01/01/18

Sejarah Lalo Koe dan Wengke Wua di Todo.

Ditulis oleh: Melky Pantur***, 
Senin (1/1/2018). 


[Penulis]

[Tulisan ini merupakan copas dari tulisan saya tentang GOLO NDERU di Kecamatan Ruteng (2017) agar bisa mempermudah akses Pembaca Budiman]

Kilasan Cerita Lalo Koe.

Pada zaman dahulu, ada kakak beradik tinggal di Todo. Nama mereka Wengke Wua dan Lalo Koe. Wengke Wua sebagai seorang kakak, sedangkan Lalo Koe seorang adik.

Awal Kisah.


Mereka berdua masih bujang atau belum mempunyai isteri.


Di Todo Pu'u, ada satu pohon nderu yang buahnya hanya dua. Tidak ada pohon nderu lain di situ. Si Wengke Wua memilih nderu atau jeruk yang lebih tua (borot dalam bahasa Manggarai), sedangkan adiknya memilih yang masih muda. Hal itu karena si Wengke Wua memaksa adiknya untuk memetik yang belum matang. Si adik pun mengamini saja, maka mereka pun memetiknya.

Keajaiban.

Siapa sangka, sebelum mereka memakan dua buah jeruk tersebut, kedua jeruk tersebut berubah menjadi dua orang perempuan. Jeruk yang belum matang berubah menjadi seorang gadis belia nan cantik rupawan, sementara jeruk yang sudah ranum menglangsat berubah menjadi perempuan yang agak tua.

Iri dan Cemburu.

Betapa terkejutnya si Wengke Wua karena Lalo Koe mendapat gadis belia sementara dirinya mendapat perempuan tua. Mereka pun bersitegang dengan mana si Wengke Wua bersikeras memaksa adiknya untuk menjadikan gadis belia itu sebagai isterinya. Keduanya pun saling cemburu merebut gadis belia itu.

Tipu Daya Wengke Wua.


Suatu hari, Wengke Wua mengajak Lalo Koe berburu babi hutan. Bukannya babi hutan yang mereka lihat malahan rutung (babi landak). Mereka membawa serta anjing mereka. Tiba di nua rutung (lubang masuk babi landak), anjing mereka mengikuti rutung tersebut ke dalam lubang. Lalo Koe turut ikut masuk ke dalam. Kesempatan emas itu pun dimanfaatkan oleh Wengke Wua untuk menutup lubang masuk itu dengan batu. Lalo Koe pun tertinggal di dalam.

Laporan Palsu.

Tiba di kediaman dengan isak tangis, Wengke Wua melaporkan kepada isterinya dan isteri adiknya bahwa adiknya Lalo Koe telah tiada, diserang babi hutan. Isteri Lalo Koe sempat merasa kehilangan namun ia sama sekali tidak percaya begitu saja.

Perjanjian Cǝki.


Menurut Sobina Sidung - seorang Nenek dari Penulis yang menuturkan sejarah itu saat Penulis masih SD), di dalam gua yang gelap itu terdapat ruangan yang besar dan banyak babi landak di situ. Ruangan bagian dalam yang gelap itupun berubah menjadi terang. Betapa kagetnya si Lalo Koe, bukannya rutung yang dia lihat tetapi para manusia.

Dibuatlah perjanjian dengan Lalo Koe bahwa pihaknya siap menolong Lalong Koe asalkan saja mereka jangan memangsa keturunan mereka termasuk keturunan Lalo Koe di kemudian hari. Perjanjian itupun dilakukan.

Para manusia babi landak tersebut pun menggali lubang keluar dan sambil bernyanyi para siluman tersebut pun berhasil mengeluarkan Lalo Koe dengan selamat.

Upaya Perselingkuhan.

Niat bersenggama Wengke Wua kian menjadi-jadi. Dia sering menawarkan isteri Lalo Koe untuk bercinta erotik. Pelbagai cara dilakukan Wengke Wua untuk mendapatkan mahkota kecantikan isteri adiknya, namun selalu mendapat jalan buntu. Memang sesuai asa awalnya, dorongan untuk menggapai 'pengalaman puncak' - dalam Teori Motivasi terutama berkaitan dengan cinta erotik Abraham Maslow), dengan isteri adiknya dari detik-detik kian memuncak, sayangnya kiat narsis libidonya itu senantiasa terhalang rasionalisasi isteri adiknya yang cerdik itu. 

Haju Uwu Penyelamat.

Tiap kali Wengke Wua hendak menawarkan persetubuhan, isteri Lalo Koe selalu menunjukkan benda merah di tangannya. "Ayolah sayang, kita bercinta", demikian Wengke Wua. Dengan cerdiknya perempuan itu menunjukkan warna merah di tangannya dan berkata: " Aku lagi datang bulan. Lihat saja darah di tanganku ini!".

Wengke Wua percaya begitu saja tanpa investigatif. Ternyata, isteri Lalo Koe ini mengambil kulit haju uwu - kaer loken, dan melumaskan ke tangannya agar pada saat Wengke Wua berhasrat tinggi, niatnya luntur karena melihat haid di tangan isteri adiknya. Upaya isteri Lalo Koe pun berhasil.

Permainan Caci.

Baduk kemudian menuturkan tidak lama berselang, persis ada cacidi dekat Todo waktu itu. Lalo Koe yang belum kembali ke rumahnya mengikuti caci. Lalo Koe ini pandai bernyanyi. Isterinya pun mendengar nenggo dan landu dari suaminya. Ia memperhatikan betul tarikan suara dari suaminya itu. Kemudian, ia menonton caci dan memperhatikan serius suaminya. Sontak ia mulai kegirangan kendati masih sanksi.

Dendam yang Terbalas.


Kejengkelan hati Lalo Koe terobati. Pada saat itu, Wengke Wua mengikuti caci. Mereka pun par cama tau - baku lawan adik kakak. Amarah Lalo Koe pun memuncak, ia memeceti Wengke Wua hingga rowa - tewas di arena caci. Lalo Koe pun tak dipersalahkan dan sejak saat itu ia kembali bersatu dengan isterinya di Todo, sementara isteri Wengke Wua menghilang entah pergi ke mana.

Kemudian......

Keturunan Lalo Koe.

Lalo Koe memperanakkan Ndampa, Ndampa memperanakkan Sola, Sola memperanakkan Kondo, Kondo memperanakkan Baduk atau dikenal dengan Podok, Baduk memperanakkan Kapu, Kapu memperanakkan Nggoro, dan Nggoro memperanakkan David Jampur. Anaknya Baduk atau Podok tidak hanya Kapu tetapi juga Tontang, Nggai dan Pempo.

Masuknya Orang Asing.

Orang asing dari luar membawa atas nama Raja kemudian memasuki Todo. Ndampa pun berpindah dari Todo Pu'u ke Todo Koe atas perintah mereka.

Tapak Ndampa.

Ndampa bersama Sola diperintahkan oleh Todo untuk purak wajo kampong atau memerangi Limba dan Ndueng. Limba dan Ndueng pun lari porak poranda, sehingga atas keberhasilan tersebut Raja pun menyerahkan Lingko Rengga di Papang dengan batas timur Wae Mantar, batas selatan Cunga Ulu Ngali, batas barat Wae Kaman dan batas utara Wae Ros.

Orang Kepe Asli Lari ke Poco Leok.

Orang Kepe asli pun ketakutan bila Ndampa dan Sola akan menyerang. Agar tidak menerima resiko, mereka pun bertolak ke Poco Leok. Ndampa pun tinggal di bangka Kepe di Limbung dari Todo Koe.

Penjara.

Dulu ada namanya rapas - perang yang tersembunyi tanpa ada pemberitahuan ke pihak sebelah atau purak. Mereka purak ke Narang. Mereka menjarah semua padi yang sudah dingetam atas perintah Todo. Keturunan Ndampe dan Sola tersebut mengambil juga lepo dari orang Narang. Lepo tersebut terbuat dari anyaman pandan yang dibuat dalam bentuk karung. Ternyata, orang di Narang menaruh rapu atau mayat di dalam lepo tersebut. Kapu bersama tentaranya membawa serta mayat di dalam lepo tersebut.

Semua orang purak tersebut pun disel dan kemudian mereka ditarik untuk tinggal di Pongkor bahkan karena kecerdasan mereka, mereka malahan dijadikan sebagai jubir Pongkor.

Persebaran Keturunan Podok atau Baduk.

Beka agu buar semakin berbuah bagi keturunan Baduk, generasi Lalo Koe. Keturunan Baduk pun sudah tersebar di Timbun, Ruwat, Mbelaing, Lida, Beo Kina, Kotok dan Nderu.

Kusu Kisah Lampau.

Keturunan Baduk awalnya bersama Suku Mbaru Asi datang dari arah Selatan di Satar Mese untuk tinggal di Ngkor tetapi Suku Mbaru Asi tidak mau. Suku Mbaru Asi hanya menguasai Kusu dan Gǝndang Kusu awalnya milik Suku Mbaru Asi. Namun, kemudian mereka tidak mau lalu memilih untuk menetap di Cumbi, sehingga di Cumbi banyak Suku Mbaru Asi sekarang ini

Ekspedisi Hijrah.

Setelah lama di Pongkor, keturunan Ndampa, Sola sampai pada Tantu pada garis keturunan berikutnya bertugas menjaga Lingko Nua dekat Wae Rani, dari Lingko Nua mereka kemudian bertolak ke Lolang dari Lolang ke Mantek Poncung kemudian ke Lao dan Ngkor. Keturunan tersebut pun ada yang tinggal di Likeng, Kotok dan beberapa kampung lainnya sekarang ini.

Lih. bacaan berikut sebagai teks asli: 


http://waselincor.blogspot.co.id/2017/12/asal-mula-kampung-coal.htmlc
https://melky-pantur.blogspot.co.id/2017/08/golo-nderu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar