03/12/18

Filosofi Bentuk Bulan Orang Manggarai.

Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Ruteng.
Senin (3/12/2018).

[Penulis saat di Bena]

Orang Nuca Lale (Manggarai, Flores) memberi nama bentuk bulan (wulang) sebagaimana juga di daerah-daerah lainnya di dunia.

Ada tiga bentuk bulan, yaitu:

1. Wulang Taga.
2. Wulang Rawet.
3. Wulang Mata.

Penjelasannya:

Keraeng Antonius Ugak*, warga Lamba Leda (keturunan Manang, generasi dari Riwu), Rabu (28/11/2018) tepatnya di Kupang menuturkan, berdasarkan apa yang didengarnya dari orang-orang tua di kampung semasa masih kecil dan masih muda, orang Manggarai membagi nama bulan dalam bentuk tadi.

Pertama, wulang taga.

Wulang taga untuk menyebut bulan purnama. Menurutnya, wulang mongko yang disebut oleh Keraeng Ivan Nestorman* untuk menggambarkan bulan purnama karena tidak ada nama wulang mongko dalam pembagian bentuk bulan orang Manggarai. Yang dimaksudkan adalah bulan purnama, bulan yang terang. Tetapi hemat Penulis, wulang mongko yang dimaksudkan oleh Keraeng Ivan Nestorman dapat menggambarkan ketampangan dari "kemahkotawanitaan" seorang perempuan. Artinya, lebih pada ekspresi representatif dari mahkota perempuan di mana seorang manusia dilahirkan. Dapat pula menggambarkan ekspresi raut wajah seorang perempuan yang elok rupanya, menawan, cantik nan jelita, genit dan seksi bak bidadari.

Terkadang, demikian dia, wulang penong, wulang necak, penong wulang merupakan ekspresi lain dari wulang taga. Intinya, bulan purnama artinya wulang taga. Hal demikian, sama seperti disampaikan oleh beberapa orang tua yang ditemukan oleh Penulis sebelumnya.

Arti kata taga. Untuk diketahui, kata taga kalau ditulis secara terpisah ta ga diartikan sebuah kalimat perintah untuk menyuruh. Dalam bahasa Inggris diartikan sebagai let us go! Jika kita mengkaji secara lebih mendalam, ta ga sangat relevan dengan aktivitas alam berarti berjalan, bergegas. Soal ini akan ditelusuri lagi oleh Penulis, baik mengenai menangkap ikan, memotong kayu di hutan, dan aktivitas lainnya.

Kedua, wulang rawet.

Wulang rawet, kata beliau, menunjuk pada bulan sabit. Disebut rawet karena bulan tersebut hanya terang di salah satu bagian saja. Ada dua kemungkinan wulang rawet, menuju ke purnama atau mati sama sekali.

Ketiga, wulang mata.

Wulang mata berarti bulan mati. Dalam hal ini berarti bulan tidak bersinar lagi. Orang Manggarai menyebutnya mata wulang.
----------Bagi orang Manggarai perputaran bulan menjadi salah satu tolok perhitungan waktu (siklus waktu).

Lirik lagu Mata Leso Ge.
Ciptaan: #Ivan Nestorman*

One hau de daku nai..
Moro mata ne..

Toe sendo pati sua.
Hanang latang me..

Reff:
Ai hau de, mata leso ge..
Ai hau de, wulang mongko ge..
Ai hau de, ntala gewang ge..
Hanang hau, lo’o capu gula ge..

Oke tadangs danong ta..
Du leso sale..

Pu’ung weru ite cua..
Hanang ite cua..

Reff:
Ai hau de, mata leso ge..
Ai hau de, wulang mongko ge..
Ai hau de, ntala gewang ge..
Hanang hau, lo’o capu gula ge..

Konem lea daku nai,
Mbegel ngasangm me..
Damang lea daku nai..
Mbegel momang ho.. 

Reff:
Ai hau de, mata leso ge..
Ai hau de, wulang mongko ge..
Ai hau de, ntala gewang ge..
Hanang hau, lo’o capu gula ge..


01/12/18

Perziarahan Melky Pantur ke Kupang Tahun 2018.


Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Ruteng.
Minggu (2/12/2018).

[Penulis saat di kampung adat Bena, Ngada]

Ini adalah sejarah perjalanan perdana ke Kupang dari saya Melkior Pantur. Perjalanan perdana tersebut berangkat pada Rabu, 21 November 2018 dari Ruteng. Perjalanan dari Ruteng menggunakan sepeda motor menuju So'a, Kabupaten Ngada, Flores. Perjalanan tersebut dalam rangka mengikuti seleksi calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Manggarai Timur, Flores.

21 November malam, saya menginap di rumah Bapak Gabriel Neo tepatnya di Anamari, Desa Tarawaja, Kecamatan So'a, Kabupaten Ngada sembari menunggu seorang teman di Anamari bernama Pak Silve.

[Ini kampung Anamari, Desa Tarawaja, Kecamatan So'a, Kabupaten Ngada]

Kamis, 22 November 2018 saya dan Pak Silve terbang dari Bandara di Soa menuju Bandara Eltari Kupang menggunakan Lion. Di Bandara, saya bertemu teman Pak Richard Pentor dan Pak Stef Dol. Sementara kami, satu pesawat dengan Ketua Bawaslu Kabupaten Manggarai Timur, Bapak Goris Gara. Kami kemudian menuju ke Kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Propinsi Nusa Tenggara Timur mengambil nomor peserta saya bernomor: 53.19.018. Setelah itu, saya dan Pak Silve menuju ke rumah Bapak Anton Ugak di Tofa, Keramat Jati. Hal itu berdasarkan arahan dari Pak Silve.

[Di dalam pesawat dari Bandara So'a ke Bandara Eltari Kupang]

[Saya dan Pak Silve tiba di Bandara Eltari Kupang]

Jumat, 23 November 2018, kami kemudian menuju ke Politeknik Undana Kupang dalam rangka mengikuti seleksi Computer Assested Test (CAT). Pulang ke Tofa menggunakan grab dengan biaya 20.000,- rupiah per orang, saya dan Pak Silve.
Hari Sabtu, 24 November, saya menuju ke Hotel Neo By Aston untuk mengikuti seleksi psikotes. Dan, pada hari Minggu, 26 November mengikuti seleksi wawancara di Hotel Neo By Aston.


[Berada di Politeknik Undana Kupang sebelum digelarnya seleksi CAT]

Sejak Minggu, 26 November 2018 hingga Rabu, 28 November 2018 menunggu hasil Psikotes. Setelah itu, Kamis, 29 November 2018, kami memesan tiket. Malamnya kami bertandang ke rumah Prof. Frans Bustan. Pada Jumat, 30 November 2018 terbang dari Bandara Eltari Kupang menuju Bandara So'a dengan menggunakan Trans Nusa.

[Saat pelaksanaan Psikotes di Hotel Neo By Aston di Kupang]

[Potret persiapan wawancara psikotes]


[Di bandara Eltari Kupang saat menunggu pesawat kembali ke So'a]

Tiba di So'a, kami terus menuju Anamari menggunakan ojek. Lalu, dari Anamari menuju ke air panas So'a, saya bersama Pak Silve menggunakan sepeda motor yang kami titip di Anamari. Dari Anamari, saya kemudian menuju ke kampung adat Bena. Sementara, Pak Silve terus meluncur ke Borong. Saya kemudian, berangkat dari Bajawa Pukul 03.30 WITA. Tiba di Ruteng pada Pukul 07.00 lewat malam WITA.



[Berada di air panas So'a]

[Berada di kampung adat Bena]

Perjalanan yang melelahkan, penuh kecewa karena kandas di Psikotes sekaligus sedikit menyenangkan karena sempat singgah di beberapa objek wisata di Ngada. Perjalanan pulang pergi saya dari Ruteng kembali lagi ke Ruteng kurang lebih selama 10 hari.