Ditulis oleh: Melky Pantur***, Minggu (24/9/2017).
[Aleksius Hambur bersama Keraeng Alfan Manah]
Pertama, Mistis di Mata Air Gendang Pau.
Di Gendang Pau, ada sebuah mata air. Di mata air tersebut mereka menaruh sosor - pipa yang terbuat dari bambu. Di mata air tersebut, terkadang ikan emas kecil keluar sendiri dari mata air tersebut dari lubang mata air tanpa ada yang melepasnya.
Ular Magis.
Tidak hanya ikan emas, bahkan ada ular besar yang tinggal di dekat mata air yang hingga tulisan ini dibuat, tidak seorang pun yang berani memasuki tempat itu terutama mencari tahu keberadaan dari ular itu. Ular itu sifatnya magis dan nyata bahkan seperti tuna gendang di mata air Wae Tuka di Pau Ngawe.
Kedua, Kisah Mistis Mata Air Wae Tuka.
Di Pau Ngawe terdapat sebuah mata air namanya Wae Tuka. Hambur menceritakan, pada suatu ketika Keraeng Nelis Pujeng menimba air di mata air Wae Tuka. Dia menimba air dengan ember. Air itu cino (bening). Saat dia membawanya dari mata air, di dalam ember tersebut tidak ada apa-apanya. Namun, ketika tiba di rumah betapa kagetnya dia melihat belut kira-kira 20 cm dan besarnya berdiameter 50 cm. Keraeng Nelis pun dengan rasa tercengang dan penuh heran mengembalikan belut (tuna gendang) itu ke mata air Wae Tuka.
Mobil Berjalan Sendiri.
Bahkan suatu ketika, Ketua Panwaslu Kabupaten Manggarai, NTT, Ibu Marselina Lorensia, perempuan Alumni Unika Kupang dan pernah menjadi dosen Magister Matematika di STKIP St. Paulus Ruteng, Senin (25/9/2017), menceritakan kepada Penulis, ada dua mobil yang off tengah parkir di alun-alun Tambor dari kampung Pau Ngawe. Banyak warga di sana menyaksikan hal itu di mana salah satu mobil mendorong mobil yang masih parkir di depannya ---sejenis mobil Avansa yang parkir di belakang mendorong sebuah mobil pick up di depannya. Mobil pick up itu terdorong ke depan tanpa ada orang atau manusia yang mendorong mereka padahal mesin dari kedua mobil itu sedang off. Warga yang menyaksikan kejadian itu pada waktu itu keheranan dan ketakutan. Mereka pun membiarkan kedua mobil itu berjalan. Untung saja, setelah beberapa meter pick up didorong ke depan, ceritanya, ada onggokan benda sehingga kedua mobil itu pun berhenti. Kondisi alun-alun datar.
[Flori Mahu bersama Aleks Hambur]
Kisah nyata lanjutan dari mata air Wae Tuka. Suatu ketika, ada banyak warga Pau Ngawe yang melihat tuna gendang di mata air tersebut. Hambur mengisahkan, warga beramai-ramai menangkap tuna gendang tersebut. Mereka pun berhasil menangkapnya dengan menggunakan campat - jaring lonjong yang terbuat dari rotan (wua). Dengan gembira, mereka membawa ke kampung. Tiba di dalam rumah, mereka pun hendak menyembelihnya. Saat mau disembelih, tuna gendang itu pun hilang dengan sendirinya dari dalam rumah.
[Aleks Hambur]
Tidak lama berselang, hanya beberapa menit usang mela (hujan rintik di siang bolong menyelimuti kampung itu). Bahkan, setelah itu banyak warga yang terkena sakit.
Ketiga, Mata Air di Lawir.
Jarak dari Gendang Pau ke Pau Ngawe hanya sekitar 150 meter lebih, sedangkan dari mata air (ngalor) Gendang Lawir diperkirakan tidak sampai 200 meter. Di mata air (wae barong) Gendang Lawir salah satu tempat mistis. Di situ uniknya ada banyak katak. Ketika orang hendak memberi umpan sekalipun berapa pun besar katak itu umpannya tidak dimakan. Bila orang hendak mengambil katak di mata air itu dampaknya akan terkena nangki (sial dalam hidup). Hal itu pun pernah dikatakan oleh Donatus Saka, mantan Lurah Lawir namun pada saat sekarang baru Penulis mengabadikannya dengan tulisan.
Semua hal di atas adalah nyata.
®®®®®®®®®®
Baca juga di sini:
https://melky-pantur.blogspot.co.id/2017/09/aji-gening-dari-wae-teku-pau-ruteng.html
®®®®®®®®®®
Baca juga di sini:
https://melky-pantur.blogspot.co.id/2017/09/aji-gening-dari-wae-teku-pau-ruteng.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar