Data kembali diolah, Senin (10/4/2017).
Keris milik Sernai yang dipegang oleh Bapak Yohanes Ngagut semasa hidupnya.
Tampak gambar Bapak Yohanes Ngagut kembali ke kerahiman Ilahi Tuhan Yesus di kediaman beliau di Ranggi, Senin (10/4/2017), Pkl. 11.00 WITA.
Tampak keluarga menangis histeris atas kepulangannya.
Sekilas tentang Yohanes Ngagut.
Keturunan Suing.
Suing memperanakkan Sangka (Keturunan Rensi Ambang di Cumbi), Bero (keluarga Wotok), Mero (keluarga Purek), Kembang (keluarga Taga), dan Wanda (Keturunan Ranggi).
Wanda memperistrikan Iju, maka lahirlah Antal. Antal memperanakkan Calang, Mbaka dan Tangkas.
Calang memperanakkan Alfons Daha, Bertolomeus Abut, Ana Sinung, Yohanes Ngagut, Elisabet Ngilut, Markus Akang, Bernadus Nggadu.
Kemudian.....
Mbaka memperistrikan Bobek melahirkan Hanis Ronco, Sobina Sidung (bersuami di Sampar), Kelara Ngamur (bersuami di Beo Kina), Maria Mbahung (bersuami di Teras). Hanis Ronco memperanakkan Hendrikus Sonto. Sementara, Tangkas memperanakkan Anton Pal, Petrus Ndadut, Rius dan Matias Ero.
Seputar sejarah Watu Ranggi.
Menurut Yohanes Ngagut, Empo Wandalah yang disebut Sernai. Sernai pemimpin perang Todo-Cibal (semua peralatan perang dipersiapkan, diikat di Watu Ranggi yang sekarang disebut Ranggi. Ranggi artinya mengikat, maka lahirlah nama kampung kampung Ranggi). Itulah cikal bakal nama Kampung Ranggi sekarang ini.
Ber-ceki Nuling.
Menurutnya, Empo Suing ber-ceki/bertotem Nuling. Nuling atau disebut Haju Ruteng atau kerap disebut dengan langke.
Dalam penuturannya, nenek moyang Suing datang pertama kali ke pantai selatan dekat Iteng dengan menggunakan rakitan nuling dengan di luarnya diikatkan dengan butiran-butiran enau tua agar terapung mudah. Dalam perjalanan, nenek moyang Suing ini naik ke kampung Todo. Disebut Todo karena kelapa yang dibawa nenek moyang Suing kemudian bertumbuh atau todo. Itulah cikal bakal nama kampung adat Todo sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar