Ditulis oleh: Melky Pantur***, Kamis (9/3/2017).
Wako dalam bahasa Manggarai Flores kerap digunakan sebagai mantel. Indonesianya pandan hutan.
Zaman dulu, orang Manggarai membuat mantel hujan dari daun ini sehingga disebut wako. Daun ini bahkan dapat menjadi bahan kerajinan, seperti keranjang dan sebagainya.
Buah wakonya sangat enak dimakan. Sayangnya, wako ini tidak dibudidayakan oleh masyarakat lokal.
Manggarai yang penuh keunikan tersebut selain menamakan tetumbuhan ini, ada juga nama tempat mereka yang diambil dari tetumbuhan ini namanya Wae Wako.
Ada ungkapan orang Manggarai: "Ajon neho wua wako, rangan neho lasar pandang, pacun neho lasar pau".
Ajo artinya tembolok pada unggas. Pada konteks tertentu, ajo dapat berarti benjolan pada leher sang pria, bisa berarti perut. Ungkapan di atas berarti kemakmuran dan kesejahteraan.
Ada ungkapan lain: Lakom neho wua wako, ngon neho wodong, kolem neho woja wole".
Nah, wodong adalah sejenis pohon di mana ntewar dalam bahasa lokal bertengger di situ pada musim tertentu - ntewar sejenis ulat yang bisa dimakan yang hanya ada di pohon wodong, sedangkan woja wole adalah padi kuning yang bernas yang isi bulirannya banyak dan panjang.
Ntewar.
Inilah adalah ulat yang dalam bahasa Manggarai disebut ntewar. Ntewar ini hidup di pohon nama lokalnya wodong. Ulat besar yang bisa dimakan hanya ntewar di wodong, sedangkan ulat di daun pohon lainnya tidak dimakan.
Gambar di atas adalah ntewar, sedangkan di bawah namanya wua wako/wako.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar