Seorang nona cantik atau nocan bila hendak bepergian pasti suka naik bus terutama bus travel, katakanlah dari Labuan Bajo ke Coal. Nocan itu menaiki bus karena ingin menikmati alam yang indah lagian udara dingin tidak masuk. Soal urusan naik turun turun naik tugasnya kernek.
Nah, sekarang kita tahu bis op sebuah seruan penghentian. Dalam dunia Kateketik, bis op adalah seruan pewartaan agar bertobat, semacam katekeselah - yah sharing of the faith experiences.
Dalam dunia budi bahasa, bis op mirip ungkapan English, yaitu bishop. Bishop itu artinya sang gembala, seorang Uskup. Sedangkan, dalam dunia Klerus, Uskup itu Kepala Gereja dari sebuah wilayah Keuskupan. Di dalamnya ada pelbagai Paroki yang lazim dipimpin oleh Imam Paroki, kerap disebut Pastor Paroki.
Recheck ke nocan tadi.
Nocan yang disebut sebagai penumpang mempunyai kewajiban moral yaitu membiayai perjalanan termasuk menaati semua peraturan yang diberikan oleh driver, baik menggenakan sabuk pengaman maupun tenang tidak boleh mengganggu penumpang lain di dalam kendaraan itu.
Aturan jelas, bila kendaraan belum dipastikan berhenti berdasarkan perintah sang driver melalui kernek, maka jangan dilakukan turun naik naik turun lagian awas terseret ke aspal. Nocan tadi sebelum turun harus membayar sebagai bentuk pengabdian. Itu wajib dilakukan. Penumpang sebagai responden pengujar bis op jangan seenaknya naik turun turun naik sebab bakal mencelakainya.
Lumrah, driver itu seorang Papa. Orang Italia bilang begitu yang oleh orang English menyebutnya Pope dan oleh orang Indonesia menamakannya Paus. Oleh Kristolog, bus dipahami sebagai tubuh Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus. Begitu kira-kira.
Pertanyaannya, siapakah pemilik bus itu? Eskatologer menyebut pemilik bus itu adalah The Christ, God. Pemilik bus itu oleh teolog St. Thomas Aquinas memanggilnya Budi Semesta, yang oleh Bung Melky Pantur memanggilnya Roh Inti Semesta.
Kemudian, apa pertanyaan pemilik bus kepada driver? Ini pertanyaannya: Berapa jumlah penumpang yang berhasil kamu turunkan dan naikkan dengan berhasil tanpa ada yang merasa terganggu lalu dari mana dan di mana saja mereka naik turun turun naik?
Yah, sang driver sudah tahu apa kewajiban moral pengabdiannya. Driver sudah tahu apa yang harus dilakukannya. Driver akan menyerahkan jaminan naik turun dan turun naik misalnya penumpangnya semuanya nocan ke sang pemilik. Maklum bus bagus. Driver akan berkata dan bertindak jujur sebab jika tidak akan segera di-PHK oleh tuannya.
Kebaikan sang driver diperhatikan sang pemilik dengan imbalan: Ini aku serahkan sebagaian hasilku kepadamu hari ini tetapi ingat yah, jaga baik-baik nocan yang mendengar bilangan bis op itu dan pastikan mereka selamat hingga ke tempat tujuan masing-masing. Hal itu tentu berdasarkan kerjasama yang baik antara driver dan kernek.
Ucapan sang pemilik termuat dalam KHK sebagai canon dan pesan-pesan penting keselamatan disampaikannya melalui Bible.
Begini ceritanya:
Namun suatu ketika, ada seorang penumpang yah naga atau nana ganteng yang kerap disebut juga pria ganteng yang disingkat prigan menggoda nocan yang tengah berjalan umet di trotoar depan kampus kedokterannya. Apa yang terjadi? Prigan itu tanpa memperdulikan sang driver dan kernek hendak mengeluarkan dirinya dari bus dengan cara melompat mendapati bukit kembar ranum penjagaan nocan itu. Nocan itu senang karena ada prigan yang mau nekat ambisius mendapati mahkota lembah mungil yang diapiti dua lereng onggokan bukit mengapit mulus milik nocan itu.
Tindakan prigan diketahui oleh kernek. Kernek itu menutup pintu bus lalu melompat keluar mendapati relungan gua hangat sang nocan mahasiswi jurusan kedokteran itu. Kernek itu meski terjungkal dengan sedikit terluka di lututnya, ia meraip dengan sukses relungan gua hangat lembut si cantik imut aduhai itu dengan amat sempurna dan kelihatan seperti agak terlatih bak prigan sejuta tangan berpengalaman meracik bukit kembar nan kenyal dan lembut dari para nocan 14 tahun. Tanpa menyia-nyiakan senggang enak, kernek itu mengambil sari minyak zaitun milik kuntul di saku celananya, melumatnya dengan amat amat desah bak desiran angin yang diterpa gelombang maut laut yang menggelegar membahana seluruh isi semesta pada sabana si gadis wuhaiefew.
Mereka berdua telah asyik berbagi pengalaman puncak, menukik nukik lebih dalam dan semakin dalam dan dalam amat sekali.
Tindakan si kernek mendapat amarah dari para penumpang. Para penumpang yang mengantongi 'paspor' hendak ke luar negeri itu mengamuk ke kernek itu. Kernek itu tidak ambil pusing dan berkata: Cobalah kalian tetap tenang!
Coletahan yang membahak.
Salah seorang penumpang dari kampung yang persis berada bersama di dalam bus itu bersahut ganas pada kernek itu: Mereka itu pastor dan sudah saatnya ke negara mereka di roman lagian mereka itu romo! Salah seorang nenek ternyata isterinya membalas suaminya dari dek kursi paling pojok belakang: Haha...bukan pastor tetapi paspor dan bukan roman tetapi Roma. Yang lebih parah mereka bukan romo melainkan rona momang! Dasar kakek ompong loe!
Semua penumpang di dalam bus itu ketawa terbahak-bahak: Hahaha......Lalu, penumpang itu kemplein dan menyampaikan kejahatan si kernek ke driver.
Tidak hanya itu, teman mahasiswi dan mahasiswa dari mahasiswi jurusan kedokteran itu mengamuk ke kernek itu agar segera menjadikan teman gadis mereka sebagai isteri pertiduran yang sah tanpa selingkuh lagi. Teman sekampus mengadu dengan amat, namun si kernek melempar muka tak mau gubris sebab ia ingin menilep lagi doi dari penumpang bus setiap kali berlein untuk membeli pelbagai souvenir dan rumah mewah buat si nocan tindis nikmat di kamar kostnya.
Karena tidak puas, para penumpang itupun mengadu ke driver. Sang driver memutuskan kernek itu mengawini perempuan itu sepuasnya dan berhenti menjadi tukang bis op bis op lagi.
Mengamuk.
Si mahasiswi kedokteran itupun akhirnya mengamuk minta terus dijajani, baik jajan lembah eksotiknya maupun kosmetik cuwaentiq bahkan meminta untuk dibeliin apartemen yang seharga nyaris 2 miliar rupiah. Si kernek sudah tak bisa meladeni lagi karena ia bukan lagi kernek tetapi menjadi gembala kambing di pesuruhan. Hubungan persenggamaan mereka kurang karib karena si kernek hanya bisa meladeni obat prigan si nocan saja tiap kali gulita beranjak mampir ke kelopak kornea.
Kecewa.
Sang driver menyampaikan kejadian itu kepada bos besar. Bos besar bersahut: Aku sadar lama menginginkan agar kernek itu menjadi driverku namun karena kenakalannya, aku mencarikan bagimu kernek yang lain. Sahut sang driver: Siap laksanakan tuan, aku menanti hingga tiba waktunya tetapi untuk sementara taksi dipending! Bos besar pun mengamini.
Stress.
Penumpang tadi yang disebut oleh sang Kakek sebagai pastor lalu nyetress berat. Ia segera menanggalkan pakaiannya lalu melompat keluar bus itu mendapati gua berair hangat lembut halus kenyal milik nocan lain. Ditemukannya nocan itu di halte yang lagi bersiuman dengan kekasih gelapnya dan membawa lari ke kamarnya. Dilindasinya dengan messsrraaa desahhui hingga fajar menyingsing lewat berlalu. Dendamnya pun kesumat, ditikaminya kernek itu hingga seperti pengemis di terowongan di dasar samudera tanpa identitas begitu pada ziarah-ziarah berlanjut dari sang kernek. Tamatlah riwayat si kernek dari tugas bis op bis op bis op itu.
"Hidup harus seperti bunga yang selalu ditempati pada altar yang terhormat sebab bunga itu warna-warni pakaian Roh Inti Semesta yang indah".
Ditulis oleh: Melky Pantur, Jumat (7/7/2017).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar