Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Senin (18/6/2018).
Foto: Tiransius Kamilus Otwin Wisang. Kamis (14/6/2018), Wae Lengga, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Timbu adalah sebuah kata dalam bahasa Manggarai, Flores, yang bisa dimengerti sebagai kata kerja dan juga sebagai kata benda.
Kata Kerja.
Timbu adalah kata dalam bahasa Manggarai yang merupakan ciri dari sebuah aktivitas, kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih berupa menutupi lubang atau dengan cara membuat tanggul dengan maksud menampung benda cair seperti air agar alirannya sedikit terhalang dan diharapkan tidak bisa keluar dari sebuah wadah tertentu.
Misalnya, agar air hujan di sebuah lembah kecil dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian bahkan untuk menciptakan mata air yang dapat digunakan untuk air minum dibuatlah lokasi resapan dengan cara membuat tanggul atau pematang sebagau penadah. Embung-embung adalah wujud konkret dari timbu tersebut.
Ada dua kemungkinan dibuatnya timbu, kemungkinan pertama adalah airnya sama sekali tidak keluar dari sebuah lokasi atau airnya bisa keluar dengan mengambil sedikit dari apa yang ditadah.
Kata Benda.
Timbu adalah sebuah benda yang bahan dasarnya adalah bambu. Bambu tersebut berupa belang. Terkadang bisa juga menggunakan bambu biasa, seperti pering.
Di dalam batang bambu tersebut yang dalam bahasa Manggarai disebut ce dalo - ce tede adalah kumpulan dari dalo dalo) atau satu ruas pendek dimasukkan berupa beras yang dicampur dengan air lalu dibakar. Sebelum dimasukkannya beras dan air di dalam bambu, lazimnya dialas dengan daun pisang. Timbu biasa dibuat dicampur dengan katak, udang dan ikan air tawar.
Kemudian, timbu juga adalah sejenis tetumbuhan yang tumbuh di mata air atau rawa-rawa. Timbu mirip seperti bambu bambu air rawa-rawa. Ada banyak manfaat timbu, salah satunya untuk gedek penghias rumah. Timbu juga sebagai tanaman yang bisa mendatangkan atau menimbulkan mata air. Sesuai namanya timbu sebagai tetumbuhan penyerap air. Timbu mirip dengan culu atau reca, hanya saja culu atau reca tumbuh di tempat yang kering atau di bukit-bukit.
Cara Membuat Timbu.
Sebelum dimasukkannya beras, hal pertama yang disimpan di dalam timbu tersebut adalah belut, udang, kepiting dan ikan. Kemudian ditaruh dengan air lalu dimasukkanlah beras ke dalamnya. Karena telah dibungkus dengan daun pisang, maka lazimnya diujung atas timbu ditutupi oleh dedaunan segar berupa daun singkong, daun tin dan beberapa jenis daun untuk menutupi penguapan ke lubang mulut bambu sehingga beras di dalam bambu tersebut bebek. Karena uap airnya terhalang dan kemudian bahan-bahan di dalam bambu tersebut bebek, makanya cara tersebut disebut sebagai timbu dan diberilah nama benda itu disebut sebagai timbu.
Bebek.
Bebek adalah proses pembengkakan suatu benda yang membesar dan menjadi kenyal yabg diakibatkan oleh tekanan energi dari luar sementara uap air yang dihasilkan oleh energi panas tersebut terdesak sehingga terjadilah proses pemasukkan di mana uap air yang terdesak bersama udara masuk ke dalam pori-pori beras sehingga berasnya membesar. Bebek adalah seluruh proses tersebut.
Saung Lale.
Timbu (kolo) setelah dibakar, lazimnya dibelah lalu diambil isinya. Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil daun tin (saung kilit), saung lento dan daun sukun (saung lale). Dedaunan itu sebagai pengganti piring. Bilas tangan dengan air bersih lalu dikunyah. Timbu yang baik bagus dimakan pada saat panas.
Mince.
Timbu setelah setengah masak lazimnya dicampur dengan mince atau nira. Lalu, setelah dicampur dengan mince, timbu tersebut akan menambah aromanya dan isinya semakin licin, bersih dan kenyal.
Hang Wale.
Makanan dari timbu tersebut oleh orang Manggarai menyebutnya sebagai hang wale. Hang wale kalau diterjemahkan: hang (nasi, memakan), wale (jawaban, menjawab). Jika diterjemahkan secara lurus maka artinya nasi jawaban, nasi menjawab. Yah, kan tidak logis masa disebut nasi menjawab atau nasi jawaban? Hang wale juga dapat diartikan sebagai, yah kok masak nasi disuruh menjawab? Kan tak mempunyai mulut! Nah, disebut hang wale karena cara mengadakanya, menghidangkannya begitu simpel, sederhana, dadakan, asalan tanpa melalui suatu proses seperti lazimnya menggunakan periuk lalu tidak di - kalek le kebor (diaduk-aduk dengan menggunakan irus). Cara memasaknya seperti halnya menggunakan magic com rice cooker. Kemudian, memasaknya pun dicampur satu kali saja, baik antara beras, daging (udang, kepiting, belut, katak) maupun sayur-sayuran. Biasanya, dicampur dengan sejenis daun pakis mini (saung paku - dalam bahasa Manggarai) atau saung sendok (daun sendok), termasuk daun ubi atau daun ciplukan (saung kenti). Itulah makanya disebut atau dinamakan sebagai hang wale.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar