkiong ngkiong e, neka ya,
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e…
Neka oke kuni agu kalor ta ngkiong ngkiong e…

Ngkiong merupakan kancilan Flores yang merupakan burung endemik Flores. Di Indonesia, ngkiong hanya ada di Flores dan tersebar di Sumbawa.

Tenggok

Ditulis oleh: Melky Pantur***.
4 Maret 2017.

Kata ini bila diindonesiakan akan diterjemahkan sebagai patuk, mematuk. Tenggok adalah aktivitas lazim bangsa unggas. Misalnya, ayam mematuk jagung. Yang me-nenggok itu adalah oleh paruhnya. Burung bangau amat ranjing me-nenggok ikan kecil yang dipantaunya. Terlebih burung petet amat suka dan bergembira me-nenggok ulat di pohon-pohon ampupu yang tengah berbunga indah wangi pada musimnya.

Entah disadari atau tidak ternyata memang aktivitas tenggok adalah aktivitas yang tidak main-main hanya saja amat identik dengan kerakusan. Lihat saja, bangsa unggas tak pernah menggarap, menanam, menyirami, menyiangi tetapi hanya menuai hasil.

Baca juga: https://melky-pantur.blogspot.com/2019/02/sekang.html?m=1

Benar memang sebuah sabda Ilahi ini mengutip sebuah perikope Injil: "Perhatikanlah burung-burung di udara yang tidak menggarap, menanam, menuai tetapi diberi makan oleh Bapa di Surga".

Ditelisik dari sintaksis suci besar ini, bangsa unggas memang ternyata salah satu makhluk egois dan hedon di planet bumi. Prinsip hit et nunc, carpediem sekaligus apatis paling klop disematkan pada mereka sekalipun mereka tak disalahkan karena mereka juga rantai hidangan lezat bangsa manusia.

Jika begini analisanya, manusia dong yang paling egois di bumi. Lihat saja segala sesuatu dieksekusinya dengan gerahang-gerahangnya. Manusia pun senang men-cowik nakeng dan kelumrahan mereka sembari meng-hesul nakeng apa saja.

Sekang.

Ditulis oleh:
Melky Pantur***)
Jumat (3/3/2017).

Ini bahasa Manggarai. Kata ini tampaknya terdiri dari kata se, seka, dan kang. Se artinya satu, pada waktu/saat; seka artinya menusuk, menancap; dan kang artinya suara anjing yang dipukul. Dengan demikian, sekang berarti pada waktu atau saat menusuk/menancapkan  terdengar suara jeritan meminta tolong.

Nenek moyang orang Manggarai memberi nama sekang pasti ada maksudnya. Sekang atau gubuk atau dalam Inggrisnya cottage merupakan nama karena sebuah peristiwa.

[Sekang, cottage, pondok burung]

Sekang lazimnya berada di kebun sebagai pondok untuk berteduh saat berkebun. Orang Manggarai kerap menyebutnya sebagai sekang riang. Artinya, pondok untuk menjaga isi kebun dari binatang seperti kera, babi landak dan babi hutan.

Ada ekspresi orang Manggarai: riang tana ciwal, lami tani sabi, caka tana mangan - menjaga tanah berkebun, warisan/pemberian leluhur. Riang maksudnya boto mais kaka akit, mbars tadang kaka calang - agar jangan datang binatang penggigit, mengusir jauh binatang perusak.

Filosofi sekang.

Hidup ini ibarat sebuah sekang riang yang hanya sebagai tempat persinggahan sementara, sesewaktu dapat dibongkar oleh tuannya. Meski hanya sebagai persinggahan di sana tempat manusia dibesarkan, menikmati kebahagiaan, membakar jagung dan tidur dengan nyenyak,  daripadanyalah kemakmuran berasal.

02/02/19

Agu Hende Maria.

Diterjemahkan oleh: Melky Pantur, ***, Jumat (3/2/2017).
Ke dalam bahasa Manggarai-Flores, NTT.

Agu Hende Maria, cembes taung nai de,
Tadang saung sanggen rantang, one Limer Hende,
Hende Ratu Surgawi, ami condo sangger taung.
Oe Ende, oe Ende, berkak koe Lite,
Oe Ende, oe Ende, berkak koe Lite.

Ndewer keta naigm ge, rasung ali jing da'at.
Landing bengkes kigm naigm ge, campe Lite Ende,
Ai Hende Maria de, toem pencang ami.
Oe Ende, oe Ende, berkak koe Lite,
Oe Ende, oe Ende, berkak koe Lite.

Eme mora bengkesgm ge, lorong kaut gauk de kose.
Nganceng ami delep laing, wiga mora tedeng.
Landing ali le ngaji, Hende campe ami ta.
Oe Ende, oe Ende, berkak koe Lite,
Oe Ende, oe Ende, berkak koe Lite.

[Bahasa Jawa]

Nderek Dewi Maria

NDèrèk Dewi Maria, tamtu geng kang manah.
mBoten yèn kuwatosa, ibu njangkung tansah.
Kanjeng Ratu ing swarga amba sumarah samya.
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstunana,
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstunana.

Nadyan manah getera, dipun goda sètan,
nanging batos èngetnya, wonten pitulungan.
Wit Sang Putri Maria, mangsa tèga anilar.
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstunana,
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstunana.

Menggah saking apèsnya ngantos kèlu sètan.
mBoten yèn ta ngantosa klantur babar pisan.
Ugeripun nyenyuwun Ibu tamtu tetulung.
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstonana,
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstonana

https://madahliturgi.wordpress.com/2010/03/26/nderek-dewi-maria/#comment-1867









LASAR LEROS, ANTEN PERPAKET.

Ditulis oleh: Melky Pantur***, Minggu (25/2/2017).

Ini bahasa Manggarai. Lasar artinya irisan; leros artinya sesuatu yang indah, dihiasi warna-warni, halus, licin; ante itu artinya inti yang dalam dari pepohonan; perpaket atau bahasa lain kerkutus atau rogot - kerkutus artinya permukaan yang tidak rata, tidak halus, sudah rusak dan tidak elok. Sedangkan, rogot adalah benjolan bagian luar di kulit batang kayu yang membuat kayu itu tidak indah kelihatannya, tidak leros, bolek.

Dengan demikian, ungkapan: lasar leros, anten perpaket maksudnya tampak luarnya gagah, namun ternyata di dalamnya rusak parah. Ungkapan ini dalam psikologi dapat dikatakan: sesa mu'u eta, ngampang kin nai wa. Sesa itu artinya datar, baik. Sesa hampir sama dengan kata cancar yang artinya datar, sedangkan ngampang artinya jurang, tebing.

Lasar leros, anten perpaket sama dengan ungkapan isi Bible ini: Ibarat kuburan berlaburan putih, tampak luarnya licin namun di dalamnya ternyata bau busuk dan penuh tulang belulang.

Tongka.

Ditulis oleh: Melky Pantur***, Minggu (5/2/2017).

Ini bahasa Manggarai. Ada dua versi kata tongka, yang pertama tongka sebagai benda untuk menakar, sedangkan tongka yang satu disebut juru bicara, perantara.

[This is a Manggarai language. There are two versions about this word, firstly tongka as things that is used as a weigh, and twice is mentioned as a mediator or spokesperson].

Untuk mengkaji tentang tongka sebagai neraca dapat kita baca di tulisan berjudul cancar - silakan cek cancar di google.

[If do you want to get the explanation of the tongka as a weigh, please check in google and you can to write down:  cancar. I had explained that word there!]

Tongka lazim digunakan dalam acara adat, misalnya melamar sang gadis versi budaya Manggarai. Tongka di sini jelas sebagai juru bicaranya. Lumrahnya, orang yang tongka tersebut sudah fasih berbahasa adat Manggarai bahkan bisa go'et - pribahasa bahkan dengan kemampuan menciptakan cigu - sindiran dengan kata-kata atau lagu dengan maksud menarik hati lawan bicara.

[Tongka often is used in ceremony especially when to ask for a girl in marriage - in Manggarai culture. Here, tongka as a spokesperson who can fluently to talk in habitual local culture, among other things: go'et - proverb, and also cigu - tease or allusions. Proverb and tease/allusions is one of method to attempt persuade a tongka of that girl, especially her parents].

Tongka terdiri dari dua kata, tong dan ka. Tong artinya menadah dengan tongka atau bisa karung, sedangkan ka artinya meminta. Tongka berarti meminta tolong agar kamu menadah/menampung beras atau berupa kata-kata.

[Tongka is a consist of two words, tong and ka. Tong is an activity to put that rice in tongka or sack, and ka is an asking for. Conclusion, tongka is an action to ask for the one in order to he/her makes collect some of things or rice put into sack or bag, it could be mentioned as words. For example, when the spokesperson of girl talking about something, then tongka of the young man can to answers theirs demands].

Note:
This translation is not perfect.

Cancar.

Ditulis oleh: 
Melky Pantur***, 
Minggu (5/2/2017).

[Penulis]

Ini bahasa Manggarai dan Cancar merupakan nama tempat yang terletak di Kelurahan Wae Belang, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Propinsi NTT.

[This is Manggaraian language and Cancar is one of the place name of Manggarai that is located in Wae Belang Rural, Ruteng Subdistrict, Manggarai Regentcy, Flores Island].

Cancar terdiri dari beberapa kata, yakni can, ncar dan car. Can artinya satunya, sedangkan ncar artinya bunyi jatuhnya sebuah benda. Cancar adalah suatu aktivitas di mana ketika menaruh sebuah benda selalu saja jatuh dan berbunyi. Lalu, car artinya jatuh. Can car menjadi suatu keharusan agar benda tersebut harus ditaruh di lokasi yang datar. Karena itu, cancar artinya datar - bea. Cancar disebut cancar karena lokasinya datar.

[Cancar is a consist of three words, i.e can, ncar and car. The meaning of can is it's one because ca same with one, ca is one awhile ncar is a sound of things when falling down. And, car is falling down. Can car to be an imperative in order to that things have to putting in a smooth area or plain. Therefore, cancar is a plain, level land, and could be mentioned as a low land].

Ketika seseorang/kita menakar padi dengan tongka - tongka sejenis takaran ukuran lima kilogram bagi orang Manggarai yang terbuat dari bambu, maka ketika penuh itu artinya loncok sedangkan jika diratakan itu artinya cancar. Cancar di sini artinya sebuah aktivitas. Dan, ketika menuangkan padi/beras ke tongka itu artinya cancor lalu seluruh aktivitas itu disebut paka.

[When we are weighing the rice with tongka - tongka is kind of neraca/pair of scales or weights which is one 'tongka' same with five kilogram. Tongka is made of bamboo. When we are weighing the rice full, that is named as loncok, and if that smooth that is cancar. Here, cancar to be an activity.  And, when we are pouring out the rice to tongka, that is mentioned as cancor and that's all activities is named as weighing - paka].


Dalam arti tertentu, loncok dapat diartikan sebagai mangkang - mangkang artinya penuh piring ketika mengambil nasi. Tetapi, agak sulit bagi orang Manggarai ketika nasinya rata di piring, tak lazim diartikan sebagai sesa atau cancar. Orang kerap menyebutnya sedikit - cekoe. Ada sebutan: sesa nai ite, ngampang kin nai wa. Kalimat ini tak elok disebut bea nai eta atau cancar nai eta.


[Loncok same with mangkang - full rice on the plate. When that rice is not full, they cant to say cancar or sesa - they just to say cekoe or just a litle. There is a language expression: sesa nai eta, ngampang kin nai wa or Indonesian saying: lain di hati lain di bibir - saying is not comfort with heart. This mention is not very beautiful if used bea nai eta or cancar nai eta expected sesa nai eta - sesa same with bea or cancar but that cant be put there - bea nai eta. If bea nai eta, it's not interesting, or we say cancar nai eta. Cancar is a word that used in weigh only when we are weighing something with tongka].

Tongka Identik dengan Cancar.

Tongka itu membuat segala sesuatu seimbang, rata. Sedangkan, cancar juga membuat semuanya rata. Misalnya, dalam menakar beras agar sama rata harus pakai tongka atau harus cancar agar tidak wor, kelebihan. Kedua kata ini tergantung konteksnya.

[Tongka and cancar can make somethings balance when we are weighing the rice. It aims, create a balance. Both of that is very contextual and depended on their position. For example, tongka is how to weigh and cancar how to smooth/make smooth or plain to the measure/weigh].

Unique but Fact.

Ngomong - ngomong, ada beberapa hal yang unik dekat kampung Cancar. Memang itu semua unik tetapi kelihatannya fakta jika kita ingin mengoreksinya secara lebih mendalam. Tampaknya, ada sejarah khusus tertentu tentang nama-nama dari kampung kecil itu. Dan, ketika saya berusaha menyusunnya berdasarkan struktur tempat, sangat logis dan diterima pikiran.

[By the way, there are some of uniques near the Cancar village. Indeed, that's all unique but it seems fact if we try to correct deeply. It seems, there is a certain spesial history about the name of that villages. And, when I try to arrange the name of these villages based on the place structure, yeah very logic and received by the mind].

Yang uniknya, di dekat Cancar ada nama kampung: Rai, Popor, Wae Belang, Cara, Golo Wodong, Mangge, Meler, Laja, Nggawang, Sampar,  Mbelaing.

It's unique, there are some of name vilages collection near Cancar. Those are Rai, Popor, Wae Belang, Cara, Golo Wodong, Mangge, Meler, Laja, Nggawang, Sampar, dan Mbelaing.