Banyak kepala pasti penasaran seperti apa sejarah Golo Curu dan mengapa disebut Golo Curu? Dasar menasar karena Golo Curu adalah spot view yang indah untuk Kota Ruteng.
Wisatawan tentu bertanya, apa gerangan yang terjadi di bukit itu tempo doeloe? Jawaban singkatnya: Di sini pada zaman dulu adalah kampung tua. Lalu, apakah ada narasi sejarahnya? Di situlah kesulitan kita.
Lih. juga: Keturunan Empo Wéwét di Coal, Flores
Okelah!!!
Yah, yang namanya mengumpulkan ranting-ranting yang patah sudah barang pasti susah amat. Refrensi amat diperlukan. Menelitinya juga tentu membutuhkan waktu dan berbagai amunisi.
Arti Nama.
Daripada bertanya apa itu golo curu? Kita langsung saja membuka teksnya pelan-pelan! Golo artinya bukit, curu artinya menjemput, jemput. Dengan demikian, golo curu artinya bukit penjemputan (yah, tempat menjemput orang-orang).
Lihat juga: Malang: Nomen est Omen dan Céar Cumpé
Tetapi sabar dulu sobat! Curu tidak saja diartikan sebagai jemput. Curu dapat saja dibelah menjadi cu dan ru. Cu artinya dekat sekali, amat dekat, intim. Sedangkan, ru artinya akuku sendiri, milikku sendiri. Dengan demikian, curu artinya milikku sendiri yang begitu dekat, intim. Dalam konteks jemput, seseorang pasti dijemput tentu harus ada unsur dekat, intim di dalamnya.
Itu soal kata yah tetapi kita lanjutkan seperti apa sih cikal bakal Golo Curu itu?
Di Karot Ruteng, Flores terdapat sebuah suku namanya Suku Curu. Suku itu ber-ceki rutung. Seperti apa cikal bakal totem itu masih membutuhkan refrensi tambahan. Mengapa ceki rutung? Apakah ada hubungannya dengan kisah Wéngké Wua dan Lalo Koé?
Lihat juga: Berbagai Nama Ceki Orang Manggarai, Flores.
Suatu sumber yang enggan menyebutkan namanya, orang pertama yang mendiami Golo Curu karena diantar oleh seekor kaka mésé. Kaka mésé selalu identik dengan burung yang ukurannya besar. Yah, bisa burung elang raksasa. Kisahnya, seorang laki-laki dibawa ke bukit itu oleh kaka mésé itu. Ataukah kaka mésé itu adalah rutung (landak)?
Seiring berjalannya waktu, pria itu mengambil isteri yang berasal dari darah orang Carep (Lih. Cikal Bakal Gendang Ténda). Makanya, Carep adalah anak wina Suku Curu. Ketika keturunan mereka terus berkembang dan terjadinya némba, mereka pun kerap berpindah-pindah di sekitar Golo Curu. Lokasinya di Nggéong dekat rumah potong hewan, Bangka di Terminal Karot dan Gendang Curu.
Beberapa refrensi menyebutkan Golo Curu memiliki hubungan dengan Cibal. Apa benar?
Perang Todo vs Cibal.
Dalam beberapa catatan lepas, Golo Curu pernah dijadikan sebagai bukit pengikat bendera pada masa lampau. Pada saat perang Cibal, simbol kemenangan adalah menaikkan bendera. Golo Curu adalah tempatnya.
Ranggi dijadikan sebagai lokasi pertemuan sekaligus tempat diikatnya peralatan perang. Usai pulang perang, prajurit biasanya singgah di Golo Curu. Kemudian bendera yang dinaikkan mirip bendera Majapahit berbentuk kerucut. Intinya, Golo Curu adalah kampung tua.
Lihat juga: Torok Molor Kamping Wowo
Menurut Keraéng Yancé Janggat, Golo Curu milik Lopo Runggut. Lopo Runggut ini Kakek dari Mgr. Éduardus Sangsum, SVD, Uskup Ruteng - sebuah datum tambahan). Isteri dari Lopo Runggut adalah Lopo Pié yang merupakan darah orang Pongkor.
Catatan:
👇👇👇
Masih membutuhkan refrensi tambahan untuk membahas soal sejarah Golo Curu. Untuk informasi tambahan silakan dimasukkan ke kolom komentar dari blog ini.
Sabtu (1/10/2022).
Melky Pantur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar