24/07/17

LIANG LOWANG.


Ini salah satu liang di Coal, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia namanya Liang Lowang. Liang ini terbentuk secara alami. Di sinilah Penulis berteduh di kala hujan saat berkebun di kebun bernama Wae Lowang waktu masih kecil dan terutama akan tetap berteduh di sini ketika pada waktu ke depannya bertandang ke kebun dekat liang ini.

Coba perhatikan bentuk liang batu tersebut, mirip sekali seperti atap beranda rumah. Anda coba perhatikan bongkahan batu di depan liang atau gua tersebut. 

Tampak batu di depannya adalah pecahan secara alami dari batu di belakangnya. Entah karena berat batu di depannya terlepas sehingga membentuk gua atau liang

Kapan terjadinya hal itu belum diketahui persis. Terlihat onggokan batu yang merupakan pecahan dari batu liang tersebut  bersandar manis di depan liang. Itulah keunikan Liang Lowang dan merupakan suatu keajaiban Tuhan terhadap batu ini. Di bawah liang ini terdapat sebuah mata air di mana orang di persekitaran memanfaatkan mata air (well) sebagai air minum bersih. 

Mengapa disebut Liang Lowang? 

Liang adalah bahasa Manggarai yang artinya gua (cave), sedangkan lowang adalah sisa-sisa dedaunan yang kering dari pepohonan. Ada sebuah ungkapan dalam bahasa Manggarai: Pukul lowang haju sio silid agu etad'eh te kete lancing - silakan memungut kumpulan sisa-sisa balok dan dedaunan pohon kering itu di bawah dan di atas sana untuk membuat api. Jadi, lowang adalah kumpulan dedaunan kering - dry leaves, ataupula sisa-sisa kecil dari balok - semacam serbuk dan kumpulan sisa lainnya. Lowang itu juga merupakan bentuk kekecilan dari lokap (block remainders of trees when we want to make a house). Lazimnya, bagian terkecil dari lokap itulah yang disebut dengan lowang kendati lokap itu sendiri juga merupakan bagian dari lowang karena lowang merupakan ungkapan umum. 

Khusus untuk dedaunan kering di bawah pohon kerap dinamakan rop termasuk rerumputan kering dapat juga disebut rop. Misalnya kalimat ini: Emi rop te kete lancing - ambil rerumputan dan dedaunan kering untuk menyalakan api.

Lalu, mengapa dalam budaya Manggarai, upacara puncak pembangunan rumah adat yang disebut dengan Mbaru Gendang tidak disebut congko lowang kok congko lokap? Apa jawabannya?

Nah, tadi disebutkan lowang itu ungkapan umum sedangkan lokap hanya untuk lowang dari pohon ketika dibuatkan balok. 

Mengapa disebut congko lokap

Lah, acara congko lokap yang mempersembahkan hewan kurban berupa kerbau karena sebuah rumah adat yang perlu disyukurkan di situ adalah balok-baloknya. Jadi, ada keyakinan bagi orang Manggarai, pepohonan itu ada jiwanya/pemiliknya sehingga agar tidak rantuk ta'ud haju - balok tidak saling berkelahi, maka perlu di-hambor atau direkonsiliasi agar neka gege leles, lako ngando, porong goro bongkok - senantiasa kuat bangunannya. Benda syukurnya adalah kaba congko lokap - berupa kerbau yang dipersembahkan di depan altar adat atau kerap disebut compang bate dari.

Sisa lowang balok yang sudah ditekang, dibor, digergaji dan diperhalus itulah makanya diperlukan congko lokap atau pembersihan agar rumah adat tersebut layak untuk dihuni dan nyaman bagi orang yang mendiaminya. Itulah makna congko lokap bukan congko lowang karena sisa ijuk hanya dibersihkan dengan istilah lokap saja.

Di sana ada sebuah kali namanya Wae Lowang. Orang di sana menamakan kali tersebut amat beralasan. Itu memang sebuah nama yang 'kombinatif'. 

Mengapa kombinatif? 

Pertama, asal terbentuk. Kali Wae Lowang terbentuk oleh beberapa kali kecil dan beberapa mata air, seperti Raweng Ajo, Ramegilo, Watu Nenu, Ntalung dan dari Porong Tedeng. Disebut Wae Lowang karena kali tersebut sumber airnya berasal dari beberapa kali. Selain merupakan gabungan dari beberapa kali, Wae Lowang juga merupakan gabungan dari Wae Wako di Bea Waek, Wae Ara termasuk kali pembentuk Wae Tamong dan Wae Lete. 

Kedua, sumber air. Kali Wae Lowang debitnya lumayan. Meski tidak begitu banyak, kali tersebut selalu mengalirkan air. Saya sebutkan wae lako tumpak - air tisian atau air tambalan. Sumber airnya berasal dari mata air yang tak pernah kering meski kecil tetapi juga air hujan. 



Ditulis oleh: Melky Pantur***, 24 Juli 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar