02/02/19

Cences.

Ditulis oleh: Melky Pantur***, Kamis (16/2/2017).

Cences ini bahasa Manggarai. Kata ini gabungan dari kata cen dan ces. Cen persingkatan dari ce'en, sedangkan ces itu bunyi ketika air yang ditaruh ke dalam kuali yang tengah panas. Cences ini kata kerja yang artinya menggoreng tanpa minyak - kelapa. Cences juga bisa berarti memasak.

Dalam arti lain, cences itu lazim disebut teneng, kokor. Ada sebutan kokor tete, kokor daeng, teneng hang, teneng ute, teneng wae, cences lia, cences pake, cences kuse.

Dalam konteks ekonomi, cences dapat dibahasakan sebagai mose cences atau hidup miskin. Mose cences bahasa lainnya lengge dendut, lengge wase seleng. Kontranya adalah mo'eng mose melalui proses cences yang sebelumnya ada sebuah upaya pencarian identitas pangan agar terhindar dari lengge - botang hang koja, ndael hang daeng, enam hang dea, lelot hang teko. Hal itu dikarenakan mejeng hese.

Lengge dendut itu sama persis dengan acu wa rawuk, rata pe'ang satar, enggo lari leor.

Ada sebuah lirik lagu:

E.....woko tenang kaut mose ge a, hau ende go ema go...nukung iju aju cama kat acu wa rawuk go mose ge.

E.....woko tenang kaut mose ge a, hau ende go ema go, nukung iju aju cama kat rata pe'ang satar go mose ge.

Lirik lagu di atas adalah ekspresi simbolis dari ungkapan ini: ngonde holes, mejeng hese. Lengge amat beralasan karena ada sikap apatis, tanpa mind set struktur idea sekalipun itu merupakan anugerah dan hidup tak terlepas dari auto determinative law - hukum determinatif yang bergerak dengan mana determinatif itu dapat berubah melalui proses doa permohonan.

Lalu, ngonde holes, mejeng hese itu adalah sebuah tanda di mana kasih Ilahi sangat leng ge terhadap orang yang bersangkutan.

Nah, dalam konteks budaya Manggarai, ada istilah teing hang. Teing hang ini tampak dalam ungkapan: teing hang ase kae weki atau hambor ase kae weki. Teing hang adalah peristiwa rekonsiliasi atau hambor.

Dalam konteks Kejawen, teing hang untuk rekonsiliasi ini dibahasakan dalam sebutan Selametan dengan mana sadulur papat lima pancer dipersatukan dalam rentang proses rekonsiliasi. Bagi orang Manggarai, rekonsiliasi dapat dilakukan dalam acara teing hang wura agu ceki, teing hang ase kae weki/rekonsiliasi antara tubuh, jiwa dan roh.

Teks orang Manggarai, ada yang disebut dengan ngelong sebagai bentuk proses menuju rekonsiliasi. Tanpa melakukan ngelong akan terjadi kukut rucuk, rao dango, rambut darum, dindor siong.

Salah satu proses keluar dari cences bagi orang adalah ngelong dan teing hang.

Dalam konteks Gereja, ada prosesi yang disebut dengan persembahan atau kurban persembahan di altar. Persembahan tersebut dapat disebut rekonsiliasi atau bahasa lain dari ngelong atau teing hang. Inti dari semua itu adalah mendapat asih Ilahi yang oleh orang Manggarai lazim disebut giri de Pu'un Kuasa te waheng nae.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar