Wewo.
Satar Mese.
Selasa (18/9/2018).
Nenek moyang Wakil Bupati Manggarai, Drs. Victor Madur.
[Drs. Victor Madur]
Lazimnya, untuk memeriahkan sebuah ritual congko lokap di Nuca Lale, Manggarai, Flores diisi dengan sebuah tarian perang bernama caci.
[Usually, to enliven the congko lokap ceremonials, caci dance is as a game of choice. That is often done by them in Nuca Lale, Manggarai. Caci is not a ritual but as an entertaint game only. One of the ritual is due to give offerings to all those ancestors].
[Seninya bermain caci melalui toto lomes]
Lumrahnya pula mereka mengundang meka landang (tamu caci yang diundang dari gendang lain), nanti dibalas dalam rangka merekatkan relasi antar gendang. Meka (tamu) landang (yang diundang, undangan, undang) tersebut berasal dari Gendang Majung, Poco Ranaka, Manggarai Timur.
[Of course, they will invite the guests from the others gendang which is named as meka landang - invited guests). They had invited from Majung Gendang, Poco Ranaka Subdistrict, West Manggarai Regency].
[Tampak Keraeng Stef Patut (kiri) bersama pemain caci]
[Mantu orang Wewo, Servas Jahang, SH tengah melakukan paki reis di alun-alun Gendang Wewo]
Beberapa kegiatan yang dilakukan berupa teing hang wura agu ceki neteng kilo (memberi makan roh leluhur di tiap-tiap rumah tangga diawali dengan memanggil roh leluhur diarahkan ke rumah tinggal), kelas de pa'ang olo ngaung musi (kenduri bersama semua warga gendang), koso saki (membersihkan perbuatan yang dianggap melanggar etika), po'e wakar (menahan jiwa-jiwa yang tengah berziarah di bumi agar tidak lekas dipanggil yang Kuasa).
[Congko lokap is a complicated ceremonials because that is a consist of several types of rituals that start to give offerings to the ancestor in home where they must praying in grave priorly then doing the general feast, wash clean all those sins, at last keep the soul let no going out early of this world].
[Pasca digelarnya barong boa dan barong wae, maka digelarlah ritus barong compang]
[After that, give offerings in the spring, give offerings to all ancestors in the general grave, doing the family thanksgiving in their each home, doing the general thanksgiving of harvest, caci dance as a distraction, ask for the ancestors blessings, at last make a dance around of the siri bongkok and then playing the gendang and gong].
Kemudian, toto loke (upacara di mana semua warga saling memberi tanda khusus sebagai bentuk penjalinan relasi baik antara anak rona dan anak wina dengan maksud menciptakan relasi), toto loke diikuti dengan sae kaba (diikuti dengan tarian sae di alun-alun lalu lilik compang dengan mana tetua adak mengelilingi compang untuk menyembelih hewan kurban berupa kerbau yang disebut kaba congko lokap).
[And then, create a relation where bring together either the anak rona nor the anak wina in the Mbaru Gendang, with the intention of to glue the relationships among them, sae dance, and lilik compang where they will be walking around of the altar before the sacrificial animals will being sacrificed by them].
Setelah kerbau dipersembahkan di compang, maka malamnya mbata dan sanda, terakhir pentang dan wasa loce (ritual puncak dengan mana semua tikar dibersihkan).
[After the sacrificial animals killed, at night they will doing a sanda dance and playing the traditional music, awhile tommorow all mats will being washed again].
Sekilas Tentang Cikal Bakal Gendang Wewo.
History.
[Paras dari ceceplence Kakek Sanga di Wewo. Gambar ini diambil dalam rumah Gendang Wewo]
[Keturunan Sanga]
Gendang Wewo bercikal bakal dari hadirnya seorang Kakek bernama Sanga. Sanga, demikian Tu'a Golo Wewo, Aleksius Urung, datang dari Minangkabau.
The traditional house of Wewo was originally built by a grandfather, his name was Sanga. Sangas' ancestors from Minangkabau - according to their version.
Sanga tiba di Manggarai, nenek moyang mereka dituntun oleh seekor babi landak (rutung) - sejarah itu terputus.
Aleksius Urung said that, Sanga had arrived in Manggarai based on the guide of a porcupine pigs then become as a totem of their descents.
Sanga kemudian bersama saudaranya yang lain datang ke Mompong. Dari Mompong, ia ke Bangka Wase kemudian ke Wewo tepatnya di bangka Wewo yang dahulu dikenal dengan nama Pong Wewo. Dari Pong Wewo, ia ke lingko Caki yang menjadi sebuah gendang sekarang ini. Di lingko Caki dibangunlah gendang kedua sementara gendang pertama dibangun di lingko Wewo.
Sanga bring together with his brothers and others, lived in Mompong. From Mompong went to Bangka Wase then lived in Wewo or Pong Wewo. From there, he steps to lingko Caki and now is doing a ceremonials. It means that, they had constructed a gendang in Pong Wewo but 1978 (40 years ago), that gendang have built again now in lingko Caki, not in Pong Wewo again.
Lingko.
Adapun nama-nama lingko di Gendang Wewo, di antaranya: Ndosor, Sembong, Randang Pe'ang, Nio, Runtung, Belang, Melir, Caki, Wewo, Pong.
These names of spider web of lands in there, among other things: Ndosor, Sembong, Randang Pe'ang, Nio, Runtung, Belang, Melir, Caki, Wewo, Pong.
Suku.
Ada tiga suku yang merupakan pemilik dari gendang tersebut, yaitu Wae Tu'a, Wae Sereha, dan Wae Cucu. Di Wewo terdapat banyak suku selain tiga suku di atas, yaitu Pareng, Hehe, Jaong, Denge, Ka, dan Nuca.
There are three tribes as lord lands, those are: Wae Tu'a, Wae Serena, Wae Cucu. Not only them, but the others clan which is living near them are: Pareng, He he, Jaong, Denge, Ka and Nuca.
Sejarah Keturunan.
Sanga datang diduga bersama dengan keluarganya. Sanga memperisterikan Epu, seorang anak dari Adak Talung. Sanga memperanakkan Anja (seorang perempuan), Lawar, Sajang, Jajang. Epu mempunyai seorang saudara bernama Nambur.
His name wife was Epu, heart fruits of Talung. Talung was firstly King who commands in Todo, in local name is Adak. King of Todo - Adak Todo. Sanga then gave birth Anja (girls), Lawar, Sajang and Jajang. Epu has a brother, his name was Nambur - Writer doesn't has a datum about him, Nambur was.
Dari Sanga beberapa keturunan pun berkeriapan, dengan silsilah dengan mana Anja bersuamikan orang Gelarang Kole bernama Maras. Anak mereka bernama Lenjung. Lawar saudara Anja melahirkan Ngambat, Pumpuk dan Pangka.
Anja then was taken by a man, his name was Maras. A fruit love of them gave birth a son, his name was Lenjung. Then, Lawar had three sons, them were Ngambat, Pumpuk and Pangka.
Kemudian, Ngambat memperanakkan Wangga. Namun, Wangga itu memiliki banyak isteri. Berasal dari isteri yang lain bernama Karang, Mapar, dan Gangga.
Then, Ngambat begot Wangga. Wangga had many wife's. His bloods from others were Karang, Mapar and Gangga.
Pumpuk memperanakkan Santa, Cabar dan Tangar. Tetapi Pangka belum diketahui siapa keturunannya. Kemudian, Sajang memperanakkan Mancar. Mancar memperanakkan Toda dan Torang. Nantang memperanakkan Rangkang.
Pumpuk begot Santa, Cabar and Tangar. Sajang begot Mancar, Mancar begot Toda and Torang. Nantang begot Rangkang. But Pangka begot....?
[Tampak para ibu-ibu memainkan gong dan gendang sebagai musik pengiring caci. Mereka adalah para ibu yang terampil memainkan alat musik traditional tersebut]
Demikian, Sanga memperanakkan Lawar, Lawar memperanakan Ngambat, Ngambat memperanakan Wangga, Wangga memperanakkan Ampak, Ampak memperanakkan Paulus Mahar, Paulus Mahar memperanakkan Philipus Gau, Philipus Gau memperanakkan Aleksius Urung. Nah, Ampak inilah nenek moyang dari Wakil Bupati Manggarai, Drs. Victor Madur.
By then, Sanga begot Lawar, Lawar begot Ngambat, Ngambat begot Wangga, Wangga begot Ampak, Ampak begot Paulus Mahar, Paulus Mahar begot Philipus Gau, Philipus Gau begot Aleksius Urung. Vice Regent of Manggarai, Drs. Victor Madur is fruit love of AMPAK.
Kemudian, keturunan Lawar tidak hanya memperanakkan Ngambat tetapi juga Pumpuk dan Pangka. Nah, Pumpuk memperanakkan Santa, Santa memperanakan Anggal, Anggal memperanakkan Nagur, Nagur memperanakkan Hubert Kambur.
Dengan begitu, Gendang Wewo adalah gendang tua yang generasinya sudah tersebar menjadi 137 gendang di Manggarai sebagaimana dituturkan oleh Tu'a Golo Wewo di Gendang Wewo, kepada Penulis, Selasa (18/9/2018) bersama Hubert Kambur.
Struktur Silsilah Sisi Tulisan.
Nenek moyang orang Wewo, Satar Mese bernama Sanga.
Lingko.
Ndosor, Sembong, Randang Pe'ang, Nio, Runtung, Belang, Melir, Caki, Wewo, Pong.
Tua Golo.
Aleksius Urung.
Ceki (Totem).
Rutung.
Suku.
Wae Tu'a, Wae Sereha, Wae Cucu. Yang menguasai Mbaru Gendang.
Suku Lain.
Pareng, Hehe, Jaong, Denge, Ka, Nuca.
Sejarah Ceki.
Sejarah ceki rutung. Dituntun oleh babi landak. Datang diduga bersama dengan keluarganya. Anak Anja, Lawar, Sajang, Jajang. Isterinya bernama Epu.
Kepu ini ada dari Adak Todo Talung. Anaknya Talung bernama Nambur dan Epu.
Anja.
Bersuamikan orang Gelarang Kole bernama Maras. Anak mereka Lenjung.
Lawar.
Anaknya Lawar bernama Ngambat, Pumpuk, Pangka. Isterinya bernama....!
Ngambat.
Anaknya Ngambat bernama Wangga. Namun dia memiliki banyak isteri. Berasal dari isteri yang lain bernama Karang, Mapar, Gangga.
Pumpuk.
Anaknya bernama Santa, Cabar, Tangar.
Pangka.
Tidak diketahui.
Sajang.
Anaknya Sajang bernama Mancar. Isterinya Sajang....!
Mancar.
Anaknya bernama Toda, Torang.
Jajang.
Anaknya Sajang bernama Nantang, Soi. Isterinya Sajang bernama.
Nantang.
Anaknya bernama Rangkang.
Soi.
Tidak diketahui.
Silsilah Aleksius Urung.
Aleksius Urung-Philipus Gau-Paulus Mahar-Ampak-Wangga-Ngambat-Law ar-Sanga. WAKIL BUPATI MANGGARAI, DRS. VICTOR MADUR ADALAH WAE DE EMPO AMPAK - ceceplence dari Kakek Ampak. Aleksius Urung dan Victor Madur adalah generasi kedelapan.
Silsilah Hubertus Kambur.
Hubert Kambur- Nagur - Anggal - Santa - Pumpuk - Lawar - Sanga.
Catatan:
Sejarah ini akan digali dan ditata kembali oleh Penulis berdasarkan refrensi tambahan dari datum-datum.
Catatan:
Sejarah ini akan digali dan ditata kembali oleh Penulis berdasarkan refrensi tambahan dari datum-datum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar