30/09/22

Suku Rato dan Ceki Paké Ngkék Lénta

Yérémias Aron, Selasa (27/9/2022) mengatakan Suku Rato bertotem paké ngkék lénta (putih gelap). Di Todo ada Niang Rato.

Yérémias Aron

Empo Karpitang berasal dari Kolé. Karpitang kemudian mengawini perempuan asal Suku Ndajang dari Pong Licé bernama Riang Molas Licé. Dalam catatan kecil Karpitang ini ada hubungannya dengan Kasong, Ndoso. Tampaknya bergegas dari Kasong. 

Lih. juga: Keturunan Empo Wéwét di Coal, Flores.

Karena kawin dengan Riang Molas Licé sebagai cikal bakal nama Pong Licé. Pong Licé berada di dekat Ndajang (suku dari Ferdinandus Pantas). Pemilik gendang Ndajang dari Pong Licé. Pemilik Pong Licé bukan orang Ndajang karena Pong Licé adalah jurang. Orang Ndajang ber-ceki kula

Tanda Alam.

Ada yang unik di Pong Licé. Jika ada batu yang jatuh sendiri, maka ada gatang-nya. Apabila yang jatuh batu kecil berarti itu anak kecil atau pemuda dan manakala yang jatuh batu besar maka itu orang tua. Gatang maksudnya tanda kematian.

Di Rato hanya ada satu suku, yaitu Suku Rato. Di Ndajang pun demikian yaitu hanya satu suku yaitu Suku Ndajang.

Mirip.

Cerita gatang di Pong Licé tampak tidak berbeda alias semirip dengan cerita watu cumpé di Cibal. 

Lih. juga: Sejarah Awal Mula Golo Curu

Soal Ceki Paké.

Cerita Suku Rato yang menyinggung soal ceki paké ngkék tampak ada hubungannya dengan sejarah Empo Sasak di Kasong yang kemudian ke Ndori dan Coal. Empo Sasak memang juga ber-ceki paku mendung

Di Welu, Kecamatan Ndoso dekat Raka, ada warga yang juga bertotem paku mendung. Hal mana juga terdapat di Golo Borong, Cibal Timur termasuk keturunan dari Maksimus Gandur. 

Yérémias Aron tidak menggambarkan secara detail seperti apa sejarah cikal bakal Suku Rato bertotem paké ngkék itu - butuh refrensi tambahan di sini).

Informasi Tambahan:

Suku Rato berada di Kecamatan Satar Mésé Utara, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Sosor Alo dan Ceki Acu.

Kisah ceki orang Manggarai memang bermacam-macam. 

Di Ruwat, Desa Mata Waé, Kecamatan Satar Mésé Utara terdapat sebuah mata air disebut Sosor Alo. 

Konon ceritanya, pada zaman lampau ada sekelompok orang yang mau meminum air. Mereka haus karena berburu. Mereka kaget karena seekor anjing terkena basah. Mereka kemudian mengikuti anjing itu lalu anjing itu menggaruk tanah dan air kemudian keluar dari dalam tanah. 

Berkat kebaikan anjing itu mereka pun bernazar tidak lagi memakan daging anjing atau kemudian menjadi ceki acu. Kebanyakan orang Ruwat bertotem anjing. Orang-orang yang ber-ceki anjing seperti Keraéng Marten Don, Keraéng Edy Danggur dan banyak lagi di belahan bumi lain.

Bacaan lain:

Asal Mula Kampung CoalCi Pitu Empo Takang Relasinya dengan

Ruteng.
Melky Pantur.
Jumat (30/9/2022)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar