Ditulis oleh: Melky Pantur***, Rabu (29/6/2017).
Bagi Anda orang Manggarai, Flores akan memahami ungkapan 'kawen la'en' sebagai bahasa Anda lagipula Penulis adalah orang Manggarai asli - native laity from Manggarai.
Jika dipahami dalam konteks bahasa Manggarai kawen la'en adalah sebuah sintaksis pencarian sebuah objek vital yang paling digemari kebanyakan kaum feminim dan merupakan suatu yang paling dinantikan kaum maskulim untuk kian diincari.
Kawen la'en adalah upaya perajutan, peracikan dorongan Roh Semesta untuk mencipta, upaya menjadi, mewujudkan citra diri dari apa yang disebut dengan entitas sosial manusia sebagai subjek yang tidak pernah merasa puas apalagi urusan intimity. Kawen la'en adalah bentuk kuriositas yang amat sangat akan ketidakrasapuasan tersebut terutama merasakan keberbedaan rasa, nikmat dan pelukan dari seseorang untuk saling melepaskan rasa saling.
Anda pasti bertanya mengapa demikian? Nah, kawen berasal dari kata kawe yang artinya mencari, looking for in English. Abjad n di belakang kawe menunjukkan nya, orang yang tengah mencari. Yah, kawen artinya tindakan seseorang yang tengah mencari. Sedangkan, la'en berasal dari kata la'e, yang kerap orang menyebutnya telo. La'e artinya penis. Abjad n di belakang kata itu artinya nya atau kepunyaan. Maka, la'en artinya penisnya.
Dengan demikian, kawen la'en artinya upaya keras dari seseorang lazimnya perempuan atau gadis untuk mendapatkan penis. Di sini sama dengan mencari jodoh. Lazim dalam mencari la'e, para gadis akan bersolek dengan berupa: bergincu, berbedak, merapikan badan, berwangi, pokoknya berdandan rapi mencari perhatian lawan mainnya. Kendati, kawen la'en kerap juga dicari oleh kaum sesama maskulin dalam hal ini homoseksual.
Namun, yang dimaksudkan Penulis di sini adalah bukan kawen la'en bahasa Manggarai, Flores melainkan kawen la'en di sini adalah bahasa Tetun yang artinya Bapa Mama. Bapa Mama berarti orang tua, parents in English. Kawen la'en di sini dalam versi Manggarai artinya Ende Ema, Ine Ame. Kawen la'en dikenal apa yang disebut dengan ucapan yang paling popular: Ame rinding mane, Ine rinding wie; Ema caka ceha, Ine likeng ciek - Ayah pelindung malam, Ibu pelindung di kala petang, Ayah penjaga rezeki, Ibu pelindung penenang.
Spontanitas kelaziman penjagaan Kawen La'en bagi buah hatinya diritualsucikan dengan acara teing hang tinu - ritual balas jasa orang tua oleh anak-anaknya meski Kawen La'en juga menggelar ritual syukuran beka agu buar naring lembak di'a de Morin Jari agu Dedek, Pu'un Caoca - upacara syukuran terima kasih kepada Pencipta atas kebaikan-Nya memberikan keturunan bagi Kawen La'en.
Kawen La'en dalam versi budaya Manggarai dapat dimengerti sebagai pu'un kuni agu kalo - kerap disebut wura agu ceki meski sulit untuk dianalogikan bagaimana korelasi antara leluhur dan Tuhan, namun secara teleologis kulturis dapat disederhanakan lagipula pemahaman tentang pengertian Sang Pencipta versi Manggarai adalah Kawen La'en itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar