Orang Manggarai memiliki beberapa cara untuk mengetahui masa depan. Beberapa cara tersebut, seperti jue welu, nampo ruha, teka latung, tauk kope.
Masa depan dapat diketahui pula melalui toto urat tetapi toto urat saat diberitahukan sifatnya ngambang, empedu ayam (bombong pesu), hati hewan (ati kaba), darah, posisi kepala hewan, buluh hewan, ayam kurban berkokok.
Jue welu, nampo ruha, teka takung, tauk kope, tauk liling sengaja dibuat agar mengetahui hasil dari satu upaya, misalnya saat hendak melomba kuda, mengambil isteri, perkara ataupun yang lainnya.
Teknik itu adalah ramalan yang akan terjadi. Proses membuatnya tentu melalui wada (pesan perjanjian) dengan Yang Kuasa.
Khusus untuk lilin ataupun kemiri, keduanya dengan sistim dibakar. Sebelum dibakar harus harus di-wada terlebih dahulu. Wada itu diarahkan kepada Yang Kuasa sebagai Penguasa Tertinggi.
Hasil dari petunjuk itu, bisa kemudian menjadi landasan untuk dibuatnyalah rekonsiliasi jika berdasarkan petunjuk tidak berhasil. Ritualnya bisa dalam bentuk kaer watang atau awek ceki.
Kaer watang hanya pelunak atau doa semata karena tidak mutlak diterima tetapi Yang Kuasa dapat merubah bila kaer watang itu dari hati yang paling dalam. Syaratnya jangan untuk bermaksud jahat tetapi berdamai. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika Ia berkehendak. Artinya, bisa dirubah atas doa-doa yang khusyuk dari yang berkepentingan tetapi tergantung Yang Kuasa karena Ia sendiri yang mengetahui kemampuan-kemampuan. Manusia boleh berharap tetapi Ia yang menentukan. Itu prinsip!
Dalam Pilkada Manggarai tahun 2020, ada dua paket yang bertarung Deno Kamelus-Deno Madur vs Hèry Nabit-Hery Ngabut. Petunjuk lilinnya, Hery-Heri menang.
Anda bisa tonton di sini soal siapa yang menang Pilkada Manggarai 2020: https://youtu.be/mD-_9o6s5ts
Pilkada Mabar begitu seru, berdasarkan petunjuk lilin, Edy-Weng bakal unggul diikuti Maria-Sil, Andre-Gapul, dan Pantas-Rizky.
Anda bisa tonton di sini soal ramalan Pilkada Manggarai Barat yang bakal menang: https://youtu.be/iCjMqmTqoic
Pengalaman.
Pilkada Manggarai Timur, ada 4 paket yang bertarung. Yang memenangkan pertarungan adalah ASET (Andreas Agas-Jaghur Stefanus). Di Wae Korok, Kisol, ayam kurban selek dari ASET berkokok tiga kali. Yang berkokok ayam kurban bukan ayam yang lain. Nah, ASET kemudian terpilih. Itu fakta yang pernah terjadi yang pernah saya lihat dengan mata kepala sendiri.
Simak tulisannya:
Ayam Putih Berkokok Tiga Kali Saat ASET Menggelar Ritual Selek
Betapa tidak setiap ritual adat apa pun di wilayah adat Manggarai raya selalu menunjuk dan diarahkan pada Morin, Wura agu Ceki (Morin artinya Tuhan,Wura adalah leluhur dan Ceki adalah representasi dari Tuhan). Hal itu dilakukan agar Yang Kuasa merestui dan melanggengkan setiap asa dari semua orang yang ‘berkeinginan’ akan sesuatu, namun harus mendapat iba-Nya.
Sebuah ritual diyakini direstui oleh Morin, Wura agu Ceki ditandai dengan pelbagai macam-macam hal, salah satunya melalui ayam berkokok. Ketika ayam berkokok saat digelarnya ritual dipastikan apa yang menjadi asa besar dari orang yang mencita-citakan sesuatu itu lazimnya terwujud - ayam yang berkokok itu adalah ayam kurban itu sendiri, bukan ayam dari tempat lain.
Halnya saat digelarnya ritual selek (dikenakannya perlengkapan tertentu berupa pakaian dan sebagainya sebagai awal dimulainya sesuatu kegiatan dilakukan) dari pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur, Andreas Agas dan Stef Jaghur (ASET) akan berjalan mulus dan mencapai titik puncak, yaitu dapat menduduki singgasana Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur pada Pilkada Manggarai Timur 2018.
Ritual selek tersebut digelar di rumah warisan Kedaluan Rongga Koe dengan nama Dalu, Yoseph Meka Roja yang dulunya mendapat bintang Belanda, maka dipanggil Dalu Bintang. Sebelumnya digelarnya selek, rombongan dijemput di Kambe dan diarak menuju Wae Korok Kisol oleh regu ronda yang selanjutnya di-selek di rumah Kedaluan Rongga Koe. Usai di-selek mereka diarak di panggung orasi tepatnya di Sekretariat Ketua DPC PAN Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Vincensius Roja yang akrab dipanggil Keraeng Venti Roja.
Tampak acara selek begitu hening dan akrab. Diwakili oleh kedua tokoh adat, ASET dikenakan pakaian adat Manggarai. Yang mengalungkan Calon Bupati, Andreas Agas bernama Pit Tala termasuk Ibu Calon Bupati, sedangkan Calon Wakil dikalungkan oleh Gaspar Alang termasuk isterinya.
Tokoh Adat yang ikut, di antaranya: Gaspar Jala dari Suku Nggeli, Wae Lengga; Karpus Japi dari Suku Ngara, Wae Rana; Antonius Tandang dari Suku Motu, Wae Lengga; Pit Tala dari Suku Motu, Wae Korok; Yan Bas dari Suku Pejek, Kisol; Aloysius Jade dari Suku Sera, Wae Kutung; Leo Nggebo dari Suku Motu, Wae Koro; Tan dari Suku Motu, Padang; Yoseph Tote Jawung dari Suku Motu, Padang; Aloysius Sarong dari Suku Tanda, Nanga Rawa; Danotus Lalong dari Suku Nara, Wae Lengga; Jomi Nggae dari Suku Motu, Jere Nggoro; Sius Unda dari Suku Laja, Leko Lembo; Kosmas Sale dari Suku Kewi, Leko Lembo. Lebih ada 14 anak suku yang hadir.
Usai digelarnya ritual selek, Andreas Agas dan Stef Jaghur mengucapkan terima kasih atas kehadiran para tetua dan para konstituen di Manggarai Timur.
Ditulis oleh:
Melky Pantur
Ruteng, Jumat, 13 November 2020.
Bahan tambahan:
Menurut Drs. Ambrosius Garung, teknik jue welu dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Mencari kemiri yang sudah tua dan memiliki kematangan yang sama.
2. Kulit kemiri yang sudah tua itu (rongkam dalam bahasa Manggarai) harus dikupas.
3. Umbinya dibakar di atas sumbu lampu.
4. Saat dibakar harus dibakar secara bersamaan.
Nanti seperti apa hasilnya nanti berdasarkan petunjuk jue tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar