24/08/17

RANGGES.

Gambar diambil oleh: Melky Pantur***, Jumat (25/8/2017) di Kampung Rangges.

Kampung ini terletak di Desa Tengku Lese, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, Benua Asia.

[Kampung Rangges]


[Reme curu]


[Ronda].

[Curu meka, Bupati Manggarai, Dr. Deno Kamelus, SH, MH, Landuk Nuca Lale].

[Teing cǝpa lǝ enu molas poco - sebagai simbolis].
Acara ini sebagai bentuk persahabatan.

[Ronda. Ronda ini sama dengan menghantar tamu ke rumah adat dengan nyanyian dan musik].


[Compang]

Tamu diarak-arak di alun-alun rumah adat.

Bupati Manggarai, Dr. Deno Kamelus, SH, MH, Kaban Kesbangpolinmas, Anselmus Asfal, SH, M.Si, Camat Rahong Utara, Paulus Tanggur, S Sos, Asisten III, Drs. Anggalus Angkat, M.Si, Anggota DPRD, Kasmir Jarung, Kadis Pariwisata, Mensi Do.

[Reis one Mbaru Gǝndang].
Dalam budaya Manggarai, setiap tamu yang hadir di-kapu dengan manuk bakok.



[Ini potret dǝrǝk bongkok wa,
hǝse ngando eta Gǝndang Rangges dengan hewan kurban mbe kondo agu lalong cepang]

Goresan Tapak Tilas Kampung Rangges, 
Ziarah Petualangan Wura.

Kampung Rangges sekarang ini berangkat dari perjalanan ziarah dari nenek moyang masa awal. Ada dua suku awal yang mendatangi bukit tersebut pada mulanya, yaitu Suku Rangges dan Suku Weol. Kendati mereka ber-cǝki atau bertotem sama, yaitu lusa (gude, kerap disebut kacang bali) namun mereka berbeda asal nenek moyang hanya saja dulu pernah menetap bersama di Weol.

Menurut Tua Golo Rangges, Andreas Nabit dan Aloysius Jeradu, kedua nenek moyang Rangges dan Weol datang bersama-sama dari Weol. Keturunan Rangges yang datang pertama bernama Cembeluak atau kerap dipanggil Dalu Woni, keturunannya bernama Ngguntang, lalu anak Ngguntang ada empat orang, yaitu Cunca, Dundang, Cungga dan Mbolek.

Sementara, keturunan Weolnya, nenek moyang mereka bernama Ara kemudian memperanakkan Rambung, dan Rambung menghasilkan Cakang dan Baba. Dan, menurut Nabit, suku-suku di Rangges, di antaranya: Weol, Rangges, Pasa, Mǝti, Niang Mongko, Cumbi, Weol Rai, dan Ndehǝs. 

Soal Cǝki atau Totem.

Rangges dan Weol ber-cǝki lusa (gude); Pasa dan Pasa Ndehǝs ber-cǝki acu (anjing); Cumbi dan Mǝti ber-cǝki kula (musang).

Awal Mula Cǝki Lusa.

Zaman dulu di Weol, suku Rangges, Weol dan Leko mulanya tinggal bersama. Mereka kerap melakukan kerja dodo - kerja gotong royong. 

[Ini adalah lusa dalam bahasa Manggarai (gude, kacang bali).
Orang Rangges, Weol, Leko termasuk beberapa keturunan di Sampar dari garis keturunan Empo Rua bertotem lusa ini].

Pada saat mereka berladang, yang pada waktu itu dodo-nya orang Weol. Ketika hendak mau makan siang, sayuran yang digunakan adalah lusa atau gude, namun saat hendak makan siang lusa itu tidak kunjung masak-masak. Maka, terjadilah pertengkaran antara suami-isteri karena diduga peristiwa tersebut. Suami kemudian menyalahkan sang isteri karena gude itu tak masak masak. Lusa yang tidak bisa dimasak tersebut pun kemudian menjadi ki.

Mengungkap Kebenaran.

Versi pertama, saat dimasak lusa tersebut hingga berjam-jam bahkan berhari sekalipun kulit sekamnya sudah dikeluarkan biji-bijinya tidak masak. Versi kedua, lusanya dimasak dengan sekam, sehingga tidak bisa masak-masak. Entah mana yang benar menurut versi sejarah, namun yang pasti kemudian orang Weol, Rangges, dan Leko bernazar untuk tidak makan lusa lagi, baik mereka maupun keturunan mereka. 

Kendati dulu mereka tinggal bersama, namun nenek moyang Empo Cembeluak dan Ara tetap berbeda. Hanya kemudiam bersama-sama ber-cǝki lusa karena berada dalam peristiwa dodo tadi dengan alasannya gude yang tak masak-masak.

Selanjutnya.....

Seputar Ritual Hǝse Ngando.

Dǝrǝk bongkok wa, hǝse ngando eta sebelumnya diawali upacara teing hang wura agu cǝki lalu barong wae dan kemudian diikuti dengan roko molas poco. 
  
Pada saat dǝrǝk bongkok wa, hǝse ngando eta, korban persembahan yang digunakan adalah mbe kondo dan lalong cepang. Mbe kondo molas - kambing betina yang belum pernah kawin, dipilih karena mbe terkenal dengan tekar-nya sementara manuk cepang jantan dipilih karena ayam itulah yang berkokok di ngando.

Berbeda dengan Gǝndang lainnya yang memilih seekor babi, Gǝndang Rangges memilih mbe kondo.


[Ini namanya mbe kondo. Lihat saja warnanya yang berbelang bercampur].

[Terlihat seseorang memegang seekor ayam jantan manuk cepang].

Ada istilah orang Manggarai memilih hewan korban tersebut, tampak dalam ungkapan tersebut: Tekar neho mbe, ngkahar neho jarang, kakor neho lalong agu bosuk neho kina.

Nangka dan Tǝno.

Khusus untuk ngando, pohon atau haju yang digunakan khusus adalah nangka dan tǝno. Yang pas adalah tǝno sebagai  tǝno di lodok lingko. Sedangkan, kayu untuk siri bongkok lazimnya dicari kayu yang kuat. Ada pelbagai jenis pohon di hutan yang bisa dijadikan sebagai siri bongkok.

Maksud dan Tujuan Ritual.

Adapun maksud dari ritual tersebut adalah  agar mengundang wura, cǝki dan naga hadir di ritual tersebut dengan tujuan merekalah yang memperkuatnya untuk neka wǝda menda agu lǝpar, goro tonggor, dur sudut, lako ngando, gege leles, ngantit agu ngantot bantal di mana rumah itu kuat sekaligus warga Mbaru Gǝndang selalu di dalam perlindungan yang tampak dalam ungkapan langkas maja bombong pǝsu, uwa gula wua nuca, neka dari leso, tela galang na'ang kete api one, neka pedeng ngente, raga ka'eng Adak, mongko ka'eng golo, temek wa mbau eta, jenggok le ulu, wiko lau wa'i. 

Mengapa renge tidak dilakukan oleh Tua Adat dari Rangges? Alasannya, adat tidak memperbolehkan tetapi harus mengambil orang dari luar. Lalu, apakah lalong cepang tidak di-renge kok hanya dibunuh? Jawabannya, ayam tidak lazim atau tidak boleh di-renge dengan mana lalong cepang cukup disembelih saja sementara mbe kondo disembelih di beranda Gǝndang.

Apa beda hewan kurban renge dan tudak? Manuk lalong dan ela harus di-tudak, sementara kaba, jarang, mbe harus di-renge. Yang boleh di-tudak hanya ela dan manuk. Selebihnya disebut renge. Ucapan terakhir renge selalu diakhiri dengan tengkur te'e, sementara tudak manuk dan ela tidak disebut tengkur te'e. Untuk, perbedaan renge dan tudak akan dibahas kemudian.

Acara tersebut, tampak caun renge Keraeng Herman De dari Gǝndang Pasa didampingi Tu'a Golo Rangges, Andreas Nabit.

Kemudian......


Kampung Persekitaran Rangges.

Lenteng, Beo Kina, Copu, Wae Kang, Golo Langkok, Rahong, Purek, Nggorong, Bonar, Pane, Ntala, Ajang, Langke, Teras, Munggis, Pasa, Bobong, Lenggor, Nanu, Purang, Wontong, Rongkam, Muwur, Lando, Garang, Laru, Lada, Kelumpang, Poka, Redong, Pau, Bere, Tahang, Golo Pau, dll. 

Nama Kampung Persekiran Menunjukkan Nama Pohon.

Haju Ajang, Haju Langke, Haju Laru, Haju Lada, Haju Klumpang, Haju Redong, Haju Pau, Haju Purek, dll. Ada juga nama pohon Kina dalam bahasa non Manggarai.

Nama Kampung Persekitaran Menunjukkan Peristiwa atau Keadaan.

Lenteng (terapung, terhanyut), Poka (memotong), Purang (berlumpur, terkena lumpur, bermain lumpur), Teras (membuat teras sering di kebun), Wae Kang (kang artinya bunyi seekor anjing yang dipukul, dihantam orang atau karena kalah bertarung dengan sesama anjing), Pasa (pasa artinya belis dan merupakan dialek Ndoso dan Kolang yang dalam dialek Rahong disebut Paca), Lando (bermekar, berbunga), Garang (versi Indonesia artinya kejam, sangar, berwatak keras), Rongkam (rongkam bisa suatu aktivitas mengosongkan isi dari kemiri, biji kemiri yang tidak ada isi di dalamnya).

Nama Kampung Persekitaran Menunjukkan  Hewan.

Beo Kina (kina artinya babi, yang terkadang disebut babi betina orang Ndoso dan oleh orang Kolang, kina adalah babi sehingga ada kina wai atau babi betina) dan kina laki atau babi jantan), Wontong (sejenis burung yang merupakan ki dari kalangan suku masyarakat tertentu, Bonar (dikenal dengan naga bonar dalan versi asing yang mungkin dalam dunia ilusi dan mistik), Munggis (sejenis tikus bermulut panjang yang dalam mitologi orang Manggarai adalah motang atau babi hutan de darat atau kuntilanak), 

Nama Kampung Persekitaran Tempat Kediaman atau Nama Benda yang Jauh.

Purek adalah salah tempat kediaman orang Bali, Ntala (bintang di langit), Bere (kerap juga disebut pere atau tempat kemiringan).

Nama Kampung Menunjukkan Tetumbuhan Obat-obatan.

Pane (pane atau kecombrang ejenis tetumbuhan obat-obatan mirip dengan laja atau lengkuas), Ntala (atau tai ntala, merupakan sejenis benalu sebagai obat-obatan).

[Pane dalam bahasa Nuca Lale, Manggarai yang dalam Indonesianya disebut kecombrang]

[Benalu atau ta'i ntala].


Ditulis oleh: Melky Pantur***. Tulisan ini akan ditambahkan lagi.

Refrensi lain yang perlu Anda kunjungi:

https://melky-pantur.blogspot.co.id/2017/08/golo-nderu.html

Sekian!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar