28/03/17

NEKA.

Ditulis oleh: Melky Pantur***.

Kata ini amat antagonis dalam konteks budaya Manggarai. Kita racik, kata neka terdiri dari suku kata nek, eka, ka, a.

Neka arti sesungguhnya adalah larangan.

Ironisnya, nek artinya meminta orang lain untuk mampir dengan maksud memberi kopi, makanan, serabe. A adalah kata seruan setuju melakukan. Misalnya, nek a? Dia bisa diberi?

Nah, jika seseorang pulang dari perkampungan akhir leluhur misalnya membuat ritus adat berupa telur, maka orang tersebut jangan menerima nek di jalan. Maka, itu neka/larangan.

Namun, neka bisa menjadi persatuan, pertemanan manakala   seorang pegadang yang lapar kemudian di-nek, maka iya menjadi lambang ketunggalan, kesatuan karena eka artinya satu. Misalnya, n - eka.

Nek, bisa juga n - ek. Biasanya, babi jika lapar lazim ber-uek, ber-ek. Indahnya, uek, u dibalikkan menjadi nek. Karena itu, babi ber-uek berarti minta di-nek.

Dengan demikian, neka adalah adalah sebuah rambu-rambu.     Neka adalah rambu-rambu pengkritisan, sebuah rambu lampu kuning dalam istilah traffic light.

Itu kawan-kawati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar