03/12/18

Filosofi Bentuk Bulan Orang Manggarai.

Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Ruteng.
Senin (3/12/2018).

[Penulis saat di Bena]

Orang Nuca Lale (Manggarai, Flores) memberi nama bentuk bulan (wulang) sebagaimana juga di daerah-daerah lainnya di dunia.

Ada tiga bentuk bulan, yaitu:

1. Wulang Taga.
2. Wulang Rawet.
3. Wulang Mata.

Penjelasannya:

Keraeng Antonius Ugak*, warga Lamba Leda (keturunan Manang, generasi dari Riwu), Rabu (28/11/2018) tepatnya di Kupang menuturkan, berdasarkan apa yang didengarnya dari orang-orang tua di kampung semasa masih kecil dan masih muda, orang Manggarai membagi nama bulan dalam bentuk tadi.

Pertama, wulang taga.

Wulang taga untuk menyebut bulan purnama. Menurutnya, wulang mongko yang disebut oleh Keraeng Ivan Nestorman* untuk menggambarkan bulan purnama karena tidak ada nama wulang mongko dalam pembagian bentuk bulan orang Manggarai. Yang dimaksudkan adalah bulan purnama, bulan yang terang. Tetapi hemat Penulis, wulang mongko yang dimaksudkan oleh Keraeng Ivan Nestorman dapat menggambarkan ketampangan dari "kemahkotawanitaan" seorang perempuan. Artinya, lebih pada ekspresi representatif dari mahkota perempuan di mana seorang manusia dilahirkan. Dapat pula menggambarkan ekspresi raut wajah seorang perempuan yang elok rupanya, menawan, cantik nan jelita, genit dan seksi bak bidadari.

Terkadang, demikian dia, wulang penong, wulang necak, penong wulang merupakan ekspresi lain dari wulang taga. Intinya, bulan purnama artinya wulang taga. Hal demikian, sama seperti disampaikan oleh beberapa orang tua yang ditemukan oleh Penulis sebelumnya.

Arti kata taga. Untuk diketahui, kata taga kalau ditulis secara terpisah ta ga diartikan sebuah kalimat perintah untuk menyuruh. Dalam bahasa Inggris diartikan sebagai let us go! Jika kita mengkaji secara lebih mendalam, ta ga sangat relevan dengan aktivitas alam berarti berjalan, bergegas. Soal ini akan ditelusuri lagi oleh Penulis, baik mengenai menangkap ikan, memotong kayu di hutan, dan aktivitas lainnya.

Kedua, wulang rawet.

Wulang rawet, kata beliau, menunjuk pada bulan sabit. Disebut rawet karena bulan tersebut hanya terang di salah satu bagian saja. Ada dua kemungkinan wulang rawet, menuju ke purnama atau mati sama sekali.

Ketiga, wulang mata.

Wulang mata berarti bulan mati. Dalam hal ini berarti bulan tidak bersinar lagi. Orang Manggarai menyebutnya mata wulang.
----------Bagi orang Manggarai perputaran bulan menjadi salah satu tolok perhitungan waktu (siklus waktu).

Lirik lagu Mata Leso Ge.
Ciptaan: #Ivan Nestorman*

One hau de daku nai..
Moro mata ne..

Toe sendo pati sua.
Hanang latang me..

Reff:
Ai hau de, mata leso ge..
Ai hau de, wulang mongko ge..
Ai hau de, ntala gewang ge..
Hanang hau, lo’o capu gula ge..

Oke tadangs danong ta..
Du leso sale..

Pu’ung weru ite cua..
Hanang ite cua..

Reff:
Ai hau de, mata leso ge..
Ai hau de, wulang mongko ge..
Ai hau de, ntala gewang ge..
Hanang hau, lo’o capu gula ge..

Konem lea daku nai,
Mbegel ngasangm me..
Damang lea daku nai..
Mbegel momang ho.. 

Reff:
Ai hau de, mata leso ge..
Ai hau de, wulang mongko ge..
Ai hau de, ntala gewang ge..
Hanang hau, lo’o capu gula ge..


01/12/18

Perziarahan Melky Pantur ke Kupang Tahun 2018.


Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Ruteng.
Minggu (2/12/2018).

[Penulis saat di kampung adat Bena, Ngada]

Ini adalah sejarah perjalanan perdana ke Kupang dari saya Melkior Pantur. Perjalanan perdana tersebut berangkat pada Rabu, 21 November 2018 dari Ruteng. Perjalanan dari Ruteng menggunakan sepeda motor menuju So'a, Kabupaten Ngada, Flores. Perjalanan tersebut dalam rangka mengikuti seleksi calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Manggarai Timur, Flores.

21 November malam, saya menginap di rumah Bapak Gabriel Neo tepatnya di Anamari, Desa Tarawaja, Kecamatan So'a, Kabupaten Ngada sembari menunggu seorang teman di Anamari bernama Pak Silve.

[Ini kampung Anamari, Desa Tarawaja, Kecamatan So'a, Kabupaten Ngada]

Kamis, 22 November 2018 saya dan Pak Silve terbang dari Bandara di Soa menuju Bandara Eltari Kupang menggunakan Lion. Di Bandara, saya bertemu teman Pak Richard Pentor dan Pak Stef Dol. Sementara kami, satu pesawat dengan Ketua Bawaslu Kabupaten Manggarai Timur, Bapak Goris Gara. Kami kemudian menuju ke Kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Propinsi Nusa Tenggara Timur mengambil nomor peserta saya bernomor: 53.19.018. Setelah itu, saya dan Pak Silve menuju ke rumah Bapak Anton Ugak di Tofa, Keramat Jati. Hal itu berdasarkan arahan dari Pak Silve.

[Di dalam pesawat dari Bandara So'a ke Bandara Eltari Kupang]

[Saya dan Pak Silve tiba di Bandara Eltari Kupang]

Jumat, 23 November 2018, kami kemudian menuju ke Politeknik Undana Kupang dalam rangka mengikuti seleksi Computer Assested Test (CAT). Pulang ke Tofa menggunakan grab dengan biaya 20.000,- rupiah per orang, saya dan Pak Silve.
Hari Sabtu, 24 November, saya menuju ke Hotel Neo By Aston untuk mengikuti seleksi psikotes. Dan, pada hari Minggu, 26 November mengikuti seleksi wawancara di Hotel Neo By Aston.


[Berada di Politeknik Undana Kupang sebelum digelarnya seleksi CAT]

Sejak Minggu, 26 November 2018 hingga Rabu, 28 November 2018 menunggu hasil Psikotes. Setelah itu, Kamis, 29 November 2018, kami memesan tiket. Malamnya kami bertandang ke rumah Prof. Frans Bustan. Pada Jumat, 30 November 2018 terbang dari Bandara Eltari Kupang menuju Bandara So'a dengan menggunakan Trans Nusa.

[Saat pelaksanaan Psikotes di Hotel Neo By Aston di Kupang]

[Potret persiapan wawancara psikotes]


[Di bandara Eltari Kupang saat menunggu pesawat kembali ke So'a]

Tiba di So'a, kami terus menuju Anamari menggunakan ojek. Lalu, dari Anamari menuju ke air panas So'a, saya bersama Pak Silve menggunakan sepeda motor yang kami titip di Anamari. Dari Anamari, saya kemudian menuju ke kampung adat Bena. Sementara, Pak Silve terus meluncur ke Borong. Saya kemudian, berangkat dari Bajawa Pukul 03.30 WITA. Tiba di Ruteng pada Pukul 07.00 lewat malam WITA.



[Berada di air panas So'a]

[Berada di kampung adat Bena]

Perjalanan yang melelahkan, penuh kecewa karena kandas di Psikotes sekaligus sedikit menyenangkan karena sempat singgah di beberapa objek wisata di Ngada. Perjalanan pulang pergi saya dari Ruteng kembali lagi ke Ruteng kurang lebih selama 10 hari.




27/11/18

Filosofi Pucu Mungke.

Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Kupang.
Selasa (27/11/2018).

[Penulis]

Istilah pucu mungke kerap dipakai oleh orang Manggarai, Flores. Mengapa istilah tersebut dipakai pada konteks tertentu?

Berikut kita membedah terlebih dahulu apa arti kata dari pucu dan mungke. Tentu pucu mungke adalah sebuah ekspresi tentang sesuatu dan merupakan bahasa Manggarai.

Pertama, pucu.

Kata pucu (kata benda) artinya jantung, sedangkan pucu (kata sifat) artinya perasaan batin yang ditandai kegembiraan, kesukaan, dapat pula merupakan perasaan kejengkelan. Hal itu tampak dalam ungkapan pucu wokok (jengkel diikuti dengan ngambek/mela), pucu di'a (berhati baik, berhati mulia), pucu lewe (panjang sabar). 

Kedua, mungke.

Ekspresi wokok maknanya hampir sama dengan mungke. Hanya saja, mungke merupakan kata benda, sedangkan wokok merupakan kata sifat dan bentuk dari suatu ukuran. Ketika disebut pucu wokok berarti gabungan dari kata benda dan ukuran. Terkadang pucu wokok berarti jantung itu pendek - suatu ukuran. Jika dikaitkan dengan perasaan, pucu wokok berarti tindakan tidak bersabar, menyeruduk sembarang tanpa dikritisi untuk dipertimbangkan dengan baik lalu menemukan jawaban dan jalan yang benar dari suatu soal yang tengah dihadapi. Kuncinya bersabar. 

Nah, jika dikatakan pucu mungke maka keduanya merupakan kombinasi dari kata benda. Mengapa? Pucu artinya sebuah benda jantung, sedangkan mungke adalah sebuah benda yang merupakan salah satu dari bangsa unggas. Mungke sejenis burung yang bahkan berterbangan tanpa menghiraukan apa yang ada di depannya. Misalnya, rumah Anda jendelanya terbuat dari kaca  burung itu akan menabrak dengan kerasnya meski ada juga burung lain demikian. Bukan hanya karena kaca, burung tersebut jarang menghiraukan apa yang ada di depannya. Sifatnya yang khas akan menerobos apapun di depannya secepat kilat. Ia terbang dengan secepat kilat berbeda dengan burung lain dan sulit untuk dikejar.

Ketiga, pucu mungke.

Kemudian, mengapa disebut pucu mungke? Anda pasti mendengar ucapan ini: "Asi pucu mungke ta de!". Artinya, jangan cepat mengambek yah! Mengapa harus mengambil penggambaran burung mungke? Itu tadi, burung itu jika terbang, ia akan melakukannya dengan cepat, gesit dan cekatan. Burung itu jika melihat kaca transparan, ia akan menerobosnya. (Waktu saya SD dulu, saya menyaksikan sendiri burung terbang secepat kilat menabrak kaca ruangan Kelas IV SDI Nggawang. Ia terbang dengan sistim cunu - secepat kilat dan lurus). 
Disebut pucu mungke, karena ia tidak mau tahu. Begitu dia marah, langsung balik kanan. Dengan demikian, pucu mungke adalah suatu keadaan batin yang berkecamuk karena kesenjangan. Pucu mungke lahir karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan, baik karena apa yang dimaksudkan benar maupan salah hal itu tetap kemudian disebut sebagai pucu mungke. 

Relasinya dengan Kehidupan Sosial.

Dalam realitas sosial yang terlihat, terdapat banyak orang-orang yang membunuh diri (suicide), menghindari kenyataan dengan mengonsumsi obat terlarang, menjual keperawanan karena patah hati, menelantarkan keluarga inti karena selingkuh dan perilaku tidak terpuji lainnya.

Pucu Mungke dan Tolok Ukur Etika.

Sebagaimana kita ketahui, pucu mungke adalah suatu keadaan batin yang berkecamuk karena kesenjangan. Asa yang tak bersesuaian dengan kenyataan dapat saja menjadi pemicu pucu mungke. Tentu ada banyak terjadi realitas sosial yang menggambarkan kenyataan pucu mungke itu. Sekiranya, ratio dipakai untuk mengenal etika, kesenjangan yang menyebabkan pucu mungke akan sirna.

Saya dapat menggambarkan urutannya, seperti ini:

Realitas sosial
Subyek sebagai entitas utama
Harapan dan kenyataan
Kesenjangan
Pucu mungke
Solusinya memperhatikan etika, baik etika keutamaan maupun kewajiban.

Jika diperhatikan, menghargai dan melaksanakan etika pucu mungke akan luntur dengan sendirinya.

Tentu ada banyak contoh berkaitan dengan ekspresi pucu mungke tetapi belum dibahas di sini secara detail. 

...............Saya menulis ini, inspirasinya tepatnya di Tofa, Kupang.

24/11/18

Seleksi KPU Kabupaten/Kota se-NTT 2018 di Kupang.

Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Minggu (25/11/2018)
di Kupang.

Ini peserta tes seleksi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten se-Nusa Tenggara Timur, zona V. Foto: Peserta yang mengikuti psikotes di Hotel Neo By Aston Kupang, Sabtu (24/11/2018).



Gambar ini diambil saat sebelum dimulainya Computer Assisted Test (CAT) di Politeknik Undana Kupang, Jumat (23/11/2018). 



Perjumpaan karena satu tujuan dapat saja terjadi. Orang-orang dipanggil untuk melaksanakan suatu visi, misi dan kegiatan yang sama.


Ketiga gambar di atas juga diambil saat sebelum dimulainya CAT. Sekedar pengekalan moment agar menjadi catatan sejarah masa depan. 


Tampak para peserta tengah mengambil kartu peserta dan nomor ujian di Kantor Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia di Kupang.


Gambar di atas, para peserta yang mengikuti seleksi CAT di Politeknik Kupang.




Para peserta tengah mengerjakan beberapa soal saat hendak dilakukannya sesi group discussion. 


Suasana sebelum digelarnya psikotes di Hotel Neo By Aston, Sabtu (24/11/2018).


Para peserta yang tengah mengerjakan tugas.


Dua gambar di atas diambil pada, Minggu (25/11/2018). Kawan-kawati tengah mamiri (makan minum ringan) pra dilakukannya tes wawancara yang telah diatur oleh Panitia.

Kemudian.....






Di atas ini, beberapa gambar peserta yang mengikuti psikotes calon Komisioner Sabu Raijua di Hotel Neo By Aston Kupang.









03/11/18

Membaca Tanda-Tanda Alam Orang Nuca Lale.

Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Ruteng.
Sabtu (3/11/2018).

Orang Nuca Lale sangat akrab dengan alam, baik ilmu alam akan datangnya hujan, meminta hujan, keesokannya tidak akan turun hujan, petir, kemarau, tanda kematian, situasi atau keadaan tertentu, anti petir, gempa bumi maupun ilmu perbintangan sebagai sebuah tanda dan lain sebagainya.

Pertama, hujan. 

Jika keesokan hari akan hujan, orang Nuca Lale akan mengetahuinya lewat sebuah keadaan alam persekitaran berupa hawa yang panas pada malam hari, langit yang tampak tidak cerah seperti berkabut yang menghasilkan hawa panas di malam hari, keadaan yang tenang dan bunyi 'tok tok tok' dari seekor binatang liar bernama pake ngkek pasat taran ta'ak (sejenis katak yang hidup di atas pohon berwarna hijau) di malam hari ataupun di senja hari usai hujan. Tanda-tanda tersebut akan secara pasti esok hari akan turun hujan dan berkabut disertai petir.


[Pake ngkek pasat ta'ak. Jika dia berbunyi di petang hari usai hujan, maka besok akan hujan dan jika berbunyi sepanjang malam tok tok tok maka besok hari akan hujan disertai petir. Penulis sudah menelitinya sejak Juni 2018 bahkan sebelumnya karena ia berbunyi pada saat itu. Sekarang bulan November 2018, dia mulai berbunyi lagi. Tanda kehadirannya akan menimbulkan hujan dan petir. Penulis pada Minggu sore Pukul 05.00 WITA sore, 4 November 2018 kemudian memantaunya. Ternyata binatang yang berbunyi tok tok tok ini bersembunyi di atas rimbunan dedaunan mangga tepatnya di pohon mangga di atas TK. St. Gabriel Ruteng. Penulis kemudian membututinya lalu menaiki pohon mangga itu secara berhati-hati. Ia pun melompat dari daun ke daun lalu melompat ke tanah. Memang butuh beberapa bulan mengamatinya yang pada akhirnya berhasil mengabadikan suaranya dan bentuknya. Ia adalah sejenis katak dalam bahasa lokal disebut pake ngkek pasat. Pasat artinya petir. Setelah me-record suaranya dan untuk mencarinya tinggal membuka rekaman, dia akan memberi tanda keberadaannya. Ini pengalaman yang luar biasa]

[Katak ini saat tengah berada di atas daun mangga]

[Setelah berhasil ditangkap oleh Penulis yang kemudian dilepas kembali]




[Katak ini sudah kembali ke habitatnya biarkan dia hidup seperti sediakala]

Manakala seekor burung berwarna agak cokelat (dalam sebutan lokal orang Manggarai lazim disebut sebagai ngkor) sebesar burung tekukur mengeluarkan suara maka hujan akan segera turun. Dan manakala tokek berbunyi di siang hari secara panjang, maka hujan akan turun tanpa disertai petir dan akan terjadi leso nderes (terik matahari menjelang terbenam berwarna merah lazimnya disertai dengan gerimis dan pelangi).

Ketika mbareng pake pasat agu ntung, dipastikan hujan sebentar lagi turun. Ketika hujan usai pake agu ntung berbunyi itulah tandanya, ntung pun berbunyi menjelang petang mengintip malam.

Kedua, meminta hujan.

Tradisi meminta hujan sangat beragam aksinya. Hal itu tergantung kelaziman tiap-tiap kampung. Hal itu dengan maksud mempengaruhi Dewa agar mengatur posisi awan tebal di langit. 

Masyarakat Taga di Ruteng, Flores, akan menggelar aksi ritual khusus ke Tiwu Riung dekat bekas wae barong, ada sebuah danau kecil dengan mana warga perempuan mengenakan gaun laki-laki begitupun sebaliknya. Berdasarkan pengalaman, demikian Rofinus Tasing, warga asal Taga, hujan akan turun usai digelarnya ritual. 

Begitupun aksi memalu air di galang (sebuah tempat untuk memberi makanan babi yang terbuat dari sebuah pohon dalam bahasa lokal disebut sebagai haju sita) tersebut, aku Lambertus Dapur, warga asal Tambor Ruteng Runtu, dengan mana ritual tersebut akan diiringi dengan beberapa nyanyian khusus. 

[Haju sita dalam bahasa lokal Manggarai. Biasanya pohon ini ketika agak besar akan dibuat sebagai bahan dasar pembuat juk berupa guitar tradisional dan galang pakang de ela sebagai pengganti piring untuk makan babi yang dibuat dalam bentuk perahu kecil. Daun pohon ini juga sangat baik untuk dikonsumsi]

Sedangkan, haju sita yang oleh Suku Paku Mundung yang berasal dari Kasong Ndoso yang sekarang berkembang pesat di Golo Borong Cibal Timur, kata Maksimus Gandur, warga asal Cibal, sebagai tempat digantungnya kuni ngong putes atau puser. Usai tali plasenta dipotong, puser tersebut digantung di luarnya harus dibalut dengan ijuk enau (wunut dalam bahasa lokal).

Ritual meminta hujan sangat bervariasi tergantung kebiasaan dari sebuah kampung tersebut - hal itu tengah ditelusuri Penulis.

Ketiga, esok hari hujan batal turun.

Ada dua kemungkinan sebagai tanda alam keesokan hari tidak akan turun hujan melalui pertanda di mana pada malam hari akan terasa dingin, angin sepoi-sepoi, langit pada malam hari cerah. Bintang kelihatan terang dan tampak hening.

Keempat, kemarau pendek dan panjang.

Jika dalam beberapa pekan tidak akan turun hujan besar, maka tiupan angin pada pagi, siang, sore hari tidak cukup kencang, itu pertanda dalam dua hingga tiga hari tidak akan turun hujan. Jika, anginnya kencang (dalam bahasa lokal disebut buru warat) bahkan bisa menumbangkan pohon, artinya bisa dalam tiga pekan tidak akan turun hujan besar meski hanya rintik saja.

Selain tanda hadirnya angin, tanda lain adalah suara yang dihasilkan oleh njieng (semi). Jika hanya satu saja njieng yang berbunyi maka kemarau sifatnya sesaat tetapi jika berbunyi dalam gerombolan besar maka secara pasti kemarau akan panjang. 

Selain itu, dalam ilmu perbintangan, kemarau juga ditandai dengan hadirnya bintang timur (bintang kejora yang dalam bahasa Manggarai disebut ntala gewang) di pagi hari yang cerah. Bintang tersebut seakan bersabda dengan alam ciptaan.

Ketika cais salo one mai tana itu adalah tandanya bahwa musim kemarau akan segera tiba dan sebelumnya diawali dengan musim dureng.

Kelima, petir.

Petir muncul akan ditandai dengan suara dari seekor binatang liar sejenis katak  yang berbunyi tok tok tok, maka keesokan hari akan petir, mendung dan hujan. Jika, bunyinya pendek maka petirnya pendek, jika berbunyi tok tok tok secara terus menerus maka petir (pasat) akan berkepanjangan.

Dominikus Babu, warga Coal menuturkan, kehadiran binatang liar yang berbunyi tok tok tok menandakan petir akan datang pada keesokan harinya - Penulis kemudian mengecek kebenaran tersebut, ternyata itu adalah pake ngkek pasat ta'ak.

Meski petir hadir dengan tanda khusus, bagi orang Manggarai, memahami dengan baik apa antinya. Antinya adalah remang wangkung, wako dan haju nao. Orang Manggarai menanam wangkung dan nao di lingko dengan maksud menangkal petir. 

Ketika disambar petir, maka obatnya adalah bermandikan lumpur kerbau (purang de kaba). Sehingga, masa lampau orang Manggarai sangat akrab memelihara kerbau.

Keenam, tanda kematian.

Tanda kematian bagi orang Manggarai ditandai dengan hadirnya londe, api ja dan mata mbere. Selain itu, hadirnya binatang liar seperti tokor hocu, rangang, bau menyengat di dalam rumah seperti bau bangkai, ayam berkokok hanya sekali saja dan disahut oleh ayam lain hanya sekali juga seekor katak memasuki rumah Anda, itu adalah kabar dukacita.

Caranya agar terhindar, jangan dimarahi, bila binatang mesti di-wada (ungkapan perjanjian dengan roh alam, jiwa agar tanda tersebut tidak akan terjadi) dan ditaruh pada tempat semestinya.

Apabila dua ekor muit (sejenis burung rajawali) berpasangan berbunyi di udara secara terus menerus, itu adalah tanda. Dan bilamana hanya seekor atau banyak anjing menggonggong panjang di malam hari itu adalah sebuah tanda tidak baik.

Jika ada sejenis ular walok berwarna hijau memagut tiang tonggor rumah Anda, itu pertanda petaka akan datang. Cukup ber-wada dan biarkan ia pergi, tidak boleh dilukai. 

Bila po (burung hantu) berbunyi pada malam hari hanya tiga kali, itu adalah tanda sebagai kabar kematian. Jika lebih dari tiga kali maka ia tengah mencari tikus. Dan manakala, berbarengan dengan rok maka di sana terdapat niki. Rok (sejenis burung hantu endemik Flores) dipercaya sebagai pengkabar dan pemanggil niki (kalong). Bila pula mendengar dan melihat bunyi burung yang aneh, tampak bingung, sendirian terus menerus berbunyi dan cukup lama sebaiknya meminta agar jauh dari malapetaka.

Dalam ilmu perbintangan, jika melihat sebuah bintang bersinar terang dan agak besar pada malam hari dan bintang itu bergerak atau berjalan tidak seperti bintang lainnya yang hanya seperti berada di tempatnya, itu adalah tanda ada pemimpin besar yang ke akhirat.

Jika Anda melihat seorang perempuan berpakaian serba putih, naik di atas sebuah pohon dan memanggil binatang piaran seperti seekor atau banyak babi maka itu adalah tanda kehilangan keluarga.

Semisal melihat api unggun di malam hari dalam sekejab lalu menghilang, ketahuilah itu adalah tanda yang tidak bagus. Berdoalah agar dijauhi dari petakanya.

Bila njieng poso (semi hutan) yang berukuran kecil biasanya ada yang berwarna hijau, cokelat berbunyi pada malam hari di rumah Anda sebagai tanda pengkabaran yang tidak baik.

Pada saat hendak menguburkan orang mati peti jenazah terasa berat padahal seharusnya tidak berat kemudian pada saat menggali kubur saat diukur dengan corpus tepat tetapi pada saat hendak dimakamkan tidak pas, maka itu pertanda tidak baik.

Hal lain adalah melihat tubuh orang lain secara nyata, bukan bayangan. Itu adalah tanda tidak baik.

Ketujuh, air laut naik.

Bila pada malam hari air laut naik, ayam akan berkokok secara bersahutan lebih dari satu kali bahkan lebih dari tiga kali. Biasanya, hal itu diketahui oleh orang gunung. Dan bilamana seekor anjing atau banyaknya ekor anjing menggonggong ke arah laut, maka tanda bombang wae tacik ga (tsunami akan datang). Bila demikian, segeralah menghindar ke tempat yang lebih nyaman. 

Kedelapan, keberuntungan.

Jika pada malam hari melihat batu meteor jatuh dan berkilat yang kemudian menghasilkan tai ntala (benalu) maka keberuntungan bagi orang bersangkutan. Dan bila saja melihat sebuah bintang di langit tampak bersinar cerah dan seolah-olah memperhatikan Anda, itu sebagai tanda akan ada sukacita yang besar bagi orang itu.

Kesembilan, gempa bumi.

Jika Anda melihat seorang Yang Lanjut Usianya turun dari langit, maka gempa bumi akan segera terjadi dan bencana besar akan segera menimpa bumi. Bila melihat orang Yang Lanjut Usianya keluar dari kawah gunung berapi maka gempa bumi tidak akan terjadi. Gunung berapi itupun tidak akan aktif dalam waktu yang ditentukan.  

Kesepuluh, negeri yang adem.

Bila Anda melihat seorang perempuan cantik nan elok di angkasa berpakaian indah, maka negeri itu akan diberkati tetapi syaratnya harus berdoa. Bilamana di atas tempat tersebut banyak keserakahan dan tidak ada ucapan syukur secara pasti di bawah tempat kehadirannya akan terbakar dan panen akan gagal, penyakit tanaman akan menimpa.

[Yang Kuasa)

Dan andai saja, di atas compang, Anda melihat turun dua orang yang berpakaian terang bak sinar bercahaya, putih seperti salju maka negeri itu diberkati Yang Kuasa.

Kesebelas, lautan yang tenang.

Bila Anda melihat seorang puteri cantik muncul dari laut menuju ke permukaan berpakaian hijau, di kepalanya terdapat mahkota ratu dengan berbagai hiasan indah di tubuhnya, maka air laut dan samudera akan tenang. Dan manakala ada seorang lelaki berenang di samping kapal Anda, keselamatan menuntun Anda.

Bila Anda melihat seorang pria berjubah putih, berambut ikal panjang, berparas tampan maka perjalanan Anda di lautan akan teduh dan tenang. 

Keduabelas, hasil panen melimpah.

Manakala dari langit turun hujan disertai es batu sebesar biji jagung (usang bua) di daerah tropis seperti di Nuca Lale, maka akan terjadi hasil panen yang melimpah. Dan jika Anda melihat dua ekor ular di persawahan padi Anda yang tengah menguning atau ular biasa bukan ular hijau atau berbisa, berbahagialah Anda karena panen Anda akan berlimpah. Ambillah ular tersebut dan bawalah ke tempat yang nyaman dan biarkanlah mereka hidup.

Semisal Anda melihat sejenis ular hitam berukuran seperti jari kelingking dan panjang sekitar 30 cm di sebuah pohon yang berbuah, bergembiralah karena pohon itu akan menghasilkan buah yang berlimpah. Biarlah ular itu pergi, janganlah dilindasi ataupun dipukuli. 

Jika ada sebuah burung kokak berbunyi, dengarlah bunyinya maka itulah yang Anda dapatkan. Bila dia melarang, sebaiknya diikuti. Kokak memberi tanda khusus yang lazim terucap dalam bentuk bunyi ungkapan: lando woja koka koak, lando woja koka koak, lando latung koka koak lando latung koka koak. Itu tandanya padi dan jagung Anda tengah berbunga sekalipun Anda tidak pernah melihatnya.

Tak hanya demikian, bila ada tanda seperti weris ruha one woja, manga joreng puar one woja, sawot ruha de pake. Itu semua adalah tanda-tanda yang baik.

Ketika menjelang musim panen, banyak terlihat burung tekukur maka itu adalah pertanda kedamaian dan kegembiraan dan panen yang berlimpah. Burung tekukur sebaiknya jangan diburu dan ditembak oleh senapan dan ketapel. Hal mana ketika ada banyak burung nuri (ngkeling) yang berbunyi di musim pohon ampupu berbunga itu adalah tanda kemerdekaan, kedamaian dan kesejahteraan dari masyarakat persekitaran.

Bila pada saat padi Anda tengah berat (bunting) mau berbunga lalu ditiup angin yang lumayan kencang sehingga padi Anda melambai-lambai, maka panenan Anda akan berkelimpahan namun manakala hujan datang pada saat padi Anda tengah berbunga dan mengeluarkan bulir, panenan Anda akan gagal.

Ketigabelas, tanda kesialan. 

Bila Anda pergi ke suatu tempat dengan tujuan khusus, ada ular yang melintang di jalan setelah ditabrak orang, maka janganlah berharap penuh sebab cita-cita akan gagal. Syaratnya untuk urusan pribadi, jangan dihiraukan berusahalah jika itu urusan penting sebaiknya berdoalah. Jika Anda tak melihatnya, berbahagialah Anda.

Bila Anda bersin (wenang) atau orang lain bersin tanpa ada penyakit influenza, maka berhentilah barang sejenak dan merokoklah atau berdoalah agar tidak terjadi kecelakaan saat Anda hendak bepergian.

Jika Anda terantuk pada sebuah batu (timpok) ketika pergi ke suatu tempat dengan tujuan yang penting, berusahalah untuk mengurungkan niat itu karena perjalanan tersebut akan sia-sia. 

Seumpama mendengar bisikan Roh Ilahi untuk jangan bergegas, sebaiknya niat itu dibatalkan karena cita-cita tidak tergapai. Manakala, telapak tangan kanan Anda merasa gatal maka Anda akan memberi sesuatu kepada orang lain.

Bila ular hijau menggigit jari telunjuk Anda dan jari lain sementara Anda tidak apa-apa, maka segeralah dibuat rekonsiliasi karena kesialan menimpa Anda. Anda akan kehilangan nyawa di kemdian dalam beberapa tahun. Harus digelar ngelong.

Jika Anda melihat sejenis ular dalam bahasa lokal disebut mbawa rani, yaitu ular tingkat ketiga dari metamorfosis ular hijau, janganlah membunuhnya tetapi berusahalah untuk ngelong (rekonsiliasi) secara adat begitupun bila melihat manungge. Bila pula Anda melihat kaka ireng mu'u bali (ular kecil berkepala sebelah menyebelah) perlu digelarlah wada karena itu tanda kesialan.

Kalau Anda memotong balok pada saat membuat rumah, saat diukur pas tetapi begitu dipasang menjadi pendek dan itu berulang-ulang, maka itu pertanda sial dan malapetaka. Kemudian ketika Anda melihat seorang tukang memasang balok secara terbalik dan salah satu balok melintang tepat di atas tengah pintu masuk segeralah diperbaiki. Dan bila ada sebuah pohon yang hendak dijadikan sebagai balok atau papan saat menebangnya Anda berusaha menghindari lintasan sebuah kali namun angin bertiup hingga melintang di atas sungai atau mata air, sebaiknya jangan dipakai cukup dijadikan sebagai kayu bakar saja meski kualitasnya baik.

Bila ada seseorang yang menabrak seekor kucing di jalan, itu adalah pertanda tidak baik. Lazimnya, jika demikian harus membungkus dagingnya dengan baju yang kita pakai sebagai sungke lalu dikuburkan dengan baik-baik.

Begitupula, ketika mendengar suara bunyi genderang dari mata air pada malam hari di sebuah kampung adat sementara semua orang dalam kampung tersebut sudah tidak terjaga, maka kampung tersebut akan dilanda musibah. Segeralah menggelar rekonsiliasi berupa takung naga golo (memberi makan roh penjaga kampung).

Sebuah ritual adat sifatnya sangat sakral tetapi akan menjadi sial manakala saat kerbau congko lokap disembelih, tanduknya menghadap ke pintu rumah adat (gendang) dan bila saja toto urat tidak baik termasuk toe bombong pesu berarti permintaan kepada wura agu ceki belum diamini.

Bila seekor anjing piaraan, bermain di depan lalap di mana orang-orang tengah mengetam padi, itu pertanda tidak baik. Lalap adalah jalur yang ditentukan sejak awal sebelum dimulainya mengetam dengan ritual khusus dan padi yang tengah dingetam tersebut dipanggil ker woja.

Keempatbelas, tanda keberuntungan.

Jika saja, Anda salah memakai baju secara terbalik dengan gerak refleks maka Anda akan kerezekian. Seandainya, Anda memakai terbalik celana dalam maka ada seseorang yang pernah Anda cintai merindukan Anda biasanya lawan jenis.

Jika telapak tangan kiri Anda merasa gatal, maka Anda akan menerima rezeki berlimpah terpegantung lamanya gatalan sebaliknya telapak tangan kanan, Anda akan memberi. Bila Anda tengah melihat daun bergoyang sendiri, nischaya rezeki menghampiri tetapi janganlah memotongnya karena itu adalah batas pintu menuju alam bidadari. Selain itu, pada saat Anda memasuki rumah orang dan mereka tengah makan, maka berbahagialah Anda.

Anda melihat dua ular hijau tengah bercinta, maka Anda akan mendapat rezeki. Janganlah dibunuh, tetapi dibiarkan saja.

Pada saat dibuatnya ritual adat, ayam kurban berkokok tiga kali dan itu kerap terjadi pada kesempatan yang berbeda dapat dipercaya sebagai anggan bahwa perjuangan itu disinyalir akan sukses, direstui oleh Morin, Wura agu Ceki.

Bila pada saat memotong pohon untuk kepentingan pembangunan rumah sendiri dilakukan pada saat bulan purnama (penong wulang) dan tidak ada halangan (dipotong siang hari), maka rencana Anda akan sukses.

Kelimabelas, diperbincangkan orang. 

Jika gendang telinga Anda berdengung (neong), maka ada yang menceritakan nama Anda. Kalau bagian kanan (bicang) berarti cerita baik, jika kiri cerita buruk. Semisal, jari kaki telunjuk Anda seperti ada yang menggigit maka ada orang tengah menceritakan nama Anda, kalau bagian kanan baik, jika kiri berarti pocu (cerita buruk). Jika, sulit menelan makanan dan cekes (batuk kering saat makan ataupun meminun air atau deleng) sebagai tanda ada orang yang menceritakan nama Anda.

Keenambelas, kedatangan tamu.

Bila Anda persis lagi mengangkat sendok pertama dan hendak mencicipi makanan dan saat itu Anda bersin (wenang) maka akan menyambut tamu yang datang menjumpai Anda. Bila pada saat Anda menyalakan api di dapur dengan kayu bukan dengan bambu terjadi seret lancing (menyala seperti ada gas), maka Anda akan kedatangan tamu.

Ketujuhbelas, mata air yang sakral.

Jika Anda melihat ada beluk besar pendek (tuna tompok) di mata air, ada pula hidup hanya seekor ular di situ, terdapat ikan yang tidak dipelihara hidup sendiri lalu terdapat katak, maka mata air itu adalah air kesembuhan dan sangat sakral dan juga dipenuhi tokor hocu. Bila air itu dingin sekali mengandung gula (mecik), itu adalah air yang menyehatkan.

Bila terdapat kepiting yang hidup di mata air tersebut, air itu hanya air minum biasa bukan sakral dan tidak berkasiat hanya saja ada kandungan aneh di dalamnya. Dan bila mata airnya lemba, long maka air itu lazim digunakan sebagai pemandian untuk pembersihan kulit.


Refrensi:

Digali dari berbagai sumber. #Intinya masih banyak hal yang belum ditulis oleh Penulis untuk melengkapi tulisan ini.

Semua hal di atas adalah pengetahuan orang Manggarai berkaitan dengan ilmu alam dan merupakan fakta yang dituturkan para narasumber kepada Penulis. Orang Manggarai sangat akrab dengan alam dan berfalsafahkan alam. Dan semua hal itu seturut kehendak Yang Kuasa.