Ditulis oleh: Melky Pantur***, Sabtu (18/2/2017).
Sebelum kita mengkaji tentang bendera Indonesia relasinya dengan konteks kehidupan orang Manggarai, mari kita lantunkan dulu lagu karangan Ibu Sud ini:
Bendera merah putih
Bendera tanah airku
Gagah dan jernih tampak warnamu
Berkibarlah di langit yang biru
Bendera merah putih
Bendera bangsaku
Berdera merah putih
Pelambang brani dan suci
Siap selalu kami berbakti
Untuk bangsa dan ibu pertiwi
Berdera merah putih
Trimalah salamku.
Warna.
Bendera Indonesia berwarna merah putih. Merah artinya berani, putih artinya suci. Putih itu simbol kebenaran. Orang berani karena benar. Itulah merah putih. Orang kadang menyebut, merah artinya darah, sedangkan putih artinya tulang. Dalam konteks darah, ada sel darah putih dan ada sel darah merah.
Sejarah Sang Saka Merah Putih.
Sang saka merah putih pertama kali dikibarkan di Jln. Pegang Sang Timur No. 56 tahun 1945 pada 17 Agustus di mana Indonesia resmi merdeka. Soekarno bersama M. Hatta membacakan naskah Proklamasi. Hari itu Pukul 10.00 siang WIB. Tercatat, sang saka dijahit oleh Fatmawati, isteri Soekarno.
Sang Saka berarti kelahiran.
17 Agustus 1945 adalah hari Kemerdekaan RI. Para pejuang pra kemerdekaan hingga kemerdekaan menggunakan lambang bendera merah dan putih sebagai wujud cita-cita terbebas dari penjajah. Kiat dan niat pejuang zaman itu terbukti dengan mana bendera merah putih adalah lambang NKRI.
Budaya Manggarai.
Yang unik antara lahirnya NKRI dengan mengambil simbol merah putih saat lahirnya RI adalah suatu yang identik dengan makna kelahiran orang Manggarai. Bagi orang Manggarai, lahir adalah suka cita, kegembiraan. Dalam merayakan kegembiraan, misalnya lahirnya sang bayi wajib diberi nama secara adat yang oleh orang Manggarai disebut cear cumpe. Cear cumpe atau natal kerap menggunakan hewan korban berupa ayam jangan putih. Darah ayam kurban sembelihan tersebut akan dimeterai di dahi sang bayi yang baru lahir, sedangkan satu sisip sayapnya akan taruh di langkar - tempat sesajian di tiang tengah rumah atau siri bongkok. Dibuatnya acara tersebut agar perjuangan anak tersebut ke depannya mulus, penuh kesucian dan dengan darahnya, keringatnya sendiri dia bakal menjadi sukses dan menjadi orang baik. Ayam putih tersebut juga disebut naka atau kegembiraan kedatangan. Ada ekspresi: kapu neka pa'u, pola neka gomal, embe neka bete.
Ayam jantan putih tersebut juga lazim dipakai pada saat hendak berangkat sekolah atau merantau bahkan pada acara tahun baru, hambor ase kae weki.
Bila saya sandingkan dengan warna bendera Indonesia, warna tersebut melambangkan perjuangan. Dan merah putih adalah perjuangan tanpa henti, semangat untuk sukses. Ada ekspresi: lalong bakok du lakon, lalong rompok du ngon, lalong rombeng du kolen. Dengan demikian, bakok tersebut simbol perjuangan dengan mana perjuangan menuju cita-cita kesejahteraan dari orang yang bersangkutan bisa terwujud.
Bila disandingkan dengan NKRI, Indonesia memang sudah merdeka namun kemerdekaan dalam konteks kesejahteraan rakyat tetap dicari. Tetapi semangatnya sudah ada. Kapan lalong rombeng atau kesejahteraan dapat terwujud, itu yang perlu diperjuangkan. Namun, sangat disadari lambang bendera Indonesia sama dengan cita-cita orang Manggarai akan perjuangan yang tulus meski dengan mengorbankan darah agar kelak bisa lalong rombeng - kesejahteraan sungguh-sunguh terjamin.
Acara kegembiraan sudah terjadi 1945, ibarat caca selek atau sejahtera, belum dapat dipastikan dan butuh perjuangan ekstra.
Merah Putih simbol rekonsiliasi - hambor.
Konteks budaya Manggarai, merah putih adalah simbol rekonsiliasi, perdamaian - hambor. Mengapa? Bila diperhatikan, ritus hambor ala Manggarai senantiasa menggunakan ayam jantan berwarna putih, baik hambor gincu tau - bersoal tegang), ataupun hambor ase kae weki - berdamai dengan Roh sendiri. Darah ayam yang disembelih akan dipoleskan ke ujung jari kaki telunjuk dari para pihak yang bersitegang sebagai wujud perdamaian.
Uniknya, dasar NKRI adalah Garuda dan Garuda itu disimbolkan ke ayam. Ada lima dasar penting Pancasila: Ca kanang kali Mori Keraeng, toto molor bicar hiang hae riang, kope oles todo kongkol, mu'u tungku lema emas laro jaong, dan pati arit wingke iret. Makna Pancasila sudah tersirat dalam hambor itu sendiri karena kelima unsur tersebut sudah dipenuhi.
Hambor.
Dalam hambor, kedua belah pihak bernazar di depan Tuhan untuk berekonsiliasi sebagai bentuk pengakuan sila pertama, di situ ke depannya toto molor bicar hiang, kope oles todo kongkol, lalu ada jubir atau penengah soal dalam prosesi hambor - disebut ata tu'a laing caca mbolot sebagai reprensentasi sila keempat agar apa yang ditegangkan bisa pati arit wingke iret atau dapat disebut terjadinya keadilan sebagaimana tertulis dalam sila kelima.
Lalu, orang Manggarai mengambil representasi dari Garuda atau cemberuang dalam bahasa lokal sebagai simbol kebebasan yang dilambangwujudkan melalui ayam putih. Ayam jantan putih juga lazim dipakai dalam menerima tamu baru agar ceki asal tamu dengan ceki-ceki di mana tamu itu diterima dapat terekonsiliasi. Itulah makanya, setiap tamu yang datang senantiasa disambut dengan ayam jantan putih dan kendi berisi tuak. Tuak dan kendi melambangkan persaudaraan tanpa sekat yang terungkapkan dengan perkataan: berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Hal itulah yang terjadi dan merupakan hambor.
Lirik rekonsiliasi orang Manggarai.
Bom bo...bom bo bom bo bom bo e.....
E...ase agu kae ye neka woleng tae rame lonto leok o..leros e
E...weta agu nara e neka woleng bantang rame lonto leok o leros e
E...yite ce golo neka woleng tombod rame lonto leok o leros e
E...ite ce yine ye neka ndong bike rame lonto leok o leros e
A....a....a o ia, ia o ae rame lonto leok o leros 2x
Artinya, adik dan kakak jangan berbeda pendapat; saudari dan saudara harus satu pikiran, kesepakatan; warga satu kampung jangan berbeda perkataan; kita satu rahim janganlah pecah.
Oh...betapa indahnya duduk dalam kebersamaan dan persaudaraan. Di situ duduk sama-sama, berdiri sama-sama. Neka tuka woleng, cama po'e nggerone, cama lewang nggerpe'ang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar