Ditulis oleh: Melky Pantur***, Jumat (11/8/2017).
Tiap orang mengharapkan kebaikan, yang dalam bahasa orang Manggarai dimengerti dengan ungkapan ini: Bengkes ciri di'a - success hopefully), dari seluruh pencariannya semasa berziarah di bumi semesta. Penyataan kebaikan atau bengkes di'a itu melalui suatu proses panjang. Orang Manggarai bilang: olo nicik po ciri, olo hamar po manga, olo kawe pong haeng, olo husur po dumpu - through work hard a mercy will come near to us.
Harapan akan kebaikan akan selalu diawali dengan ungkapan ini: damangs di, wajos di, ias di, goris di, gejurs kali, gejurs di, pandes di, nggirungs di. Ungkapan di atas dimengerti sebagai: buat dulu, lakukanlah saja dulu - let us doing it carefully without nervous or save from failure where failure is an imperative. Di sini ada upaya coba-coba salah - trial and error. Ungkapan damangs di dengan konsekuensi kegagalan sudah menjadi hal pasti. Tidak ada rasa takut, yang dalam sebutan orang Manggarai: sibong ko rantang mesot bontong mbewe tadangs - nervous must be lost in. Ungkapan yang cukup popular: cai nia di sina; laun mole ntaung, sinan mole liwa - sampai kapan menanti, waktu terus berjalan sementara kita berjalan di tempat. Lah, wajos di sebagai ekspresi spiritusnya. Dapat dikatakan ruti ratit boto ka'eng bo.
Ekspresi spirit kebersamaan orang Manggarai sebagai perekat utama damangs di, wajos di tampak dalam ungkapan cama po'e nggarione, cama lewang nggaripe'ang - walk and work together neither the internal affairs nor external, not different voice and thingking. Itu kunci damangs di terwujud sebagai asa dari pertongang bengkes. Dan, konsekuensinya identitas kebersamaan tetap dijaga ketat. Hal itu tampak dalam ungkapan: neka teing tange berit, neka nggelak nata cangkar - jangan menyerahkan derajat kepada orang lain dan harus menolak pertengkaran.
Melky Pantur
Uma bate duat or lingko- garden to work; wae bate teku - well, as a source of purification and holiness water included as a drinking water; natas bate labar - town square as a dance place as we know rangkuk alu; compang bate dari - traditional altar as an animal sacrafice place, often be used as a ritual place; mbaru bate kaeng - a traditional house as dwelling place. That is as a Manggaraian philosophy about Gendang onen lingkon pe'ang. Gendang onen lingkon pe'ang is a holistic aspect of the Gendang itself neither it's Gendang as a house nor the garden as a lingko - lingko is a garden which is consist of moso-moso. And, that is a pertongang bengkes jendela harapan, jendela asa. Intinya, Wajos di, damangs di adalah jendela asa kita. Moso is a part of lingko.
Beberapa Bentuk Tindakan Konkret dari Pertongang Bengkes.
Pertama, Wuat Wa'i.
Ritus wuat wa'i dalam budaya Manggarai adalah bentuk tindakan konkret dari pertongang bengkes. Mengapa? Ungkapan paling popular dalam wuat wa'i adalah lalong bakok du lakon, lalong rombeng du kolen. Siapa yang berharap di situ? Yang paling berharap di situ adalah kedua orang tua kemudian subyek yang di-wuatwa'i-kan. Ungkapan di atas tentu intinya kesuksesan. Jika seseorang pergi kuliah atau berpolitik diharapkan bisa tercapai. Bagian dari wuat wa'i adalah penggalangan dana bagi orang hendak berkuliah misalnya dengan harapan bisa membantu. Karena itu, wuat wa'i itu pertongang bengkes. Ada istilah di sini selek dan caca selek.
Kedua, Teing Hang.
Ada beberapa bentuk ritus teing hang, di antaranya teing hang ase kae weki, wura agu ceki. Harapannya agar terciptanya kedamaian.
Ketiga, Jarang Bolong, Jarang Gulung dan Jarang Leti.
Ritual jarang bolong adalah menghindari kematian beruntun warga kampung, jarang gulung adalah meminta berkat dengan koso dengkok atau penghapusan dosa dari satu keturunan, dan jarang leti adalah harapan bagi wakar atau keselamatan jiwa orang yang meninggal.
Keempat, Oke Dara Ta'a.
Oke dara ta'a atau tolak bala adalah tindakan ideal penghilangan sial-sial dari keluarga misalnya korban pembunuhan. Tolak bala juga bisa berlaku bagi kepemilikan dengan istilah cebong atau memandikan sebelum kepemilikan itu dipakai.
Kelima, Gerep Ruha.
Ritual ini dengan menginjak telur di rumah adat dari dua pasutri. Gerep ruha tersebut dilakukan setelah pihak anak wina melunasi belis dan wagal. Gerep ruha dilakukan, sang isteri sudah masuk secara resmi menjadi keluarga pria dan masuk dalam ceki atau totem suaminya. Setelah gerep ruha ada ritus penyucian. Benda gerep ruha itu berupa telur dan saung ngelong. Saung ngelong dipakai karena tetumbuhan tidak pernah mati baik pada musim kemarau maupun hujan. Saung ngelong dipakai agar keluarga aman, tentram, makmur dan sejahtera. Pasutri senantiasa damai dalam keseharian berumah tangga.
Keenam, ngelong.
Ngelong adalah ritual rekonsiliasi ketika seseorang telah menyengsarakan hewan dan tetumbuhan. Hampir sama dengan ngelong, yang tidak boleh adalah lancung. Lancung itu adalah aktivitas meminta rezeki dan berkat di pong cengit atau di mata air serem yang dikelilingi oleh pepohanan besar yang terdapat pula rawa-rawanya. Baik lancung maupun ngelong, benda untuk ritualnya adalah sebutir telur ayam kampung. Ada pula ngelong untuk penjagaan kebun atau lahan yang lama digarap agar diberi hasil begitupun ngelong karena telah membunuh binatang-binatang di dalam tanah. Ngelong pun dapat dilakukan pada saat mendapatkan hasil buruan.
Ketujuh, Paki Kaba Rae dan Kaba Bakok.
Kedua upacara ini dengan maksud meminta berkat termasuk terima kasih atas kebaikan Tuhan soal pemberian keturunan.
Kedelapan, Kaba Congko Lokap.
Ritual pembersihan rumah adat Gendang dan Tambor. Hanya saja Tambor tidak diikuti dengan tarian sae kecuali untuk congko lokap Gendang.
Kesembilan, Kaba Tambung Watu.
Ritual ini dilakukan manakala tidak ada lagi lahan atau lingko yang bakal dibagi oleh Tu'a Gendang melalui Tu'a Teno.
Kesepuluh, Randang.
Ada randang ela ada pula randang kaba. Randang ini pembukaan lahan baru dengan disucikan oleh babi atau ela ataukah kerbau. Sejak randang, wa'u wini hingga menuai ada ritual-ritual tindakan pertongang bengkesnya.
Kesebelah, Cear Cumpe hingga Kelas.
Mulai ritual pemberian nama bayi hingga kelas-nya adalah bagian dari jendela harapan.
Keduabelas, roko molas poco.
Ritual peminangan pohon untuk siri bongkok sebagai kayu tonggak utama dalam Mbaru Gendang.
Masih terdapat ritual lainnya yang mengarah pada pertongang bengkes yang belum ditulis oleh Penulis.
Note:
Tulisan ini adalah bagian dari wajos di, damangs di boto ka'eng bo com kong londang gejurd'eh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar