Ditulis oleh: Melky Pantur***, Minggu (22/10/2017).
Setiap pria dalam hidupnya mengimpikan seorang 'nocanpermaidikara' untuk mendampingi hidupnya. Itu bukan angan-angan yang mudah. Untuk menggapainya, butuh perjuangan yang amat sangat. Nocan (nona cantik), permaidikara (permai artinya elok, indah dan dikara artinya indah atau mulia - permaidikara artinya elok mulia). Sang prigan (pria ganteng) tidak hanya membutuhkan paras si nocan yang elok tapi juga hatinya mulia.
Sebaliknya, seorang nocan dalam ziarah tapaknya amat membutuhkan seorang prigan intim. Prigan artinya pria ganteng, sedangkan intim (idaman hati yang menawan). Menawan tentu berdikara atau prigandikara. Dengan demikian, nocan membutuhkan sekali prigandikara.
Nocanpermaidikara dan Prigandikara Teks Manggarai.
Telah diulas di atas, apa itu arti etimologik dari nocanpermaidikara dan prigandikara. Teks Manggarainya, nocanpermaidikara lazim diungkapkan dengan perkataan ini: molas taran neho lasar pandang pacun lasar pau cait paling keta ranti gawas nain; leong neho bali belo woko lelo'ǝyǝh; kantis nain woko cabi, kancak taran woko labar ka'eng cama; inggos pion woko kilon; ombeng kondeng'ǝn toe ropes loken woko ka'eng po'e sangkulerong.
[Penulis]
[Penulis]
Di sini, nocanpermaidikara adalah sangkulerong lawe lenggong. Lihatlah benang, tampak elastis, lembut dan bisa mengikat sesuatu dengan kain jahitan. Jarum ibarat sang prigandikara, benang adalah nocannya. Maka, nocanpermaidikara disebut lawe lenggong di mana seorang gadis jalannya lenggong, menyapu debu, menarik minat jantan persekitaran, menarik, menawan, menggoda, manis sehingga banyak prigan ingin memiliki 'atasanbawahannya'.
Lirik lagu sangkulerong, begini:
Sangkulerong, sangkulerong lawe lenggong
Tǝbang sunding, tǝbang sunding mane tana
Cala retang tǝnang naram ta weta
Neka weong ta weta
Mai cama dered'ǝh, mai cama nakad'ǝh
Tǝ mamur pa'it kasiyasi
Cai bombang beli, wa nanga
Wa nanga tuke talas'egah
Denge dere mane tana
Tau yembong anak lembu nain 2x
Sangkulerong, sangkulerong lawe lenggong
Tǝbang sunding tǝbang sunding mane tana
Cala retang tǝnang naram ta weta
Neka weong ta weta
Mai cama dered'ǝh, mai cama nakad'ǝh
Tǝ mamur pa'it kasiyasi
Sedangkan, prigandikara lazim diungkapkan: Nara bambas nain gawas; nara rǝba lema emas luju mu'un; lomes woko holes, pidik wiwitn, ler jern, podok tombon; nera bendarn, bombong tokon, roncak wongkan, geal tekar, leros embong'ǝn, landun naun'ǝn embong'ǝn nenggon. Itu adalah identitas pria yang cakep, berwibawa, mampu menghibur dan memiliki integritas diri yang sangat normatif bebas tetapi bertanggung jawab. Pria seperti itu yang menjadi incaran para nocan di mana pun.
Itulah sedikit penjelasan tentang sangkulerong sebagai bahasa simbolik atau kiasan dari diri seorang isteri, bini. Isteri nama lain dari sangkulerong.
Sangkulerong terdiri atas dua kata, yaitu sangku dan lerong. Sangku adalah sontak yang digunakan oleh para ibu-ibu atau bapak-bapak yang kerap cepa (memakan sirih pinang) yang karena tidak bisa mengunyahnya maka terpaksa di-sontak (ditumbuk hingga halus) di dalam sangku. Sangku juga dapat disebut sebagai tempat untuk menyimpan tahang (batu kapur) untuk sirih pinang. Sangku sama dengan bako kope (sarung belewang). Sedangkan, lerong artinya selalu dibawa ke mana-mana. Kalau lerong sangku maka artinya membawa sangku ke mana-mana pun pergi. Sangku juga dapat diartikan sebagai tempat atau sarung dari pante yang berfungsi sebagai pengiris batang buah nira dari enau maka dikenal sangku pante. Namun jika disebut sangkulerong maka itu adalah ekspresi perhalusan untuk menyebut seorang isteri.
Sangku persis mirip dengan alu dan lesung. Tempat yang ditumbuk dari sontak itulah sangku, sedangkan ketika ada benda penumbuk maka keduanya disebut sebagai sontak.
Diedit lagi oleh Penulis, Jumat (27/4/2018).
Itulah sedikit penjelasan tentang sangkulerong sebagai bahasa simbolik atau kiasan dari diri seorang isteri, bini. Isteri nama lain dari sangkulerong.
Sangkulerong terdiri atas dua kata, yaitu sangku dan lerong. Sangku adalah sontak yang digunakan oleh para ibu-ibu atau bapak-bapak yang kerap cepa (memakan sirih pinang) yang karena tidak bisa mengunyahnya maka terpaksa di-sontak (ditumbuk hingga halus) di dalam sangku. Sangku juga dapat disebut sebagai tempat untuk menyimpan tahang (batu kapur) untuk sirih pinang. Sangku sama dengan bako kope (sarung belewang). Sedangkan, lerong artinya selalu dibawa ke mana-mana. Kalau lerong sangku maka artinya membawa sangku ke mana-mana pun pergi. Sangku juga dapat diartikan sebagai tempat atau sarung dari pante yang berfungsi sebagai pengiris batang buah nira dari enau maka dikenal sangku pante. Namun jika disebut sangkulerong maka itu adalah ekspresi perhalusan untuk menyebut seorang isteri.
Sangku persis mirip dengan alu dan lesung. Tempat yang ditumbuk dari sontak itulah sangku, sedangkan ketika ada benda penumbuk maka keduanya disebut sebagai sontak.
Diedit lagi oleh Penulis, Jumat (27/4/2018).
Penafsiran
Makna Lirik Lagu Sangkulerong
1.1 Sangkulerong, Sangkulerong Lawe
Lenggong.
1.1.1 Sangkulerong.
Sangkulerong
adalah bahasa kiasan
sebagai pengganti diri dari seorang isteri. Sangkulerong
terdiri dari dua kata, yaitu sangku
dan lerong.
1.1.1.1 Sangku.
Sangku adalah sebuah wadah untuk menyimpan
sesuatu berupa kapur sirih, dapat juga diartikan sebagai sebuah wadah untuk
menumbuk sirih pinang dan termasuk menyimpan pante berupa pahat untuk mengiris batang buah dari enau muda dengan
maksud mengambil niranya. Lihatlah bagaimana peran isteri memeras isi air di
dalam pelir yang disalurkan melalui penis sang suami sehingga alhasil keturunan
pun berkeriapan.
1.1.1.2 Lerong.
Lerong artinya membawa serta, ikutdisertakan,
mengikut serta, turut dibawa. Misalnya, membawa tas, membawa ajudan, membawa
sesuatu yang bakal dibawa. Contoh kalimat: Lerong
agu kope eme ngo yone uma le gula (tolong bawa serta dengan parang/belewang
ketika hendak pergi ke kebun di pagi hari). Ibarat lawe (benang) yang senantiasa mengikuti arah jarum jahit. Ketika
ada jarum, maka pasti dibawa serta dengan benangnya.
1.1.2 Lawe Lenggong.
Lawe artinya benang, sedangkan lenggong artinya cara jalan dari seorang
puteri, perempuan yang cantik, anggun,
indah, elok, menawan, menarik perhatian sehingga membawa orang melihatnya
melotot-melotot tidak pernah puas-puasnya dan maunya dimanjain. Lawe lenggong adalah bahasa kiasan yang
memuji keelokan perempuan, keanggunan tubuhnya, meliak-liuk, elok, manis, rambutnya
terurai panjang indah dan berparas cantik.
1.1.3 Maknanya.
Sangkulerong,
sangkulerong lawe lenggong, artinya seorang isteri yang cantik menawan, rambutnya panjang
terurai seperti elastisnya benang. Jalannya indah dan parasnya teramat
menggoda.
1.2 Tǝbang Sunding, Tǝbang Sunding Mane
Tana.
1.2.1 Tebang Sunding.
Tebang artinya meniup, sunding artinya seruling. Lazimnya, seruling ditiup pada senja
hari untuk melipur lara sekaligus mengusir sepi yang tengah mengusik jiwa yang
sepi.
1.2.2 Mane Tana.
Mane artinya senja, sedangkan tana artinya bumi. Mane tana artinya senja hari, petang hari. Mane tana adalah simbol kesejukan dan kemerdekaan. Mane tana juga simbol kepulasan, simbol
ketentraman bahwa segala sesuatu ada batasnya, seperti Kidung Agung menulis:
Segala sesuatu ada waktunya! Malam hari adalah waktu istrahat membebaskan dari
upaya kerja keras mulai fajar menyingsing hingga sang surya menengok ciptaan
Ilahi dari cakrawala di ufuk barat.
1.2.3 Maknanya.
Makna dari tebang sunding mane tana artinya seorang isteri yang tengah
mengendong anaknya, dia begitu rindu pada suaminya. Dia merenung akan kehadiran
suami di sisinya saat itu.
1.3 Cala Retang Tǝnang Naram Ta Weta, Neka
Weong Ta Weta.
1.3.1 Cala Retang Tǝnang Naram Ta Weta.
Cala (mungkin), retang (menangis), tenang
(rindu akan, mengingat sekali), naram
(suami tersayang, saudara rusuk), ta weta
(Yah saudariku, isteriku?). Dengan demikian, artinya mungkinkah engkau
saudari/isteriku tengah merindukan saudara/suamimu saat sekarang ini?
1.3.2 Neka Weong Ta Weta.
Neka (jangan), weong (bersedih, merana). Dengan demikian, janganlah engkau
bersedih saudariku/isteri tersayangku!
1.3.3 Maknanya.
Mungkinkah engkau isteri merindukan
suaminya hai nona, jangan bersedih hai saudariku!
1.4 Mai Cama Dered'ǝh, Mai Cama Nakad'ǝh,
Tǝ Mamur Pa'it Kasiyasi.
1.4.1 Mai Cama Dered'ǝh, Mai Cama Nakad'ǝh
Mai (kemari, ke sini), cama (sama-sama), dered
(kita bernyanyi), nakad (menyambut
kedatangan dengan gembira dan riang).
1.4.2 Tǝ Mamur Pa'it Kasiyasi.
Te (untuk), mamur (melupakan, menghilangkan rasa), pa’it (pahit, hidup yang pahit), kasiyasi (hidup lara, miskin, merana, melarat).
1.4.3 Maknanya.
Mari kita sama-sama bernyanyi dan
menyambut kedatangannya guna menghilangkan rasa sedih di hati]
1.5 Cai Bombang
Beli Wa Nanga, Wa Nanga Tuke Talas'egah.
1.5.1 Cai Bombang
Beli Wa Nanga.
Cai (datangnya), bombang (air laut
yang besar), beli (dapat membawa malapetaka, petaka, musibah), wa
(di bawah situ, di bawah sana), nanga (muara, hilir dekat laut).
1.5.2 Wa Nanga
Tuke Talas'egah.
Tuke (naik, menaiki, memanjat,
panjat), talas (talas berasal dari kata tala atau denda
yang juga dapat dimengerti sebagai memberikan sesuatu berupa misalnya belis
dalam bentuk uang yang ditaruh di atas tikar yang tengah membentang. Nah, talas
artinya menaruh di depan banyak orang di atas bentangan tikar dan talas
adalah suatu perintah untuk menyimpan di depan di atas tikar yang telah
dibentang di mana-mana orang-orang duduk melingkar seperti lonto leok
dengan kaki bersila sopan. Air ombak besar (bombang) yang dapat membawa
malapetaka menggulung-gulung ke muara daratan.
Ombak besar yang tengah menaik dan menghantam seperti semburan air laut tsunami menuju daratan ke tepi pantai, Itulah yang disebut dengan talas. Bombang artinya gulungan air laut yang besar yang akan membawa malapetaka hingga ke daratan. Di muara ia naik dan menyembur rata ibarat membayar semua hutang-hutang atau tala dalam bahasa Manggarai. Sedangkan, 'egah adalah seruan kepastian permintaan.
Ombak besar yang tengah menaik dan menghantam seperti semburan air laut tsunami menuju daratan ke tepi pantai, Itulah yang disebut dengan talas. Bombang artinya gulungan air laut yang besar yang akan membawa malapetaka hingga ke daratan. Di muara ia naik dan menyembur rata ibarat membayar semua hutang-hutang atau tala dalam bahasa Manggarai. Sedangkan, 'egah adalah seruan kepastian permintaan.
1.5.3 Maknanya.
Saat ombak
besar datang yang bakal menghantam daratan. Ia terurai seperti rambuat yang
barusan diikat oleh ikat rambut dan ketika ia terurai, tersembur merata dapat
menghantam apa saja di daratan. Maka, timbullah ketakutan dan kecemasan ibarat
gulungan ombak tsunami yang menghantam daratan.
1.6 Denge Dere
Mane Tana, Tau Yembong Anak Lembu Nain.
1.6.1 Denge Dere Mane Tana.
Denge (mendengar, mendengar cerita – orang),
dere (menyanyi) di petang hari. Lazim, orang-orang di Manggarai senang
berdendang (landu dan nenggo) di petang hari. Bahkan, mereka
bernyanyi saat mengiris batang nira dari enau.
1.6.2 Tau Yembong Anak Lembu Nain.
Tau (bertanya tengah atau sendang), yembong
(timang bayi), anak (anak, buah hati), lembu (menghibur), hati (hati,
nyawa), nai (n) (hidupnya, nyawanya, hatinya).
1.6.3 Maknanya.
Mendengar lantunan dendangan lagu dari sesuatu ‘isteri’ tersayang
dengan irama musik seruling yang indah di petang hari dengan maksud menghibur
sang buah hati yang amat disayanginya.
1.7 Kesimpulan.
Dengan begitu, lirik lagu di atas dapat bermaksud sebagai ekspresi rasa
cinta dari seorang isteri yang parasnya cantik
menawan, rambutnya panjang terurai seperti elastisnya benang. Jalannya pun indah
dan parasnya teramat menggoda tengah meniup seruling di petang hari sembari
mengendong anaknya. Dia tampak begitu rindu pada suaminya. Dia merenung akan
kehadiran suami di sisinya saat itu.
Lalu, ada
suara lain yang berkumandang entah dari mana dan bersahut dengan maksud untuk
menghibur dan kemudian bertanya mungkinkah engkau hai perempuan merindukan
suamimu hai nona, tolonglah janganlah bersedih! Mari kita bernyanyi
bersama-sama menyambut kedatangan’nya’ guna menghilangkan rasa sedih di hati.
Saat itu, perempuan itu tengah meniup seruling di sore hari sembari menimang-nimang anaknya yang
tersayang dan menghibur sang buah hati itunya.
Ketika ombak
besar datang yang bakal menghantam daratan – ia terurai seperti rambut yang
barusan diikat oleh ikat rambut dan ketika ia terurai, tersembur merata dapat
menghantam apa saja di daratan. Maka, timbullah ketakutan dan kecemasan karena
gulungan ombak tsunami besar yang menghantam daratan. Talas adalah
gulungan ombak yang kemudian terurai merata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar