31/07/17

JET PAPER.


Jet paper atau pesawat jet kertas sangat bagus untuk permaiman anak-anak di rumah. Dilipat oleh: Melky Pantur, 1 Agustus 2017.


Kertas amat bermanfaat ketika dijadikan bahan-bahan permainan anak-anak di rumah.









LABAR.



Juang dan Poping tengah bermain di TK St. Gabriel tepatnya di Leda-Ruteng, Senin (31/7/2017).

Bermain atas penyelenggaraan Tuhan Yesus.

LIANG BUA.


Gambar diambil pada 1 Agustus 2015 di 
Liang Bua saat tengah bermain. Sekarang 1 Agustus 2017, permainan itu sudah berlalu 2 tahun. 


Juang dan Poping mengudara meraih stalaktit.





Manusia sebagai homo ludens alias deus ludens yaiti konsep homo ludens ini didasarkan pada konsep deus ludens adalah sebuah konsep yang  menggambarkan karakter Allah yang bermain atau bersenang-senang selepas tugasnya sebagai pencipta, sebagaimana manusia itu homo faber. Bagi orang Manggarai, deus ludens dimengerti sebagai 'ata labar' di mana itu adalah upaya mengisi saat senggang setelah keluar dari duat, gori atau gejur.

29/07/17

KIDUNG LODOK.


KIDUNG LODOK.

Kongkol neho lodok,
Siding neho cicing,
Bantang neho langang,
Toko neho moso.
Lipot neho lingko.

[Berkumpul seperti lodok - kongkol neho lodok. Ungkapan ini mau mengungkapkan berdasarkan bentuk lodok yang berbentuk cakra Kresna dalam hinduisme atau berbentuk cakra hati terang Allah Yesus Tuhan Semesta Alam - semacam cahaya Kerahiman Ilahi Allah Kristus di mana lodok menyerupai pancaran sudut-sudut matahari sebagai simbol Dewa Surya dalam Hinduisme. Lodok adalah sistem dasar kehidupan bahwa segala sesuatu memulainya yang dari sedikit pelan-pelan menjadi besar atau sedikit-sedikit lama menjadi bukit. Lodok sama dengan jarum jam, roda awal kehidupan, awal perputaran kehidupan, perhitungan perbintangan, sebuah gambaran yang menggambarkan cikal bakal seluruh alam semesta, simbol awal penciptaan, awal teleologis, awal sosio dialogis partisipatif demokratis, awal keutuhan ciptaan, pusat filsafat,  pusat moral, pusat etika, pusat dan awal teologi. Lodok adalah ketakberakhiran, kerahiman, awal tolok ukur, abadi, kekal, saling menghargai, melayani, moralitas universum, lambang Roh Budi Semesta. Lodok itu keteraturan, norma, tata kehidupan, kekembalian. Lodok itu lonto leok, Mbaru Gendang orang Manggarai, Flores, NTT, Indonesia].

[Berdinding seperti cicing - siding neno cicing. Lingko terdiri dari beberapa moso, berujungkan cicing. Cicing itu batas luar. Lihat saja, cicing lingko itu tanpa ujung. Cicing itu simbol KESEMESTAAN - universum yang tanpa ujung, siklus kehidupan, mogsa, reinkarnasi, yoga, keseimbangan, loyalitas, subsidiaritas, solidaritas, persatuan, intergritas, kontinuitas, alfa dan omega, dunia yang tanpa ujung, ujung keesaan. Ungkapan siding neho cicing mau menggambarkan kerekatan sosial berawal dari kekompakkan internal dari pribadi-pribadi menuju publik. Cicing itu pribadi sosialitas].

[Bersepakat seperti langang - bantang neho langang. Ungkapan ini mau menunjukkan segala perkara harus dirumuskan, diselesaikan dengan aturan karena kehidupan semesta itu ada aturannya, ada batas-batas keteraturan menetapkan balansis dan keadilan. Aturan itu amat perlu untuk menjaga kesimbangan, stabilitas-stabilitas, individualitas bertanggung jawab baik sebagai entitas pribadi maupun social entity. Langang adalah norma, aturan, etika, moral. Langang adalah keadilan permusyawatan].

[Berbaring seperti moso - toko neho moso. Ungkapan ini mau menggambarkan hidup itu tenang karena ada lahan-lahan garapan sebagai sumber kehidupan di mana rempah-rempah ditumbuhkankembangkan. Moso itu simbol kesuburan keber -ada - an, eksistensi. Moso itu kuni agu kalo - tanah tumpah darah. Moso itu simbol kegembiraan, keterhiburan, ketersenyuman, kesegarbugaran, keamantenangan, kesejahteraan, kemakmuran. Ungkapan Manggarai - bolek loce baca tara, pa'eng hang mane, remong hang leso, tua hang gula. Moso itu simbol keadilan sosial pati gici arit wingke gici iret]. 

- Pencipta semesta, cakra, pembuat lingko

[Tertata rapi seperti lingko - lipot neho lingko. Ungkapan ini mau menggambarkan kehidupan harus merupakan kebersamaan, berada dalam kebersamaan. Tampak dalam ungkapan nai ca yanggit tuka ca leleng. Lingko itu keseluruhan filosofi gendang onen lingkon pe'ang. Lodok itu tolok ukur. Lodok itu pribadi universum. Lingko itu keseluruhan persatuan, Allah]. 

Selanjutnya.......


Lingko itu adalah arti lain dari PANCASILA. 
Lodok itu sila pertama,
Langang itu sila keempat, 
Moso itu sila kelima,
Lingko itu sila kedua,
Cicing itu sila ketiga.


@Ditulis oleh: Melky Pantur***, Minggu (30/7/3017)#.



25/07/17

DAMANG.


Melky Pantur, S.Pd.


Saat tengah menjawab pertanyaan Dosen Penguji.

[Du hitu, boto mamur leso remong 'damang'. Kut haeng le bae, repeng pedes gori du reme one 'ngo kawe bae dolong molor' ali le 'wua nai' pu'ung one mantar dading lawang wela pe'ang nggariolon. Tamal na'as agu totos kali kut bae cama laing. Cewen setu'un boto botang gori leso remong damang hitu].


Tengah serius menjawab pelbagai pertanyaan para Penguji, sebagaimana tampak dalam gambar berikut.


Rm. Dr. Martin Chen, Pr.


Bapak Mantovanny Tapung, S.Fil, M.Pd.


Bapak Kanisius Th. Decky, S.Fil, M.Th.



Foto saat ujian Skripsi pada waktu itu. Gambar diabadikan oleh Bapak Fortunatus Hamsah Manah, S.Pd, salah satu wartawan senior di Manggarai, Flores, NTT sekaligus Mantan Ketua DPC GMNI Cabang Manggarai yang pertama, angkatan pertama. Beliau alumni STKIP St. Paulus Ruteng.

[Saya mengambil judul tulisan: RELASI ANTAR MANUSIA DALAM PERSPEKTIF BUDAYA MANGGARAI].

Judul ini merupakan tindak lanjut tugas yang diberikan oleh Pak Nick mengkaji budaya Manggarai, Flores dari aspek perspektif relasi.

- secarik konten pemikiran - 

Check di link ini:

[https://melky-pantur.blogspot.co.id/2017/03/pembahasan.html]

24/07/17

LIANG LOWANG.


Ini salah satu liang di Coal, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia namanya Liang Lowang. Liang ini terbentuk secara alami. Di sinilah Penulis berteduh di kala hujan saat berkebun di kebun bernama Wae Lowang waktu masih kecil dan terutama akan tetap berteduh di sini ketika pada waktu ke depannya bertandang ke kebun dekat liang ini.

Coba perhatikan bentuk liang batu tersebut, mirip sekali seperti atap beranda rumah. Anda coba perhatikan bongkahan batu di depan liang atau gua tersebut. 

Tampak batu di depannya adalah pecahan secara alami dari batu di belakangnya. Entah karena berat batu di depannya terlepas sehingga membentuk gua atau liang

Kapan terjadinya hal itu belum diketahui persis. Terlihat onggokan batu yang merupakan pecahan dari batu liang tersebut  bersandar manis di depan liang. Itulah keunikan Liang Lowang dan merupakan suatu keajaiban Tuhan terhadap batu ini. Di bawah liang ini terdapat sebuah mata air di mana orang di persekitaran memanfaatkan mata air (well) sebagai air minum bersih. 

Mengapa disebut Liang Lowang? 

Liang adalah bahasa Manggarai yang artinya gua (cave), sedangkan lowang adalah sisa-sisa dedaunan yang kering dari pepohonan. Ada sebuah ungkapan dalam bahasa Manggarai: Pukul lowang haju sio silid agu etad'eh te kete lancing - silakan memungut kumpulan sisa-sisa balok dan dedaunan pohon kering itu di bawah dan di atas sana untuk membuat api. Jadi, lowang adalah kumpulan dedaunan kering - dry leaves, ataupula sisa-sisa kecil dari balok - semacam serbuk dan kumpulan sisa lainnya. Lowang itu juga merupakan bentuk kekecilan dari lokap (block remainders of trees when we want to make a house). Lazimnya, bagian terkecil dari lokap itulah yang disebut dengan lowang kendati lokap itu sendiri juga merupakan bagian dari lowang karena lowang merupakan ungkapan umum. 

Khusus untuk dedaunan kering di bawah pohon kerap dinamakan rop termasuk rerumputan kering dapat juga disebut rop. Misalnya kalimat ini: Emi rop te kete lancing - ambil rerumputan dan dedaunan kering untuk menyalakan api.

Lalu, mengapa dalam budaya Manggarai, upacara puncak pembangunan rumah adat yang disebut dengan Mbaru Gendang tidak disebut congko lowang kok congko lokap? Apa jawabannya?

Nah, tadi disebutkan lowang itu ungkapan umum sedangkan lokap hanya untuk lowang dari pohon ketika dibuatkan balok. 

Mengapa disebut congko lokap

Lah, acara congko lokap yang mempersembahkan hewan kurban berupa kerbau karena sebuah rumah adat yang perlu disyukurkan di situ adalah balok-baloknya. Jadi, ada keyakinan bagi orang Manggarai, pepohonan itu ada jiwanya/pemiliknya sehingga agar tidak rantuk ta'ud haju - balok tidak saling berkelahi, maka perlu di-hambor atau direkonsiliasi agar neka gege leles, lako ngando, porong goro bongkok - senantiasa kuat bangunannya. Benda syukurnya adalah kaba congko lokap - berupa kerbau yang dipersembahkan di depan altar adat atau kerap disebut compang bate dari.

Sisa lowang balok yang sudah ditekang, dibor, digergaji dan diperhalus itulah makanya diperlukan congko lokap atau pembersihan agar rumah adat tersebut layak untuk dihuni dan nyaman bagi orang yang mendiaminya. Itulah makna congko lokap bukan congko lowang karena sisa ijuk hanya dibersihkan dengan istilah lokap saja.

Di sana ada sebuah kali namanya Wae Lowang. Orang di sana menamakan kali tersebut amat beralasan. Itu memang sebuah nama yang 'kombinatif'. 

Mengapa kombinatif? 

Pertama, asal terbentuk. Kali Wae Lowang terbentuk oleh beberapa kali kecil dan beberapa mata air, seperti Raweng Ajo, Ramegilo, Watu Nenu, Ntalung dan dari Porong Tedeng. Disebut Wae Lowang karena kali tersebut sumber airnya berasal dari beberapa kali. Selain merupakan gabungan dari beberapa kali, Wae Lowang juga merupakan gabungan dari Wae Wako di Bea Waek, Wae Ara termasuk kali pembentuk Wae Tamong dan Wae Lete. 

Kedua, sumber air. Kali Wae Lowang debitnya lumayan. Meski tidak begitu banyak, kali tersebut selalu mengalirkan air. Saya sebutkan wae lako tumpak - air tisian atau air tambalan. Sumber airnya berasal dari mata air yang tak pernah kering meski kecil tetapi juga air hujan. 



Ditulis oleh: Melky Pantur***, 24 Juli 2017.

YOHANES ANJUR.


Diskusi dengan Wabup Manggarai, Bpk. Drs. Victor Madur, Senin (24/7/2017) di Rumah Jabatan Wabup.


Diskusi dengan Sekretaris Dinas Perumahan Rakyat, Bpk. Kons Kumat, ST, Jumat (21/7/2017) di ruang kerjanya.




Diskusi dengan Kadis Peternakan Kabupaten Manggarai, Bpk. Ir. Dan Konstantin, Jumat (21/7/2017) di ruang kerjanya. 


Bpk. John bersama Pak Kadis lagi membahas suatu hal dengan serius.

RUHA LEKE.



Ruha cik leke.

Ruha artinya telur, eggs;  cik adalah sejenis burung pipit, sparrow; dan leke artinya tempurung, piece of coconut shell. Dengan demikian, ruha cik leke, artinya telur dari burung pipit leke. 
Ruha cik leke adalah simbol keterbukaan, soliditas dan keberkuatkawanan, ketidakberpisahan, dan takterceraikan, utuh, saling memberi, suami – isteri yang monogam, keberlahiran yang sepadam. 

This is a symbol of solidity and monogam. 

Ditulis oleh: Melky Pantur***, Senin (24/7/2017).

23/07/17

NDU NDU DAKE.

Ini arti dan penjelasan tentang tarian ndu ndu dake.

Ndu itu sebutan untuk perempuan terutama Cibal. Dake itu suatu upaya untuk menggapai, seperti memanjat, mendaki. Di sana ada aktivitas naik turun turun naik terhadap suatu objek bahkan upaya tersebut dengan berjingkrak-jingkrak.

Ndake diambil dari kata dasar dake artinya memeluk kemudian ditambah abjad berarti kepunyaan. Dake dengan melepaskan tangan membentuk sikap seperti hendak memeluk, sambutan pemelukan dengan model kedua tangan yang mendepa. Daken itu artinya seseorang dipeluk atau dipeluknya ia misalnya sang gadis. 

Ndu ndu dake itu suatu aktivitas berdansa, bergoyang dengan ala perempuan atau sama dengan menari. Ndu ndu dake itu perempuan yang menari dengan mana perempuan itu diajak untuk menari bahkan sembari berpelukan, dipeluk oleh seorang pria bisa merapat bahkan mengambil atau membentuk range dance.

Lazimnya, metode pemukulan genderang mengikuti tarian ndu ndu dake tersebut. Bunyinya ndu ndu dake ndu ndu dak, ndu ndu dake ndu ndu dak.

Dake itu bisa berarti seruan. Misalnya, dak e! Orang Manggarai kerap menyebut rungku kak. Rungku kat makdusnya benturan berapa benda, misalnya akibat benturan tarian rangkuk alu. Bebunyian dari beberapa group rangkuk itulah yang disebut rungkus kak.

Apa hubunganya dengan ndu ndu? Dak bisa berarti bunyian terutama hentakan kaki, pernapasan karena berjingkrak-jingkrak. Artinya, dak itu dapat juga berarti suara, bentuk desahan karena bergoyang-goyang, menari atau dance. Dak itu mirip bunyi klepek-klepek.

Ditulis oleh: Melky Pantur, Senin (24/7/2017).


Foto: Alfan Manah*