03/09/17

KA-MBE.

Ditulis oleh: Melky Pantur***, Minggu (3/9/2017).

KA-MBE adalah dua kata benda dalam bahasa Manggarai yang akan membentuk sebuah kata kerja. Apa kata benda itu? Apa pula kata kerjanya?

Nah..........!!!

Ka adalah sejenis burung, lazim disebut gagak (crow) dan mbe (goat) adalah ternak. Coba diperhatikan, gagak itu burung yang serba hitam mulai dari jari hingga paruhnya bahkan hingga bola matanya juga, sedangkan goat tersohor dengan jenggotnya. Selain ka-mbe, kita perhatikan pula nama sejenis burung kakatua. Dalam versi bahasa Manggarai, kakatua adalah dua kata yang berbeda, yaitu kaka (binatang berbisa) dan tua artinya tiba. Maka, kakatua artinya tibanya binatang berbisa atau binatang berbisa tiba.

Lah, coba kita kaitkan antara kambe yang hadir sebagai pembela berbisa. Dia tidak membela kedua belah pihak yang tengah berseteru tetapi mengambil manfaat dari perseteruan kedua belah pihak.

Kita kembali ke kata ka-mbe. Ketika dua nama benda itu digabungkan akan menjadi kata kerja yang artinya membela. Kambe adalah ungkapan orang Manggarai, Flores, NTT. Kambe artinya bela, membela. Entahkah, kambe itu mengarah pada kebaikan ataupun tidak atau ada maksud tertentu yang menguntungkan. 



[ka - mbe]


Coba kita perhatikan dengan saksama. Mengapa kata kambe merupakan gabungan dari dua nama hewan, yang satunya simbol kegelapan dan yang satunya lagi adalah amat bervariatif. Simbol kegelapan berarti membela kegelapan, mengarah pada ketidakbaikan tetapi mbe dengan warnanya adalah simbol keragu-raguan dan lihatlah saja jika dia tidak senang pasti akan tungkal atau menanduk lawannya karena itu mbe itu membela dalam keragu-raguan untuk menang yang mana yang dibelanya saja bisa ditanduknya, sementara gagak jelas membela ke dalam kejahatan sebab yang namanya kambe itu amat banyak jenis macamnya. Gagak itu pasti. Gagak adalah simbol peleburan, pelepasan, duka tetapi artinya berakhirnya kejahatan.

Coba lihat burung kakatua jambul kuning ini, apa yang Anda lihat? Kaki dan paruhnya sama dengan gagak di mana ia tidak mengenal ampun, sedangkan jambulnya adalah lambang kemegahan, kemenangan, hidup. Buluhnya putih melambangkan keputihan dan kepolosan. Kakatua adalah warna kambe itu sendiri karena kakatua adalah kambe itu sendiri sesuai dengan cirinya karena merupakan gabungan ka dan mbe.



[Burung kakatua jambul kuning banyak di Bari dan Terang, Pulau Sebabi].

Apa relasi antara jarang dan kaba dengan kambe? Apa wujud konkret dari kambe dalam bentuk benda? Apa urusannya dengan belis? 

Dalam budaya Manggarai, dua benda jarang dan kaba adalah sarana pengampunan atau kambe waheng sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan.

Lihatlah nama jarang dan kaba. Ja adalah sejenis api mistis dari dunia yang lain yang berwarna biru atau dikenal api ja/lancing, ja yang sebut lancing dǝ ǝmpo, sedangkan rang adalah kewibawaan, kekuasaan. Jarang sama dengan 'api yang dari kekuasaan'. Perhatikan, siapa yang membawa belisnya dengan jarang ataupun kaba akan disebut orang yang berada, berkuasa dari sisi ekonomi karena tidak sembarangan orang melakukan itu. Begitupun dengan kaba, yaitu ka - ba. Ba berarti disuruh untuk membawa. Ka-ba berarti menyuruh ka yang membawanya. Gagak adalah simbol kemalaman karena itu dekat dengan ja. Dapat dikatakan jarang dan kaba adalah simbol silih, pengampunan. Wikipedia menulis, ka adalah jenis unggas dengan tingkat kecerdasan tertinggi di antara burung.

Ketika jarang dan kaba bukan sebagai silih, maka yang dibawa adalah acu dan manuk, maka a-cu artinya seruan menerima beban atau keadaan yang dalam keadaan tidak mempunyai apa-apa. Halnya manuk atau ayam, jika hanya membawa manuk, maka dapat berarti manga nuk. Manuk kependekan dari manga nuk. Yang ada di situ hanyalah bengkǝs atau asa. Coba kita kaitkan dengan kata kawing yang bila dimengerti ka - wing. Nah, karena ka yang membawa berupa jarang dan kaba, maka suami-isteri akan wing atau beranak cucu - bǝka agu buar, cing taki sili wela taki pe'ang. Kendati itu adalah bentuk harapan penghargaan terhadap kedua orang tua, lahe wua agu tinu.

Selain, nama hewan/binatang di atas yang menunjukkan aktivitas tertentu ada juga nama hewan digabungkan dengan nama tetumbuhan di Manggarai yang membentuk sebuah kalimat: Ratung, lǝba ka wǝris tago kǝka! Ora tagi! Orong ora tagi! Tuna raci boto lamung rukus wǝris kuse! Kita penggal suku kata per kata dalam kalimat di atas: Ra tung! le ba ka, wǝris tago kǝ ka? O ra ta gi! O rong o ra ta gi! Tu na raci boto lamung ru kus wǝris kus e! Itulah seninya bahasa Manggarai, meski ini hanyalah kenakalan berpikir tetapi agak terhubung. 

Penjelasannya:

Ratung, lǝba ka wǝris tago kǝka

Ratung itu sejenis kayu kalau dipenggal ra tung berarti artinya itu betul. Tung sebutan persingkatan dari tu'ung, ra itu bisa diartikan ya dan itu dialek Kempo. Lǝba itu cincau, lǝ ba artinya membawa, karena dibawa oleh. Kadang disebut ali ba, ali lǝ ba. Wǝris/wǝrih itu sejenis burung puyuh yang bisa menjadi kata kerja yang artinya mereka menanam, menanam sudah. Tago itu sejenis kacang panjang dan kalau ta go artinya kita berangkat sudah.  Kǝka itu sejenis burung dan kalau kǝ ka berarti iya kak? 

Ora tagi! 

Ora itu bahasa lokal untuk komodo, yang merupakan konco dari weti, balak (kadal), waja (buaya), tǝke (tokek) dan giring (cicak). Sedangkan, tagi itu rusa dan kalau ta gi artinya dia sudah bergegas. 

Orong!

Orong itu bangau dan kalau o rong berarti seruan dengan mana sebuah buah yang ranum yang dimakan ulat di dalamnya sehingga tidak bagus tampaknya. 

Tuna raci boto lamung rukus wǝris kuse!

Tuna itu belut, bila tu na artinya sebuah seruan itu sayangku atau saudaraku. Raci itu artinya pohon pinang, bisa juga artinya makan pagi dan bila ra ci berarti memerintahkan untuk ci atau memaksa melakukan di luar kemampuan seseorang. Misalnya, ra ci/si kat yi - Suruh dia semua yang urus saja! Bila ra si? Itu berarti menanyakan seseorang entah status atau nama. Misalnya, ra si hitu? Oh ya, siapakah itu? Lalu, Boto itu sejenis pohon berbuah, bisa juga seruan artinya agar jangan. Lamung itu sejenis lumut. Rukus/rukuh itu sejenis kayu tetapi artinya lainnya kepiting atau bisa kalimat seruan ru kus atau sendiri saja kurus sebab kus/kuh itu artinya susut, kurus. Kuse artinya udang atau nama dari sebuah pohon. Kuse/kuhe dialek Kolang juga dapat berarti seruan kus e artinya kurus ya! 

Halnya kambe, sita juga merupakan sejenis pohon yang merupakan seruan kalau dipenggal si ta? Si itu dialek Kolang yang dalam dialek Ndosonya sei dan Rahongnya cei, dengan ta berarti orang itu atau dapat juga berarta berangkat. Sehingga, si ta berarti si/sei/cei ata hitu - siapa orang itu? Si bisa juga berarti ci yang merupakan dialek Kolang yang artinya memaksa melaku

Wua boto dan saung sita enak untuk digoreng dan dimakan. Silakan mencoba!

Itulah sedikit pengenalan akan pengetahuan Manggarai. 

Lalu.......

Kambe dalam kamus hukum. 

Dalam kamus hukum (law dictionary), kambe adalah aktivitas menyingkirkan seorang klien yang tengah berpekara dengan ratio argumen-argumen pertanggungjawaban pembenaran yang tidak berlawanan dengan hukum yang berlaku atau paling tidak mengurangi resiko terjerat hukum atau ungkapan lainnya pengurangan masa hukuman dari klien atas dasar pertanggungjawaban hukum yang benar oleh ata kamben alias lawyer di depan Hakim. 

Dalam ungkapan bahasa Manggarai, kambe itu sama dengan ambe. Ambe berarti menarik ke dalam dengan penuh rasa sayang bak rasa sayang dari seorang Ibu terhadap buah hatinya, dan jika ada kesalahan dari pelaku maka dimaafkan pada saat itu juga. Nah, makanya kambe artinya menarik ke dalam, melindungi dengan kasih sayang. 

Kambe senantiasa dikerenkan dengan istilah PLEDOI. Ple itu perpendekan dari pǝle atau dalam bahasa para sopir taksi  yang mencuri dari keuntungan harian saat mereka menaksi mobil tuan mereka. Pǝle kasarnya tilep. Sedangkan, doi artinya gender dibaca jender. Gender  (gǝreng ndereng) adalah sejenis kain yang diikatkan pada klewang atau kope lewe orang Manggarai. Gender sebenarnya penyebutan untuk uang 100.000 rupiah. Namanya, gǝreng pasti menakuti-nakuti dan ada ceca atau jimat di dalamnya. 

Dengan demikian, pledoi adalah aktivitas untuk me-mǝle doi para klien atau mencuri uang klien dengan bersandar pada argumen-argumen hukum padahal maksudnya untuk pǝle doi. Itulah maksud riil dari pembelaan 
dǝ ata kamben.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar