23/09/17

HOMOFON DAN HOMOGRAF BAHASA MANGGARAI.

Ditulis oleh:
Melky Pantur***, 
Ruteng.
Minggu (24/9/2017).

Bahasa Manggarai itu unik dan tak habis-habisnya dibahas karena keindahannya itu, baik go'et maupun pengertian-pengertian lainnya. Ayo kita bahas bersama di sini!

Dua kata ini leke dan le ke sebutannya hampir sama hanya saja leke artinya tempurung kelapa, sedangkan le ke artinya di sana itu kah? Contoh kalimat: Le golo ke? Di bukit kah? Leke nio - tempurung kelapa bisa juga berarti tempurung di situ? Nio bisa berarti kelapa (coconut) dan diartikan di sana atau di situ (there).

Ada juga kata bara dan ba ra. Sebutannya nyaris sama, hanya saja bara itu ada tiga arti, yaitu perut, sudah mau atau hampir mau/nyaris mau dan bengkak. Contoh kalimat: Mese bara, bara mese - perut besar, kuat makan/ngemil! Bara cais - mau datang sudah! Bara wa'i - kaki bengkak! Sedangkan, ba ra artinya meminta seseorang untuk membawa. Contoh: Ba ra ikeng! Ayo bawalah Non!

Yang repot kalau dikatakan bara leke! Bara le ke? Nah, bara leke artinya perut buncit, sedangkan bara le ke (?) memiliki banyak arti, yaitu hampir mau di sana sudah entahkah le mbaru (di rumah), le uma (di kebun), le puar (di hutan), le wae (di mata air) mereka itu. Misalnya, meu bara le ke? Kamu sudah mau tiba di sana kah?

Begitu juga kata lege dan le ge. Lege artinya menuang, sedangkan le ge artinya di sana sudah! Dua kata ini sebutannya sama tetapi berbeda arti. Yah, hampir sama dengan kata 'tahu' tetapi tahu berarti sejenis makanan tahu, sedangkan tahu dibaca tau berarti mengenal atau mengetahui.

Ada gabungan kata: Ba ra, lege lé leke - Bawalah, tuang melalui tempurung! Ini amat menarik. Jika, orang Kolang menjawab permintaan itu, mereka akan berkata: Darad'én deh, suit téré ali lé leken? Weleh! Mengapa begitu, kok pakai tempurung kelapa?

Kita juga berkata sio dan si o. Sio artinya kencing atau yang itu, sedangkan si o dengan penekanan sedikit berarti menjadi kalimat pertanyaan siapa oh?

Misalnya sebuah kalimat: Ba ra, lege lé leke sio - bawa sudah tuang dengan tempurung itu! Bara lege lé leke sio memiliki dua arti dengan mana tidak lama lagi air mani akan dituangkan oleh tempurung kelapa (seseorang akan kencing di tempurung lalu dituangkan ke tempat lain). Kalimat itupun dapat berarti: Apa itu sebentar lagi akan dituangkan oleh tempurung? Kalimat apa itu sebentar lagi akan dituangkan oleh tempurung lazim digunakan pada saat kokor minse (memasak nira) dengan mana si pemasak nira akan menuangkan nira yang sudah merah tersebut di mal gula merah yang sudah dipersiapkan di mana dia menggunakan tempurung kelapa yang sudah dibersihkan dan dihaluskan. 

Lalu kita kembali ke persamaan kata di atas.

Bahasa Manggarai memang amat unik, misalnya kata cai/sai dan ca i/sa i. Cai/sai artinya datang, sedangkan ca i/sa i (?) artinya satu yah! Ada pula kata tawa (laugh) dengan ta wa. Tawa artinya tertawa, sedangkan ta wa artinya ayo turun ke bawah. Ada pula kata rabom dan ra bom. Rabom (?) artinya mereka marah? Sedangkan, ra bom artinya yah bukan! Rabom atau ribongs.

Masih banyak kata lain yang menunjukkan ungkapan yang sama tetapi artinya berbeda. Contoh kalimat: A ra ta Pet, ta ga! Ri Ti de ra, boto rabon ta i, du kut wain ce pis a! Hikeng kolang hotél ali lé hang engker téko tara ranga rang gi tambang kole pok e dong kép kus e! Artinya kurang lebih begini: Yah Pet, ayo kita pergi sekarang. Kita tanya dulu sekarang kepada si Ti agar ia jangan marah-marah saat dia sudah hendak bersuami kelak apalagi si Ti lidahnya tengah gatal-gatal karena barusan telah memakan akar batang keladi yang amat gatal itu lagipula parasnya semakin mengeluarkan benjolan besar seperti alergi. Sebelum benjolan merah di wajahnya itu pelan-pelan kusut, lebih baik kita segera bertanya kepadanya.


[Ce pis a - maksudnya saat mereka bersatu daging melalui proses persenggamaan atau hubungan seks bukan artinya yang akan datang - not for future times].


Catatan




Ada banyak ungkapan Manggarai yang tidak sempat ditulis oleh Penulis. Akan ditambahkan kemudian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar