18/09/17

HIDUP ITU PERGEGASAN.

 
Pengkotbah telah berseru, segala sesuatu ada waktunya. Di dalam kewaktuan itu ada pergantian, lahir dan mati, tumbuh dan berkembang, bermetamorfosis, inkarnasi bahkan pandangan reinkarnasi. Di sana ada evolusi bahkan revolusi dengan jalan kekerasan.

Segala sesuatu hanya untuk Dewa, demikianlah Bhagvad Gita -berupa nyanyian kesempurnaan Sri Krishna kepada Arjuna di Kurukshetra. Pada kesempatan lain, Sri Krishna kepada Raja Destrarastra di Hastinupura pun berkata seorang penggarap kebun harus mengorbankan binatang-binatang di dalam tanah demi mendatangkan bulir-bulir benih yang ranum bagi para petani. Itulah fakta kehidupan. Dan, itulah pergegasan.

Tuhan Allah.

Allah Yesus melalui kotbahnya kepada para murid, Ia telah berkata: Kamu yang menggarap, kamu yang menanam, kamu yang menyiram dan kamu pula yang menuai tetapi kamu tidak tahu bagaimana proses bertumbuhnya. Dan, Ia pun telah berkata: Yang kumaksudkan bukan persembahan melainkan belas kasihan. Bahkan, Ia dengan tegas mengatakan bahwa Dia adalah jalan, kebenaran dan hidup ketika orang kerap bertanya kepadanya. Bahkan ketika orang-orang yang bertanya kepada Yohanes Pembaptis soal kuasanya berasal. Yohanes menjawab: Aku membaptis kamu dengan air tetapi Dia yang datang sesudah aku akan membaptis kamu dengan Roh Kudus. Artinya, Dialah yang menghidupkan. Dia juga bersabda, jika pipi kirimu ditampar berikanlah juga pipi kananmu. Mengapa diperintahkan demikan? Nah, itu semua karena ada pergegasan.

Dalam ritual kehidupan orang Manggarai, ada ritus teing hang atau memberi makan ase ka'e wǝki (roh pribadi), wura agu cǝki (Tuhan dan leluhur) takung naga golo (memberi makan roh kampung) dan takung naga mbaru (memberi makan roh penjaga rumah). Istilah lainnya adalah rekonsiliasi. Mengapa? Karena ada pergegasan. Apa pergegasan di sini? Yaitu generasi tua dan generasi penerus diharapkan generasi penerus diberi berkat melimpah dari Tuhan. Ritual tersebut dibuat karena ada pergegasan bahkan pergegasan itu sendiri.

Kita telah mendengar ungkapan: Bergegaslah! Itu artinya kerjakanlah. Sama halnya perintah Inspektur Upacara kepada Pemimpin Upacara saat apel di mana dia berkata: Kerjakan! Lah, ziarah kita tak lebih dari perpanjangan tangan Ilahi sebagai medium kerjakan. Dia sebenarnya berkata: Kerjakan bagian apa yang menjadi kewajibanmu untuk segera dikerjakan dengan catatan bertanggung jawab, baik sopir, jurnalis, pemerintah, pebisnis, maupun klerus sebagai evangelis. Tiap pekerjaan harus diuji, misalnya godaan untuk korup, perempuan pelacur dan kenikmataan kekayaan dari hasil yang haram. Diperintahkan, kerjakan bagianmu dengan baik. Itu perintah pergegasan yang harus dilaksanakan dan tidak boleh tergoda. Itulah hidup.

Lihatlah, setiap masa ada perubahan nilai dan jumlah dalam universum dan mengalir begitu saja. Itu wujud dari pergegasan. Mencintai kewajiban kita sudah merupakan perwujudan pergegasan kita. Mengapa seharusnya demikian? Karena semuanya untuk Dewa - dari Dewa, oleh Dewa dan untuk Dewa. Yah, melakukan kewajiban sudah merupakan tanggungjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar