26/10/18

Felix Ahas: Mencipta Ide Titik Awal Suksesnya Berwirausaha

Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Ruteng.
Jumat, 26 Oktober 2018.

Felix Musa Ahas
Bandung Utama Group
Tengah memberikan ceramah di SMAKN I Wae Ri'i.

Seputar Informasi Soal Sekolah.
SMKN I Wae Ri'i, salah satu sekolah negeri di Kabupaten Manggarai, Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terletak di Bangka Kenda, Kecamatan Wae Ri'i dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang luar biasa dari banyak aspek.


Memaparkan materi Wirausaha.

Sekolah yang dikepalai oleh seorang perempuan bernama lengkap, Yus Maria D. Romas, S.Pd., Ek yang memiliki enam jurusan di dalamnya, yakni Teknik Gambar Bangunan, Agribisnis Pengolaan Hasil Pertanian, Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura, Agribisnis Ternak Ruminansia, Teknik Sepeda Motor, Jasa Boga itu dalam memacu pemahaman para peserta didik, tidak hanya membekali mereka dengan mata pelajaran di sekolah tetapi juga menghadirkan narasumber lain untuk menambah wawasan siswa-siswi mereka dengan melaksanakan kegiatan seminar selama 3 hari sejak Rabu 24 - Jumat 26 Oktober 2018.


Kepsek, Yus Maria D. Romas, S.Pd., Ek., tengah menjamu para tamunya. Lokasi penjamuan dihiasi dengan panorama alam yang indah membetah. Kepsek Yus merupakan perempuan visioner yang sangat menghargai waktu dan proses. Ia juga secara pelan-pelan dalam keterbatasan berusaha keras menata SMKN I Wae Ri'i menjadi keren dari sisi penataan lingkungannya.

Sekolah milik pemerintah yang dulunya dibuka oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai yang kini di bawah naungan Pemerintah Propinsi bersama SDLBN lainnya, tidak pernah tinggal diam menata selain aspek kognitif, afektif, psikomotorik, spiritual tetapi juga mendorong aspek sosial lainnya berupa memantik kiat berwirausaha dari para peserta didik. Untuk mewujudkan hal itu, pihak sekolah mengundang pamateri yang berkompeten dan sudah terbukti dari Bandung Utama Group.

Pak Felix menyuguhkan peserta dengan pengetahuan akan kewirausahaan yang mumpuni dan strategik.

Para siswa-siswi tengah mendengarkan ceramah dari narasumber. Mereka tampak serius mendengarkan materi 'mendarat di bumi' tersebut yang menyentuh peningkatan ekonomi diri tersebut.

Para peserta didik tampak begitu serius mendengarkan pemaparan materi yang tengah diberikan dari seorang pengusaha muda yang sukses yang telah mendirikan Bandung Utama Group yang sekarang tengah sukses dan naik daun itu.

Sekolah yang memiliki 900-an siswa-siswi mulai dari Kelas I - III dengan jumlah Guru PNS sebanyak 25 orang dibantu oleh 43 Guru Swasta termasuk sekolah potensial untuk mencetak generasi emas yang sesuai dengan tuntutan zaman terutama kiat Pemerintah membangun sekolah menengah kejuruan negeri yang siap menjadi tenaga-tenaga profesional di lapangan. Targetnya mereka berpengalaman dan bila kuliah bisa sambil kerja karena memiliki basis yang kuat sejak SMA. Untuk mencapai hal itu mereka harus digembleng dengan pengetahuan yang mereka tidak dapat di sekolah.
Pak Felix didampingi beberapa rekan mendukung pemberian spirit kepada anak-anak, salah satunya Penulis. Di sini Penulis bukan penceramah tetapi sekedar mendampingi saja karena sebuah tugas peliputan.

Antusias siswa mengikuti kegiatan begitu terlihat. Banyak dari antara mereka memberikan beberapa pertanyaan kritis mengisi kebelumpenuhan pengetahuan.

Seminar Upaya Pencerdasan.
Sebuah Bentuk Daya Upaya Pembangkitan Minat Generasi.
Kiat itupun ternyata. Kepsek Yustin tidak tinggal diam. Dirinya berupaya keras memacu kemampuan para peserta didiknya agar mampu bersaing secara sehat dengan dunia kerja dan bisnis. Upaya itu diwujudkan melalui seminar selama tiga hari dengan mengundang pemateri yang handal dan telah teruji, yang salah satunya, Feliks Musa Ahas dari Bandung Utama Group.



Feliks melalui materinya menekankan, hidup itu sebuah anugerah Ilahi yang tak terhingga karenanya harus dihargai lagipula Tuhanlah yang mengatur rezeki bagi manusia, manusia tinggal berusaha mencapai tujuan dari rezeki tersebut. Karena Tuhan yang mengatur, demikian dia, manusia tidak boleh menonton dan pesimis lagipula rezeki tersebut tidak harus dengan menjadi Pejabat Negara atau PNS tetapi juga rezeki lainnya yaitu berwirausaha.



Seninya persaingan hidup, seseorang dibutuhkan mental yang kuat untuk mempertahankan hidup. Salah satu metoda untuk menggapainya tentu dengan berwirausaha. Dia menuturkan pengalamannya, berwirausaha berawal dari hal-hal kecil. Memang diakui, terang dia, melewati pelbagai tantangan dan hambatan selain siap untuk disalahkan tetapi juga siap dihina dan diejek. Meski begitu, itu menjadi batu penjuru untuk tetap berkarya yang oleh Manggarai menyebutnya 'kut kantis ati racang rak!'.

Dengan begitu, lanjut dia, berwirausaha tentu harus tekun dan ulet dan jangan sesekali mengharapkan hasil yang begitu cepat dan instan. Sangat perlu menghargai proses. Itu kunci, ungkapnya. Berdasarkan catatan pengalaman perziarahannya dalam dunia usaha, caci maki sudah menjadi kupingan lazim bahkan dari orang-orang terdekat namun tidak patah semangat untuk meraih kesuksesan karena menjadi orang sukses bukan orang kaya butuh sebuah proses bahkan harus siap menerima cemoohan setiap saat.

Memang, aku dia, seseorang yang sukses dalam berwirausaha selain berpenampilan menarik, pelayanan bersih dan santun, diperlukan pula sebuah komunikasi yang menyenangkan pelangan dan konsumen selain percaya diri dan bertanggungjawab terhadap kerja. Tanggung jawab tersebut tampak dalam wujud kerja yang selalu check and recheck. Boleh mempercayakan orang tetapi harus pasti, benar, tepat dan jelas. Pelangan tidak rugi, pemilik usaha juga tidak rugi. Saling memberikan manfaat yang positiflah.

Diterangkannya pula, kunci lainnya adalah percaya pada diri sendiri. Perlu sekali melihat dan mendengar secara langsung dan apa yang dilihat dan didengar segera dilakukan. Karenanya check and recheck menjadi pedoman lain menuju sukses. Bila orang mengganggap suatu tempat tidak strategis, bagaimana cara agar strategis, di sana membutuhkan sebuah ide mencipta dan melakukannya dengan cara yang benar. Manajemen mencipta syarat utama sebuah usaha sukses dan strategis. "Kita yang harus membuat sebuah usaha sukses dan strategis bukan karena tempatnya menurut orang tidak strategis lalu itu menjadi penghalang. Itu mind set yang keliru," dorongnya.



Karena materinya menyenangkan, para peserta didik tidak ingin minggat dari tempat duduk. Materinya sangat menyentuh realitas kehidupan sehari-hari. Mereka tampak bersemangat menyimak.

Pesan Menggiat.
Di penghujung materinya, Ahas berpesan agar anak-anak berpikir sekolah formal bertujuan untuk mencetak menjadi pejabat dan PNS. Sekolah bermaksud membuka pola berpikir yang luas agar menjadi pribadi yang memiliki daya mencipta dan daya juang yang kokoh membangun fundasi diri yang sukses, mapan, disegani sehingga berguna bagi diri maupun bagi nusa dan bangsa bahkan dunia di masa depan. "Belajar dengan tekun, manfaatkan waktu yang ada, majukan diri dan negeri dengan memanfaatkan potensi diri yang ada!," pekiknya.


23/10/18

Selek agu Caca Selek.


[Penulis]

DAFTAR ISI
PENGANTAR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan.
1.2 Perumusan Masalah.
1.3 Tujuan Penulisan.
1.4 Manfaat Penulisan.
1.5 Metodelogi Penulisan.
1.6 Sistematika Penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Selek.
2.1.1 Pengertian.
2.1.1.1 Akar Kata.
2.1.1.2 Arti Kata.
2.1.1.3 Defenisi.
2.1.2 Teks dan Konteks.
2.1.2.1 Teks.
2.1.2.2 Konteks.
2.1.2.2.1 Agama.
2.1.2.2.1.1 Sakramen.
2.1.2.2.1.2 Perayaan Kegamaan Lainnya.
2.1.2.2.2 Budaya.
2.1.2.2.2.1 Caci.
2.1.2.2.2.2 Perang Tanding.
2.1.2.2.2.3 Ritual Budaya.
2.1.2.2.2.4 Sae dan Danding.
2.1.2.2.3 Politik.
2.1.2.2.4 Sosial Ekonomi.
2.1.2.2.5 Pendidikan.
2.2. Caca Selek.
2.2.1 Arti Kata.
2.2.2 Apa Itu Caca Selek?
2.3. Sebuah Sintesa.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
3.2 Saran.
DAFTAR PUSTAKA

PENGANTAR

          Puji syukur kepada Allah Yesus, Telu Leleng Ca Nggeluk Keta, Nai Nggeluk Ata Tetelun One Trinitas Nggeluk Keta, Mori Keraeng Jepek-Jepek Neho Eman, Anak Ata Ronan, Nai Nggeluk. 
           Nenggitu kole Ende Maria Nggeluk Ende de Mori Keraeng Jari agu Dedek Pu'un Caoca, tulisan ini dapat diselesaikan oleh Penulis, Melky Pantur, Selasa malam (23/10/2018) di Ruteng sebagai refrensi kecil.
           Terima kasih kepada Trisula Weda atas pancaran terang antarkarana sehingga tulisan ini diselesaikan saat fajar menyingsing Rabu (24/10/2018) tanpa rasa ngantuk sedikitpun.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

        Kata selek memiliki banyak makna. Sifat pengertiannya sangat luas, detail dan komprehensif. Hal itu tergantung konteks di mana kata tersebut ditempatkan. Tentu saja, memerlukan waktu untuk memahami secara lebih sempurna tentang kata tersebut.
         Tulisan ini sebetulnya dilatarbelakangi oleh berbagai tindakan-tindakan ritual adat yang dilakukan oleh orang Manggarai saat mau melakukan sesuatu diawali dengan persiapan-persiapan tertentu. Ada banyak pertanyaan: Seperti apa sih persiapan tersebut dan mengapa semua itu disebut selek?
           Atas dasar itu, saya mengangkat tema tulisan: Selek agu Caca Selek menjadi ulasan menarik mengacu pada aktus-aktus riil yang diperhatikan Penulis meski belum komplit namun coba diupayakan karena generasi masa kini membutuhkan refrensi kecil dengan mana melalui tulisan ini tidak ada kesangsian pada diri mereka untuk tidak mengetahui arti dari selek dan maknanya bagi kehidupan entitas manusia.

1.2 Perumusan Masalah.

           Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada pun rumusan masalahnya, sebagai berikut:

a. Apa sih maksud selek dan caca selek?
b. Pentingkah ritual selek dan caca selek dilakukan?
c. Bagamana isi dan konteks dari selek dan caca              selek?

1.3 Tujuan Penulisan.

         Nah, tujuan tulisan ini berdasarkan rumusan masalah di atas mau:

a. Menjelaskan hakekat dari selek dan caca selek.
b. Menjelaskan dan memberikan gambaran seperti       apa model-model aktus selek itu?
c. Menjelaskan aktus selek dan pahami sesuai                 konteks meski persiapan itu terkategori dalam           beberapa jenis.

1.4 Manfaat Penulisan.

             Ada pun manfaat dari tulisan ini, sebagai berikut:

a. Memberikan pemahaman bagi generasi muda            untuk menghayati nilai ritual selek dan caca                selek.
b. Memberikan pengertian agar generasi muda                tidak mengabaikan ritual dari selek dan caca              selek di tengah masyarakat.
       
1.5 Metode Penulisan.

            Metodenya berupa studi analisis Penulis berdasarkan hasil observasi di lapangan. Hasil observasi tersebut kemudian dianalis, dirangkaikan lalu disusun dalam bentuk batang tubuh sebagaimana terlihat dalam daftar isi.

1.6 Sistematika Penulisan.

            Mengenai sistem penulisan terkategori seperti berikut: Bab I Pendahuluan, Bab II Pembahasan, Bab III Penutup.
                 
BAB II 
PEMBAHASAN

2.1 Selek.

2.1.1 Pengertian.

2.1.1.1 Akar Kata.

          Kata selek merupakan bahasa asli orang Nuca Lale (Manggarai). Kata ini dipahami berdasarkan bentuknya dapat dieja menjadi se - lek. Namun, ketika dibedah, akan terbentuk dari tiga rangkaian kata, yaitu se, le, dan k. Se dapat dipahami sebagai ungkapan persempitan dari se'e. Se'e murupakan ungkapan pemanggilan terhadap seseorang yang merupakan ekspresi dialek Ndoso dan Kolang yang dalam dialek Rahong disebut ce'e. Se'e/ce'e artinya di sini, ke sini, kemari. Se juga berarti satu, sebuah.
           Kemudian, kata le dapat dimengerti sebagai di sana, di seberang sana (alam nirwana). Ketika ditambah dengan k menjadi lek, maka dimengerti sebagai akuku di sana, aku sudah di sana. Le menunjuk ke suatu tempat yang "agak" lebih tinggi, misalnya bukit, gunung dan hutan di gunung. Contoh kalimat: Kawe haju le poco - mencari kayu di hutan! Contoh lain: Lek aku ga - aku sudah di sini bukit!
           Dengan demikian, kata selek ini tersusun dari kata sebuah, satu, di sana, aku sudah di sini/di sana. Maka, selek artinya suatu aktivitas menuju, sebuah pemberitahuan bahwa aku sudah di sini/di sana.

2.1.1.2 Arti Kata.

            Berdasarkan penjelasan akar kata di atas, dapat ditarik kesimpulan, selek lebih pada persiapan penantian yang kemudian mendekati pengertian sesungguhnya. Namun, sebelum sampai pada pengertian sesungguhnya, akar katanya perlu ditelusuri terlebih dahulu.
           Nah, selek dalam arti sesungguhnya adalah sebuah kata kerja (verb) yang berarti rias, menyusun, membentuk agar kelihatan elok, cantik dan ganteng. Selek merupakan suatu aktivitas menata seseorang, merias seorang.
            Jika, diterjemahkan ke dalam bahasa asing, selek artinya make up seseorang tetapi dalam pengertian yang sangat luas dan komprehensif.

2.1.1.3 Defenisi.

           Selek adalah kegiatan persiapan awal memasuki masa perziarahan menuju cita-cita luhur tertentu dengan menggenakan busana adat orang Manggarai ditandai dengan persembahan meterai darah hewan kurban ritual teing hang wura agu ceki atau takung naga agar proses dari cita-cita tersebut mendapat pertolongan, perlindungan teristimewa direstui oleh Morin agu Ngaran.
           Ketika dalam suatu masa tertentu, misalnya telah usai jangka waktunya misalnya menjadi meka landang caci atau perang tanding usai, digelarlah caca selek begitupun ata torok ko tudak one beo data.

2.1.2 Teks dan Konteks.

2.1.2.1 Teks.

           Segala upaya menata apapun agar lebih elok disebut selek. Secara teks, selek merupakan second activity (aktivitas kedua) karena diawali dengan tersedianya alat-alat pendukungnya untuk menata. Boleh disebut penciptaan kedua karena merupakan lanjutan saja.
            Selek memiliki banyak arti dan itu sesuai konteksnya. Hal itu akan dibahas dalam konteks berikut.

2.1.2.2 Konteks.

2.1.2.2.1 Agama.

2.1.2.2.1.1 Sakramen.

           Dalam Gereja Katolik Roma, ada 7 Sakramen (sarana keselamatan) yang dipakai sebagai titik pijak mengacu pada perbuatan Allah Yesus pada zaman-Nya untuk mendekatkan diri pada Allah Yesus. Hal yang diambil di sini adalah Sakramen Pernikahan terutama bagaimana rias pengantin sebelum mengambil sumpah di depan altar. Atau pula pada saat akan digelarnya acara paluk kila orang Manggarai.
           Lazimnya, pengantin dirias terlebih dahulu oleh orang-orang di salon kecantikan, baik pengantin perempuan maupun pengantin laki-laki termasuk para ajudan, bapa mama saksi atau orang tua pengantin. Rias tersebut dalam bahasa Manggarai disebut selek ata kut kawing.
            Selain itu, ketika menerima Sakramen Ekaristi dan Pentahbisan termasuk Kaul Kekal, orang-orang yang menerima terlebih dahulu dilakukan selek (rias). Imam-Imam selebran dan yubilaris lazimnya ditata sedemikian rupa termasuk para penari persembahan. Hal mana pula lazim para Tetua Adat yang hendak menggelar lilik compang (mengeliling mezbah adat selama lima kali sebagai pertanda ritual puncak segera berakhir).

2.1.2.2.1.2 Perayaan Keagamaan.

          Ada berbagai perayaan keagamaan, misalnya dalam agama Kristen, Hindu, Budha para pelakon terlebih dahulu ditata, dirias agar kelihatan tak seronok, neces, rapi dan elok. Pemuka agama dirias terutama para selebaran dan penari-penari.

2.1.2.2.2 Budaya.

2.1.2.2.2.1 Caci.

          Seorang pemain caci terlebih dahulu di-selek orang rekannya sebelum menerima pukulan dari lawannya, di antaranya panggal (perisai kepala), sesek sapu (destar). Tidak bisa dibiarkan begitu saja karena kepalanya harus dilindungi dengan baik.

2.1.2.2.2.2 Perang Tanding.

           Halnya caci, dalam perang tanding (raha), orang-orang harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan berbusana terlebih dahulu bahkan diawali dengan ritual takung naga golo. Semua urutan ritual hingga menggunakan busana perang disebut selek.
            Bagi orang Manggarai, salah satu bentuk selek dinyatakan dengan inung wae doang (meminum air kuat yang sudah diberi mantra khusus). Air tersebut lazimnya diminum secara bergilir di dalam rumah adat.
             Jika, selek tidak direstui akan diberi angga (tanda-tanda larangan) berupa wenang (bersin), cekes (batuk karena air tersangkut di tenggorokan) atau pula bunyi burung-burung tertentu, atau pula noang de acu (gongongan anjing yang panjang). Sebelum bergegas ke medan perang, gong dan genderang dibunyikan....neka rantang keraeng! Bunyi tersebut sebagai penyemangat bagi anggota pasukan tempur.

2.1.2.2.2.3 Ritual Budaya.

          Orang Manggarai kaya akan ritual adat. Tampak mulai dari seseorang berada dalam rahim seorang ibu (cikop le'as) hingga kelas (kenduri). Rentetan ritual tersebut disebut selek.
          Ada beberapa ritual besar yang merupakan bagian dari selek, di antaranya congko lokap, paki jarang bolong, jarang leti, paki kaba rae, penti weki peso beo.
           Dalam tradisi orang Manggarai, ata torok agu ata tudak mesti mempersiapkan dengan baik berupa selek weki caka peli data (memagari diri agar terbebas dari tumbal) dengan dibuatnya sebuah ritual persembahan seekor ayam jantan putih. Orang Manggarai bilang: Selek dedi'a - persiapkan diri dengan baik. Hal itu lazim guna untuk teing hang wura agu ceki sekaligus hambor ase ka'e weki. Maksudnya, orang yang tudak tersebut dilindungi Yang Kuasa.
          Hal lain, misalnya budaya kelas dengan mana seseorang yang telah meninggal di-selek dengan baik agar jiwanya hidup dengan damai di alam baka - selek dedi'a. Berbagai pesan dilakukan. Bahkan, pada saat ritual ancem peti, ada benda-benda ritual yang dipersiapkan berupa ayam jantan dan beberapa pakaian. Orang Manggarai tahu dan sadar betul akan hal itu. Agar roh leluhur dan ceki (totem) tidak marah maka mereka harus diberi makan.
          Ritual lain, misalnya ritual adat pangga, baik ketika kedua orang tua sudah meninggal maupun ketika semua anak-anak dari satu ayah dan ibu sudah bersuami atau beristeri semua. Ritual lain adalah teing hang tinu ata tu'a.

2.1.2.2.2.4 Sae dan Danding.
 
           Sae adalah tarian yang sangat sakral di Manggarai karena Yang Kuasa terlibat di dalamnya. Tarian tersebut hanya boleh dilakukan di depan rumah Gendang. Sebelum tarian tersebut digelar diawali dengan selek weki, pase sapu. Hal itu dilakukan sebelum ritual puncak yaitu lilik compang.
         Sedangkan, danding adalah tarian biasa lazim dibawakan oleh pemain caci sementara sanda adalah tarian-tarian pada malam hari mengelilingi siri bongkok. Sanda senantiasa bersanding dengan mbata bahkan juga diiringi dengan permainan rangkuk alu.

2.1.2.2.3 Politik.

          Orang Manggarai sejak lama mengenal politik. Forum paling terkenal adalah lonto leok. Hal itu dalam rangka pemilihan pemangku adat yang diawali dengan selek dan melalui ritual adat tertentu.
          Tradisi pembagian lingko merupakan wujud nyata politik. Melantik pemangku adat diawali pula dengan ritual. Misalnya, di Wangkung, tetumbuhan jenis wangkung menjadi sarana pemurnian dan pengangkatan seorang Tetua yang dipilih. Mirip ritual pengukuhan seorang menjadi Kepala.
          Hal mana pula, ketika zaman berkembang, Pilbup, Pileg pun dipadukan dengan ritual selek. Kedua calon harus dimeteraikan dengan hewan kurban dan menggenakan perlengkapan adat agar dilindungi Yang Kuasa.

2.1.2.2.4 Sosial Ekonomi.

           Dalam hal sosial ekonomi, selek dilakukan misalnya ketika seseorang merantau untuk mencari nafkah hidup. Agar rezeki berlimpah dan pulang dengan selamat, dibuatlah ritual selek. Hal itu dikenal dengan sebutan: Lalong bakok du lakon, lalong rombeng du kolen.
            Maksudnya agar saat kembali diberi kesehatan jasmani dan rohani, membawa buah tangan untuk kuni agu kalo terutama untuk keluarga inti sendiri. Sangat bersyukur ketika bermanfaat bagi pa'ang olo ngaung musi  - semua warga kampung.
             Ketika seseorang hendak berbisnis, sangatlah penting ber-selek terlebih dahulu agar barang dagangan cepat laris selain itu usaha tidak mendapat rintangan dan halangan berarti.

2.1.2.2.5 Pendidikan.

             Seturut berkembangnya zaman, selek lalu diterjemahkan sebagai wuat wa'i. Kalau dalam politik praktis, selek adalah bahasa lain dari wuat wa'i. Wuat wa'i itu sendiri adalah selek bagi orang yang hendak merantau atau pergi bersekolah.
             Yang lazim dilakukan, ritual awal adalah teing hang ase ka'e weki lalu diikuti dengan teing hang wura agu ceki. Maksudnya agar malaikat pelindung atau roh diri menuntun langkah perjuangan. Bahasa lain, dewa gong bersama leluhur dan ceki melindungi dan merestui cita-cita dimaksud.
             Dengan ritual tersebut, kandos dango, pidot siong, jengers menes, wurs rucuk, kokets ngonde, weters mejeng, cakas rangkat, pangga warat, rores kose, pulangs bua, koret tondek - senantiasa sejahtera, sehat walafiat lahir dan batin.

2.2. Caca Selek.

2.2.1 Arti Kata.

          Caca adalah sebuah kata yang bila dieja menjadi ca-ca. Ca artinya satu, bersifat tunggal. Ca ca berarti suatu aktivitas, memilah-milah satu per satu. Contoh kalimat: Ca cas weri de - satu per satu tanamnya!
          Caca dalam arti sesungguhnya merupakan suatu aktus pelepasan, melepaskan sesuatu berupa ikatan, misalnya mengeluarkan tali dari ikatannya.
          Jika ada caca berarti ada objek yang diikat. Maka, objek ikatan itu dapat diartikan sebagai selek. Nah, selek adalah suatu aktivitas mengikat sesuatu dengan sesuatu agar kuat dan tidak tercerai berai, tidak terlepas.

2.2.2 Apa Itu Caca Selek.

           Kita coba memperhatikan defenisi dari selek. Selek adalah kegiatan persiapan awal memasuki masa perziarahan menuju cita-cita luhur tertentu dengan menggenakan busana adat orang Manggarai ditandai dengan persembahan meterai darah hewan kurban ritual teing hang wura agu ceki atau takung naga agar proses dari cita-cita tersebut mendapat pertolongan, perlindungan teristimewa direstui oleh Morin agu Ngaran.
             Nah, caca selek adalah melepaskan apa yang pernah diikat sebelumnya tetapi caca selek sebenarnya adalah ucapan syukur terima kasih kepada Yang Kuasa yang telah mewujudkan cita-cita luhur dari sebuah perjuangan. Caca selek dalam bahasa teologi disebut sebagai perjamuan syukur.
             Dalam tatanan adat, caca selek ditandai dengan ritual takung ase ka'e weki, teing hang wura agu ceki sebagai tanda ucapan syukur dan terima kasih atas berkat Ilahi terhadap perjuangan tersebut.

2.3 Sebuah Sintesa.

             Jika ada selek maka ada caca selek. Selek adalah sebuah teks tetapi diaplikasikan dengan berbagai konteks sehingga pemahamannya bisa berbeda-beda. Jadi, teksnya adalah selek sedangkan konteksnya adalah jenis-jenis ritual di dalamnya.
             Meski konteks berbeda, tetapi tujuannya satu yaitu cita-cita luhur diridhoi oleh Yang Maha Kuasa. Berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Dengan begitu, selek adalah sebuah kata yang pengertiannya kompleks dan jamak.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

              Apapun tindakan dari sebuah ritual tujuannya tetap satu. Intinya, agar memperoleh perlindungan dari Yang Kuasa harus diawali dengan ritual sebagai terjemahan lain dari berdoa yang diekspresikan secara lain sebagai selek.
              Ucapan syukur atas permohonan kemudian dilakukan dengan sebuah ritual caca selek. Nada syukur tersebut sebagai titik pijak awal dimulainya suatu aktus nyata baru yaitu memperoleh kesejahteraan terutama sebagai ritual pembersihan manakala dalam proses ada perilaku yang kurang berkenan agar nggoling one tonis, nggolong one gongs, one waes laud, one lesos saled, na'a ata manga, tenung ata werud, pagat manga, haeng kawe, dumpu husur - semua noda hilang lenyap dan semua asa tergapai sukses.

3.2 Saran.

           Tulisan ini menjadi catatan kritis bagi generasi masa kini agar tetap harmoni, tidak melupakan sama sekali warisan emas leluhur terutama neka botang agu mamur mbate dise ame, serong dise empo kut bolek loke baca tara, uwa gula bok leso, jengok le ulu wiko lau wa'i, wake celer nggeri wa, saung bembang nggari eta, uwa haeng wulang langkas haeng ntala, kope oles, todo kongkol - jangan sesekali melupakan warisan moral emas leluhur agar hidup sentosa, bersatu padu dan hidup rukun damai senantiasaa dalam kesosialan.
          Selain itu, walau hukum adat sudah kian tergerus oleh arus zaman yang serba internetisasi, mantar bara wua tuka de nuca lale cama po'e nggari one, cama lewang nggari pe'ang, nai ca yanggit tuka ca leleng, kut caka le Mori Ngaran, sompo le Mori Wowo, sembeng le Mori Dedek, anggil le Mori Jari, kapu neka pa'u, embe neka bete, pola neka gomal le Mori Momang - semua generasi tetap bersatu padu dengan prinsip saling mengasihi sehingga senantiasa dijaga Tuhan Semesta Alam.


20/10/18

Compang and Code of Conducts.

[Writer]

Writen by: Melky Pantur***),
Ruteng.
Thursday, on Sept. 13, 2018.

Compang.

Compang (altar) is a place in the middle of Mbaru Gendang town square. Not only the Mbaru Gendang, Tambor and Niang also have a compang.

Status,  Position and Ritual.

Tambor.

Tambor is a part of the traditional house included the Niang. Tambor is a reward, gift to their girls children who decides to live together with them - when the girls has a husband.

Generally, Gendang as a centrum, shall give some of lingkos' to them. They can used the same well (wae barong), town square (natas) but lingko (garden) is different. Their position is placed under of the Gendang because of as a clan and also as a Tu'a Teno - Tu'a Teno is one of leader of a Gendang who was being taken of them.

It means that, when then the Tambor has a Tu'a Teno, they have an occupation or position in there. Some of those lands which were being given by the Gendang before, of course each of these lingkos' shall appoint the one who has a rang (has occupation in their group) among them.

How about rituals?

Tambor has many assigments, either congko lokap nor the paki jarang bolong rituals but tambor is traditionally forbidden to make a sae dance expected doing the lilik compang (walking around the altar while sing a traditional song during doing five times) because theirs lingkos' constitute a gift. Tambor in Manggarai is named as ata ka'eng one anak rona. Tambor has an assignment which is mentioned as a sida (pay for whatever the anak ronas' demands).

They have due to doing the congko lokap and paki jarang bolong but penti (harvest thanksgiving) shall be done with the Gendang. They will doing that together all of people there which is named pa'ang olo ngaung musi.

[Sae is a traditional dance of Manggarai Flores, be done in front of the Mbaru Gendang. They will dance with ancestors from that village before cut down the animal sacrafice near the altar (compang).

This dance is a sacral dance because those spirits come to there and participated in that dance. The dance will be done if they will celebrate a ritual: paki jarang bolong and congko lokap. The dance is not being done in front of Niang and Tambor because both of that are not as a Gendang.

Let you know.....!!!

Father all of us around the world shall come to give His grace and mercy to make clean those rituals. He shall participated in that dance. Jesus God as savior also come to compang (traditional altar). I don't ask you to follow this comment, i just give you a little information how about the ritual is very holy because God comes to there].

Then..........!!!

Niang.

Of course, Niang is not different with the Tambor included their rituals which is demanded not to make a sae dance near the compang. They also have many Tu'a Tenos' who were being taken up among them. That case is exampled by of the Niang Wae Rebo occupation until now.

Niang is a Tribe.

Awhile, Niang is also a gift of the Lord Land to others clan who is not has social relation directly priorly but based on the careness - the Lord Land who is mentioned as Tu'a Golo careness. A head of Niang shall be shown among them to be a leader (Tu'a Panga).

As we know, Wae Rebo has many Tu'a Teno who should been deviding those lingkos' and it reasons that afar from others. Their history is unique and difficult but in other places, Gendang, Tambor and Niang had lived together on the a hill.

Unique.

Nuca Lale has many uniqueness. That case seen how the Gendang Barang position not afar from Pagal, near Wae Naong. To be a guestion how theirs ancestors considere to live together in one town square place, compang and wells but their Gendang were not same. They have each lingkos' and also Tu'a Golo, Tu'a Teno, and Tu'a Gendang.

Until now, I don't understand what their consideration so their decision to live together in one altar, town square and wells priorly.

Gendang.

Gendang is a main house, central house where all of the people collected to solve some of problems. They will sit down like a cycle which is called as a lonto leok. Lonto (sit), leok (cycle form) near of siri bongkok (a big block in the middle of the Gendang). Usually, Tu'a Golo shall lean above of the block but sometimes he took a chance, shall lean near the wooden board wall together others but the servant has to put some of mat big pillows in front of him. He doesn't alone but together with Tu'a Teno, Tu'a Gendang and Tu'a Panga.

Let we know, the three servants of that village will sit together in that Gendang to solve a problem and have each roles, among others thing: Tu'a Golo solves some cases generally, he shall be helped by Tu'a Panga, Tu'a Kilo, Tu'a Gendang and Tu'a Teno.

Lumpung.

We are then discussing about lumpung. Lumpung occured in West Reok which is located at Racang, Sambi, Loce, Kajong, Robek. They have special charateristic though there are similarities.

For them, Gendang as a basic, main source basically that cann't be diveded on several parts and therefore they don't said: Cahir Gendang! Split the Gendang! They just say: Cahir Lumpung! Split the Lumpung.

There are two types of Lumps.

Lumpung Leca.

Lumpung Leca is a lumps derived from one Gendang, only one, alone. But has a leader, agriculture area, wells, altar, town square and lumpung, public grave (when they give offerings to ancestors in grave).

Lumpung Rangko.

Lumpung rangko or telo is formed by some of Gendangs'. That is to say that, there are three Lumpung. They then make a same perception to form a Lumpung. It is factored by the lands position of the three of Gendang near by one another awhile those lands located are very afar from those Gendangs - some of lingkos' near by one another and those lingkos' are belongs to of three or four Gendangs'.

The three of Tu'a Gendangs' then make decision to build a Lumpung with a leader and some of devices. After build the traditional house, they will kill the black buffalo in front of Lumpung not in town square, not doing sae and lilik compang but pray to God and ancesters whic is named as tudak kaba. Yeah, very different. They will kill the animals sacrifices in from of door of Lumpung not in town square.

Role of Them.

Tu'a Teno.

The land cases will be solved by a Tu'a Teno because deviding of the lingko based on his decision, so when his people involved conflict he shall judge the case witnessed by the Tu'a Kilo, Tu'a Gendang, Tu'a Panga and Tu'a Golo.

Tu'a Gendang.

Tu'a Gendang just solve a social problem not related to the land cases. All the problems will be judged by him if Tu'a Kilo and Tu'a Panga are not founded the solutions of those problems. For example: quarels between clan, head if families, or wife and husband, father and his son, or mother with her girls children. Tua Gendang shall take part to looking for a shine methode of that case. He is a main decision maker, finalist.

Tu'a Golo.

Tu'a Golo usually to solve some of social problems which is happened on his village. He is a symbol of pangga pa'ang nggalu ngaung - front and back keeper.  He has authority to arrange some of programs on his village. He is a general judge about social riots with others Gendang. He himself who determine the war, his decision is final included if have a riots or several attacks from comer, foreigners.

If he has a privat problem, is rarely judged by Tu'a Gendang and if found guilty based on the Tu'a Gendang demands, he get a setences. Tu'a Golo also shall be fined based on the traditional law alike tala ela wase lima but his amoral deed shall not leave the position. Basically, if he does't has ability to solve a problem he shall be helped by Tu'a Teno. After come back to God, his son replace that position. Tu'a Golo is often analogied as a wise man, full of wisdoms.

Tu'a Panga.

Tua Panga is to organize and manage his clan included arrange the norms. He shall invite head of families (Tu'a Kilo) in Niang to talk some of thinkings and concepts due to arrange code of conducts, regulations solve the internal management cases.

Not only to arrange their clan norms but to help the Gendang also, for example to form the root of regulations and the golo code of conducts, either the land cases such as: corridor, boundaries of property privat land and lingko.

Due to the social cases, every clan and families have different regulations but when the cases couldn't be managed in that clan and family, Tu'a Gendang based on the general norms in that village decide a truth case. All of those clan and family regulation will fall off by itself. They will use the general norm.

Tu'a Lumpung.

Tu'a Lumpung then shall arrange his code of conduct not from the customs just regulation as a together holdings with others in there.

If one of the Gendang of the three Lumpung shall ceberate a harvest thanksgivings, all them have to involved from the material contribution side. They have each rule to succeed the celeberation. Their participation is more solid and united.

The Traditional Government System of Manggarai.

1. System.

Why they mentioned as: Tu'a Golo, Tu'a Gendang, and Tu'a Teno? To answer this question, we must understand that system come from two word, i.e Tu'a and structure.

2. Meaning

2.1 Tu'a

Tu'a is a head, a person who must be honored by others, a high leader in one of social group who has a status, occupation.

2. 2 Types

2.2.1 Golo

Golo or hill not mountain (poco mese, poco mondek), awhile forest (puar). As we look that, Elders were lived in forest (puar) but they choose the hill as a strategic location.

Of course, there are many opinions so the option live there:

2.2.1.1 Enemies Attack

Not many of us who do understand the reasons why the Elders choose the hill, but based on the note of some histories, they afraid deeply with the present of comer who want to kill them. Hill to be a strategic place because they can be able to see around included the presence of them.

2.2.1.2 Wild Animals

They can avoid when attacted by wild animals. Morever, they were hunter and want to get meal of deers, wild boar, ect.

2.2.2.2 Wells.

They want to near with wells. For the Nuca Lale, water is sacral, holy and gift of God. They build the Gendang must to near of the water, wells.

2.2.2 Gendang.

Gendang is a tradisional house where the gong, genderang saved. There as a place to solve all of cases.

2.2.3 Teno

When they want to open a new agriculture land and form a lingko, one of them which is then called as Tu'a Teno, he has to plant the teno in middle of lingko that we mention acer tente teno.

Searching here:

http://permaidikarakita.blogspot.com/2017/09/congko-lokap-and-kbeng.html?m=1
https://melky-pantur.blogspot.com/2017/09/antarkarana-alam-asal-mula-kampung.html?m=1

I will repair again the content of this text above! I need your correction!

Notes: In Manggarai, there have five houses, are: Gendang, Tambor, Niang, Bendar and Lumpung. And have six positions of leader, are: Tu'a Golo, Tu'a Gendang, Tu'a Teno, Tu'a Beo, Tu'a Panga and Tu'a Kilo.

The Compang Uniqueness.

Compang is an altar similiar with the altar in Sumba island and Ende, Flores.

07/10/18

Porong Tedeng.

Foto oleh: Melky Pantur***),
Porong Tedeng, Warung Munak dan Wae Ngele
Rabu (3/10/2018).
Upload: Minggu (7/10/2018).



























Golo Lembu di antara Golowelu dan Dahang yang orang di sana menyebutnya sebagai Bukit Cinta. Ini adalah gambar yang tampak dari googleearth. Tampak Porong Tedeng, hulu Wae Ngele, Ntalung, Golowelu dan Satarara.
Screenshoot oleh: Melky Pantur***), Minggu (14/10/2018).

[View yang tampak dalam gambar]




























Foto di atas menggambarkan Porong Tedeng, Golowelu, Warung Munak, Dahang dan Ntalung yang kesemuanya berada di Kecamatan Kuwus, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.